Badai PHK Karyawan Berpotensi Terus Berlanjut, Ini Penyebabnya
Merdeka.com - Tingginya tingkat inflasi global bisa memicu badai pemutusan hubungan kerja (PHK) di Tanah Air. Sebab, melemahnya permintaan dari negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa bisa mengganggu produktivitas industri manufaktur.
"Inflasi global itu kan pasti berkaitan dengan harga global dan potensi ekspor dari industri yang selama ini, ekspor ke sana, terutama ke AS atau Eropa," kata Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan, Reza Hafiz dalam diskusi INDEF: Efek Resesi Global terhadap Ekonomi Politik Indonesia 2023 di ITS Tower, Jakarta Selatan, Rabu (14/12).
"Itu sudah pasti industri padat karya tersebut akan terdampak. Mau enggak mau PHK bisa saja terjadi," sambungnya.
Dari kacamata bisnis, Reza menyebut PHK merupakan hal yang biasa. Namun dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan menilai PHK harus menjadi jalan terakhir yang dilakukan perusahaan dalam kondisi darurat.
Memang PHK merupakan upaya efisiensi pengeluaran perusahaan. Namun selain PHK, perusahaan bisa melakukan efisiensi dari pos anggaran lain biaya operasional.
"Itu PHK terakhirlah," kata dia.
Gelombang PHK Terus Berlangsung
Gelombang PHK memang di tahun depan diperkirakan masih akan terus berlangsung. Adapun sektor yang rentan melakukan PHK antara lain manufaktur dan perusahaan yang levelnya masih merintis (startup) di bidang teknologi, informasi dan komunikasi (TIK).
"Sektor yang paling berdampak itu manufaktur. Kedua kemungkinan di startup tapi sektor TIK yang perusahaannya masih di level start up," kata dia.
Meski begitu, karyawan yang pernah bekerja di level startup ini bisa pindah ke industri yang lebih besar dengan cepat. Sehingga sifatnya lebih dinamis walaupun dua sektor ini masih akan melakukan PHK.
"Jadi ketika gojek PHK, mereka sudah komunikasi dulu di komunitas startup. Ada teman-teman yang bakal meninggalkan Gojek misalnya," kata dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jika kondisi di Terusan Suez dan Terusan Panama tidak kembali kondusif, bisa berdampak pada peningkatan inflasi.
Baca SelengkapnyaPadahal YLKI pun mengusulkan kebijakan serupa diterapkan di Tanah Air.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Salah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.
Baca SelengkapnyaBank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaDuta Besar RI untuk Inggris Desra Percaya terus mendorong optimalisasi peran diaspora Indonesia dalam membangun ekonomi berbasisinovasi.
Baca SelengkapnyaKenaikan PPN dengan menggunakan single tarif dapat menyebabkan semakin menurunnya daya saing industri.
Baca SelengkapnyaKemendag bekerjasama dengan Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk menahan inflasi.
Baca SelengkapnyaArtinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca Selengkapnya