Dokumen CIA Terbaru Ungkap Reaksi AS Setelah Pembunuhan Khashoggi
Merdeka.com - Hakim Pengadilan Negeri Amerika Serikat Paul Engelmayer pada Mei lalu meminta pemerintahan Presiden Donald Trump mempublikasikan semua dokumen terkait pembunuhan jurnalis harian the Washington Post Jamal Khashoggi yang dibunuh Oktober tahun lalu.
Lembaga badan hukum di bawah Yayasan Masyarakat Terbuka Januari lalu sudah mengajukan tuntutan agar pemerintahan Trump merilis semua dokumen itu sesuai amanat Undang-Undang Kebebasan Informasi (FOIA).
Dokumen yang disimpan oleh Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Badan Intelijen CIA itu akan dirilis 5000 halaman per bulan sampai dengan 300 ribu halaman keseluruhan yang bisa diakses publik.
Engelmayer menjelaskan, karena dokumen itu memuat informasi yang menarik perhatian orang banyak, pembuat undang-undang, penentu kebijakan, dan jurnalis, maka publikasinya menjadi sangat penting.
Tahap pertama publikasi dokumen ini dirilis pada pekan pertama bulan Agustus dan memuat sejumlah dokumen dari CIA, Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, Direktur Intelijen Nasional, dan Badan Keamanan Nasional.
Reaksi Pemerintah AS
Dokumen yang dirilis itu memuat banyak surel berisi pertanyaan media tentang pembunuhan Khashoggi dan bagaimana reaksi Gedung Putih melalui juru bicara Sarah Huckabee Sanders.
Reaksi Gedung Putih menarik dicermati karena selama ini AS menjalin hubungan erat dengan Arab Saudi.
Respons AS terhadap kasus ini berubah setelah Juni lalu PBB merilis laporan yang menyebut pembunuhan Khashoggi sudah direncanakan dan Arab Saudi bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Dikutip dari laman Alaraby, Rabu pekan lalu, dari sejumlah dokumen yang sudah dirilis, menurut penasihat senior untuk isu Negara Teluk sekaligus peneliti di London School untuk program Ilmu Politik dan Ekonomi, Courtney Freer, kuta bisa menarik tiga kesimpulan.
Pertama, ratusan halaman dokumen yang dirilis itu memperlihatkan sulitnya komunitas intelijen menjalin koordinasi dengan Gedung Putih dalam merespons pembunuhan Khashoggi setelah rincian peristiwa keji itu dilaporkan PBB.
Para pejabat di pemerintahan AS juga harus berjuang untuk mempertahankan satu garis komando dari Gedung Putih untuk menyikapi kasus ini mengingat Presiden Trump sendiri sering kali tidak konsisten dengan pernyataannya.
Sikap Trump
Kedua, karena pembunuhan Khashoggi terjadi di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, sulit untuk mengetahui apakah pemerintah Saudi masih punya batasan atas tindakannya di luar negeri.
Belum lama ini sebuah artikel di Vanity Fair menyoroti tentang kisah seorang pengkritik Saudi yang dilacak di luar negeri. Hal itu memperlihatkan orang-orang yang melarikan diri dari Saudi masih bisa diawasi oleh pemerintah Saudi. Sejumlah dokumen yang dirilis juga memuat pertanyaan media tentang apakah Saudi bertanggung jawab atas pembunuhan aktivis Iran Ahmad Mola Nissi di Belanda pada November 2017.
Ketiga, hubungan AS-Saudi tampaknya masih belum kembali seperti sedia kala dan itu memperlihatkan betapa Saudi sebelumnya meremehkan dampak pembunuhan Khashoggi.
Meski Trump berusaha tidak membesarkan kasus pembunuhan ini dan bahkan menolak permintaan PBB agar FBI menyelidiki pembunuhan Khashoggi, tampaknya sejumlah kalangan di AS masih menuntut Trump untuk bersikap lebih tegas.
DPR AS akhirnya Juli lalu memutuskan untuk menolak penjualan senjata AS ke Saudi lantaran kasus pembunuhan Khashoggi ini.
Sembilan bulan setelah peristiwa pembunuhan Khashoggi, Trump masih menyebut Putra Mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) sebagai 'teman saya' dan menyebut MBS sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik.
Baca juga:Parlemen AS Loloskan Resolusi untuk Ungkap Dalang Pembunuhan KhashoggiPakar HAM PBB Kecam Amerika yang Bungkam Atas Kasus Pembunuhan Jamal KhashoggiTrump Tolak Usulan PBB agar FBI Selidiki Pembunuhan Jamal KhashoggiSiapa yang Akan Diminta Bertanggung Jawab atas Kematian Khashoggi?PBB Temukan Bukti Kuat Ada Kaitan Pangeran MBS dengan Pembunuhan Khashoggi
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kronologi Mobil Iring-Iringan Presiden Joe Biden Ditabrak, Secret Service Sampai Kokang Senjata
Insiden ini terjadi saat Biden dan Ibu Negara Jill Biden baru saja meninggalkan markas kampanyenya.
Baca SelengkapnyaPentagon Perintahkan Ribuan Tentara Amerika Bersiap Perang di Gaza
Pentagon Perintahkan Ribuan Tentara Amerika Bersiap Perang di Gaza
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Detik-detik Intel Turki Tangkap 33 Agen Mossad Israel, Misinya Culik & Bunuh Petinggi Hamas
Begini detik-detik intelijen Turki gerebek persembunyian agen Mossad Israel yang hendak bunuh petinggi Hamas.
Baca SelengkapnyaMedia Asing Terkemuka Sebut Jokowi Akhiri Masa Jabatan dengan Mengecewakan
Dalam editorialnya, The Economist menyorot soal pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaVIDEO: Istana Buka Fakta Suasana Kabinet Jokowi di Tengah Isu Perpecahan Menteri
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana meluruskan kabar tersebut.
Baca SelengkapnyaCak Imin: Helikopter Anies Kesulitan Mendarat di Tuban, Pinjam Lapangan Polisi Tapi Tak Diizinkan
Cak Imin menyebut, seharusnya semua fasilitas milik negara terbuka untuk sekedar pendaratan transportasi udara.
Baca SelengkapnyaRespons Istana Soal Kabar Jokowi Jadi Kader Sejak Tahun 1997 dan Ketum Golkar
Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menyebut, desas-desas Jokowi akan menjadi ketum parpol sudah lama digulirkan.
Baca SelengkapnyaTanpa Dikawal Israel, Reporter CNN Akhirnya Melihat Langsung Kondisi Gaza, Begini Reaksinya
Ini pertama kalinya jurnalis Barat masuk ke Jalur Gaza tanpa pengawasan militer Israel.
Baca Selengkapnya