Puluhan Rumah Warga Tertimbun Lumpur dan Pasir dari Aliran Gunung Semeru
Merdeka.com - Puluhan rumah warga tertimbun air dan pasir yang terbawa air hujan dari hulu aliran sungai di kawasan Gunung Semeru. Pasir dengan aroma belerang terbawa air hujan memasuki rumah-rumah warga yang sebelumnya telah diimbau untuk mengungsi.
"Sudah dari tadi diminta segera mengungsi. Warga semua sudah keluar rumah, saya di sini berjaga-jaga," kata Sugianto, warga Dusun Bondeli Utara, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Kamis, (16/12).
Dia menceritakan rumahnya yang berlahan-lahan terendam timbunan pasir bercampur lumpur. Warga pun diimbau untuk menyelamatkan diri ke pengungsian.
Namun dirinya sengaja tidak ikut ke pengungsian, lantaran barang-barangnya yang masih di dalam rumah. Jika sudah surut, Sugianto berencana segera mengevakuasinya.
Tono, petugas penjaga aliran lahar menyatakan kalau banjir terjadi dua kali yakni sekitar pukul 11.00 WIB dan 12.30 WIB. Pria yang juga tinggal di Dusun Bondeli Utara itu mengaku segera meminta warga mengosongkan rumahnya begitu mengetahui datangnya lahar tersebut.
"Ini bahaya ya, datangnya sangat deras," tegasnya.
Hujan sejak pagi hingga siang mengguyur hulu aliran sekitar Dusun Curah Kobokan, Supiturang, Pronojiwo. Kondisi tersebut ditambah material Guguran Awan Panas (APG) Gunung Semeru pada pukul 09.00 WIB. Material pasir berikut air hujan tersebut kemudian terbawa aliran hingga memasuki rumah warga.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dasyatnya Banjir Lahar Semeru, Putus Jembatan Hingga buat Ratusan Warga Mengungsi
Baca SelengkapnyaBanjir lahar dingin Gunung Semeru menerjang Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (18/4) malam.
Baca SelengkapnyaWarga yang menjadi korban tersebut adalah Suparman, warga Kesamben, Blitar, Jawa Timur
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Banjir lahar dingin ini juga mengakibatkan akses jalan terputus karena jembatan rusak.
Baca SelengkapnyaTingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga
Baca SelengkapnyaWarga yang rumahnya terseret arus sungai sampai saat ini masih mengungsi di rumah ibadah di Desa Tayawa.
Baca SelengkapnyaAkibat banjir, masyarakat beraktivitas menggunakan paruh karena akses jalan tidak bisa dilalui.
Baca SelengkapnyaPelaku MS tak terima anaknya ditusuk korban gara-gara membawa cucu bertandang ke rumah korban.
Baca SelengkapnyaUntuk memudahkan koordniasi, Giyatono membuat paguyuban pembuat keris. Paguyuban itu telah terdaftar sebagai salah satu kluster BRI
Baca Selengkapnya