Organda Keluhkan Harga BBM Pertalite Diam-Diam Naik dan Premium Sulit Didapat
Merdeka.com - Organisasi Angkutan Darat (Organda) di Makassar, Sulawesi Selatan mengeluhkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi jenis Pertalite. Sebab, BBM jenis ini sudah digunakan supir angkutan umum untuk menarik penumpang karena BBM Premium bersubsidi sangat sulit didapatkan.
"Tentunya ini akan semakin menyulitkan rakyat, utamanya teman-teman supir angkot. Pemerintah mesti paham kondisi sekarang ini semua serba sulit di tengah pandemi Covid-19," ujar Ketua Organda Makassar, Zainal Abidin dikutip dari Antara, Kamis (4/11).
Menurut dia, awalnya harga BBM jenis Pertalite telah disamakan dengan harga Premium Rp6.450 agar masyarakat bisa beralih ke BBM berkualitas. Hal itu sejalan dengan program Langit Biru oleh Pertamina atas kebijakan pemerintah pusat.
Alasannya, menjaga lingkungan dari polusi udara karena dampak timbal sekaligus upaya promosi Pertamina untuk mendorong masyarakat meninggalkan BBM jenis premium.
Namun belakangan, secara perlahan-lahan Premium mulai langka ditemukan begitupun harga Pertalite diam-diam dinaikkan dengan dalih normalisasi dimulai harga Rp7.250 dan kemudian naik lagi per tanggal 1 November 2021 menjadi Rp7.850 per liter.
Pihaknya pun sempat mempertanyakan perihal kenaikan itu dan untuk promosi satu harga sampai kapan berlangsung, namun tidak mendapat jawaban dari pihak Pertamina setempat, bahkan kenaikan terus berubah-ubah.
"Informasi kami terima dari pemilik trasportasi, supir angkot hingga operator harga Pertalite sudah naik Rp7.850 ribu per liter per 1 November," katanya.
Tidak hanya itu, informasi yang dihimpun dari empat SPBU yang masih menjual BBM jenis Premium di Makassar, untuk mendapatkan bahan bakar itu, butuh waktu lama mengantre, sehingga merugikan waktu bagi para supir angkot.
"Masih ada empat SPBU menjual Premium, yang lain sudah tidak ada. Kalaupun dapat butuh waktu lama antre, ditambah lagi masih ada kendaraan pribadi ikut mengantre, padahal seharusnya mereka menggunakan Pertalite," ujarnya.
Tarif Angkot Naik
Pihaknya pun telah berkomitmen bersama pihak Pertamina untuk memberikan pelayanan khusus bagi angkot di empat SPBU menjual Premium dari pukul 06.00 WITA-pukul 12.00 WITA, dan tidak boleh ada mobil pribadi, tapi fakta di lapangan tidak sesuai komitmen awal.
Guna menyiasati kenaikan itu, Organda bersepakat segera menaikkan tarif Rp 2.000. Dari harga semula Rp5.000, naik menjadi Rp7.000. Begitu pula dari Rp6.000 naik menjadi Rp8.000 dan Rp7.000 dinaikkan Rp9.000 per penumpang.
"Kami menilai pemerintah diam-diam menaikkan harga, walaupun non subsidi, tapi sudah 99 persen digunakan orang, siapa pun itu. Dari pada ribut di jalan, lebih baik kita sesuaikan tarif. Dampak kenaikan ini tentu akan berpengaruh pada semua sektor ekonomi," katanya.
Menanggapi hal itu Unit Manager Communication, Relation dan CSR PT Pertamina, Marketing Operation Region (MOR) VII, Laode Syarifuddin Mursali mengatakan, tengah melakukan pengecekan di lapangan. Dia pun berdalih masih ada SPBU yang menjual BBM jenis Premium bersubsidi di Makassar.
"Saya cek dulu ya, kan memang promo untuk Pertalite sudah selesai," katanya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertamina memutuskan untuk menahan harga jenis BBM non subsidi meski SPBU lain mulai mengerek harga sejak awal tahun ini.
Baca SelengkapnyaPertamina tentu memiliki perhitungan yang cermat, sebab review tiga bulanan harga BBM, memang berdasarkan rata-rata harga tertimbang.
Baca SelengkapnyaDi awal tahun baru ini semua BBM Pertamina non subsidi terpantau mengalami penurunan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertamina mempertimbangkan evaluasi harga serta kebutuhan masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri.
Baca SelengkapnyaPertamina Patra Niaga juga berinovasi untuk memastikan BBM dan LPG subsidi bisa tepat sasaran.
Baca SelengkapnyaUsai Pemilu 2024, Arifin pun mempersilakan penjualan BBM non-subsidi kepada masing-masing badan usaha, mengikuti pergerakan harga minyak dunia.
Baca SelengkapnyaJokowi meny ampaikan usai menggelar rapat internal di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Baca SelengkapnyaUsai pemilu, kemungkinan harga BBM bakal naik karena mengacu pada situasi yang ada saat ini.
Baca SelengkapnyaPertamina tidak menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia merangkak naik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat melemah.
Baca Selengkapnya