Potret Megah 3 Jembatan Air di Jawa Timur, Berusia Ratusan Tahun Masih Berfungsi hingga Kini
Jembatan-jembatan ini menjadi sumber pengairan bagi lahan pertanian dan perkebunan warga
Jembatan-jembatan ini menjadi sumber pengairan bagi lahan pertanian dan perkebunan warga
Tiga jembatan saluran air di Provinsi Jawa Timur sudah dibangun sejak ratusan tahun silam. Jembatan-jembatan air peninggalan kolonial Belanda itu masih berfungsi hingga kini.
Pembangunan jembatan air di beberapa daerah di Jawa Timur itu bertujuan untuk mengalirkan air dari hulu ke hilir.
Air tersebut sangat bermanfaat untuk mengaliri areal persawahan, perkebunan, hingga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga warga di sejumlah daerah yang rentan kekeringan saat kemarau.
Jembatan Talang Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang Malang) terletak di dua desa, yaitu Desa Bululawang dan Desa Krebet Senggrong, Kabupaten Malang.
Jembatan ini dibangun pada tahun 1904/1905 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Jembatan Air Bululawang berfungsi untuk mengalihkan air irigasi melalui lembah atau sungai Mantenimiento.
Pembangunan Jembatan Air Bululawang merupakan bagian dari proyek pengembangan Kawasan Irigasi Kedungkandang.
Mengutip situs wearemania.net, Daerah Irigasi Kedungkandang Kota dan Kabupaten Malang memiliki standar luas sawah 5.183 hektare dan suplai air dari Bendungan Kedungkandang Desa Polehan, Kecamatan Kedungkandang Kota Malang dan Kalimeri Suplesi Bendungan Tangkil, Kabupaten Bululawang.
Selain untuk saluran irigasi sawah, air dari jembatan ini juga gunakan untuk mandi dan keperluan lain.
Di kiri dan kanan sungai buatan tersebut terdapat jalan setapak yang hanya bisa dilalui satu orang.
Saluran air biasanya dibangun di bawah permukaan air. Hal ini tidak terjadi dengan Syphon Metro di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Saluran air ini berupa sepasang pipa raksasa di atas sungai.
Syphon Metro berbentuk sepasang pipa dengan diameter kurang lebih 1,8 meter di atas sungai metro.
Mnegutip YouTube Niki_Channel, saluran air berbentuk pipa raksasa ini berfungsi untuk menyeberangkan air dari Sungai Molek menuju Talangagung.
Mengutip Prasasti Molek, Syphon Metro dibangun pada tahun 1903. Artinya, saat ini pipa air raksasa ini telah berusia lebih dari satu abad, tepatnya 121 tahun.
Hingga kini, Syphon Metro masih berfungsi sebagai saluran irigasi untuk mengairi area persawahan di sekitarnya.
Saluran air berupa pipa raksasa ini dikelilingi pepohonan rimbun sehingga sangat sejuk.
Jembatan saluran air di Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan ini tertutup pepohonan rimbun.
Jembatan yang menghubungkan dua tebing curam ini dibangun pihak kolonial Belanda pada tahun 1881 silam. Kini usianya sudah 143 tahun.
Jembatan Talang Abang memegang peranan penting pada zaman kolonial Belanda.
Dulunya, sumber mata air Talang Abang pernah menjadi pemasok air untuk pabrik karet, cengkeh hingga kopi.
Mengutip Youtube Majapahit Study Club, proses pembuatan jembatan ini tak menggunakan semen.
Pembangunan jembatan menggunakan kapur gamping, batu bata serta lem dari getah pohon. Pasalnya, saat itu belum ada semen.
Masih jadi tanda tanya mengapa jembatan ini dinamakan jembatan cincin
Baca SelengkapnyaBendungan ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar
Baca SelengkapnyaDaerah-daerah terluar kerajaan ini punya ciri khusus yang unik
Baca SelengkapnyaPenuh pohon rindang dan jalanan sepi, begini potret lawas suasana di Tanah Abang sebelum tahun 1863.
Baca SelengkapnyaKelenteng ini merupakan kelenteng induk dari sembilan kelenteng Chen Fu Zhen Ren yang tersebar di Jawa Timur, Bali, dan Pulau Lombok.
Baca SelengkapnyaSelain saluran air, ada juga sumur kuno yang ditemukan secara tidak sengaja oleh warga.
Baca SelengkapnyaLala, pengasuh Rafathar, memiliki rumah yang begitu memukau di kampung halamannya.
Baca SelengkapnyaBangunan tiga lantai ini dibangun di tanah seluas 3,4 hektare
Baca SelengkapnyaGedung ini saksi bisu pendudukan Belanda di Babat, Lamongan
Baca Selengkapnya