Perang Sarung Beda dengan Tarung Sarung, Ini Penjelasan Antropolog

Merdeka.com - Perang sarung menjadi tren di masyarakat, khususnya dilakukan anak-anak, saat momen Ramadan. Aksi itu ternyata jauh berbeda jauh dengan budaya tarung sarung atau Sigajang Lalang Lipa di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Antropolog Universitas Hasanudin Makassar, Tasrifin Tahara mengatakan, perang sarung dengan tarung sarung merupakan dua hal berbeda dan tidak ada keterkaitan. Meski demikian, perang sarung sering dikaitkan dengan tarung sarung karena media sarung yang digunakan.
"Dua hal yang terpisah sebenarnya dengan tarung sarung yang ada di Makassar. Kalau itu tidak ada keterkaitan cuma masing-masing pada fungsi kebetulan juga perang sarung ini kan media yang digunakan adalah sarung," ujar Tasrifin kepada merdeka.com, Jumat (24/3).
Tasrifin mengatakan kemunculan perang sarung di masyarakat karena momen bulan Ramadan. Di bulan ini banyak masyarakat melaksanakan ritual ibadah menggunakan sarung.
"Salah satu media ibadah bagi umat muslim itu kan sarung. Biasa setelah melaksanakan ritual kan ada varian-varian lain yang dilakukan anak-anak pergi keliling," kata dia.
"Biasa gejolak anak muda sering bertarung, cuma kemungkinan dalam momen atau situasi seperti itu biasa orang saling adu dengan menggunakan media yang melekat pada dirinya. Jadi kebetulan mungkin pada saat itu sarung, ya jadilah dipakailah sarung sebagai media," imbuhnya.
Berbeda dengan tarung sarung yang menjadi budaya zaman dahulu Bugis-Makassar. Tasrifin mengatakan tradisi tarung sarung atau Sigajang Lalang Lipa sudah terjadi sejak zaman kerajaan.
"Zaman dahulu kalau persoalan harga diri atau siri dilakukan Sigajang Lalang Lipa," tuturnya.
Ia menyebut dalam Sigajang Lalang Lipa terdapat dua media yakni sarung dan juga badik. Dua orang bertarung di dalam sarung itu dengan menggunakan badik.
"Dan sarung itu membuat orang betul-betul jago. Karena tidak bisa bergerak (leluasa) kalau sudah di dalam sarung," bebernya.
Tasrifin mengaku tradisi Sigajang Lalang Lipa saat ini sudah tidak lagi ditemui sejak adanya hukum positif di Indonesia seperti Undang-Undang dan Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).
"Budaya Sigajang Lalang Lipa ini awalnya belum diketahui. Tapi tradisi itu sudah ada di masa kerajaan dan kemungkinan saat ini sudah bergeser sejak masuknya hukum-hukum positif di Indonesia," sebutnya.
Tasrifin menyebut keberadaan hukum-hukum positif saat ini menggeser hukum adat. Dengan adanya hukum positif tersebut tidak ada lagi ruang untuk menegakkan siri atau harga diri dengan melakukan tarung sarung.
"Karena akan berbenturan dengan hukum positif yang ada saat ini," ucapnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


Ganjar Cerita Mahfud Minta Dukungan jadi Cawapres Jokowi 5 Tahun Lalu: Allah Berkehendak Lain
Ganjar Pranowo mengulas momen lima tahun lalu saat Mahfud Md dikabarkan menjadi Cawapres Jokowi.
Baca Selengkapnya


Punggung Ajudan Ganteng Mendadak jadi 'Meja' Pensiunan Jenderal Kopassus, ini Potretnya
Berikut momen punggung ajudan ganteng mendadak menjadi 'meja' oleh pensiunan Jenderal Kopassus.
Baca Selengkapnya


Quality Time ala Lesti Kejora Bareng Keluarga, Keliling Komplek Pakai Sepeda Listrik Sambil Jajan Bakso
Lesti, Rizky Billar, dan Baby L mengelilingi komplek dengan menggunakan sepeda listrik
Baca Selengkapnya


Ternyata Satuan Khusus dari Pasukan Elite 3 Matra TNI & Polri Tergabung di Badan ini, Tugas Operasinya Tak Sembarangan
Tak disangka satuan khusus dari Pasukan elite 3 Matra TNI & Polri tergabung dalam Badan ini.
Baca Selengkapnya


Momen Ibu Baru Belajar Memasak Nasi, Dedi Mulyadi 'Generasi Sekarang Enggak ada yang Bisa Ngejo'
Terbaru, Kang Dedi memamerkan momen saat istrinya sedang belajar memasak nasi. Penasaran seperti apa momennya?
Baca Selengkapnya

Berteduh di Pondok Tengah Sawah saat Hujan Deras, 3 Petani Empat Lawang Disambar Petir
Tiga petani di Desa Tanjung Alam, Lintang Kanan, Empat Lawang, Sumatera Selatan, disambar petir saat berteduh di pondok ketika hujan deras melanda kawasan itu.
Baca Selengkapnya

Upaya Mengungkap Penyebab Jatuhnya Dua Pesawat Super Tucano
Kasau telah mengeluarkan surat perintah penyelidikan. Sehingga penyebab jatuhnya pesawat masih diselidiki.
Baca Selengkapnya

Ilmuwan Ciptakan Robot dari Sel Manusia, Ini Tujuannya
Ada tujuan tertentu mengapa para ilmuwan ingin menciptakan robot dari sel manusia.
Baca Selengkapnya

Viral Persekusi Mahasiswa Papua di Kupang, 5 Anggota Ormas Diperiksa Polisi
Aksi persekusi dan penganiayaan terhadap mahasiswa Papua yang berunjuk rasa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) viral di media sosial.
Baca Selengkapnya

Survei Pilpres: 28,2% Rakyat Paling Suka Bantuan Tunai, 26,3% Pengobatan Gratis, 25,8% Dibagi Sembako
Survei Populi Center mencatat, masyarakat lebih senang Capres-Cawapres melakukan kegiatan sosial saat kampanye.
Baca Selengkapnya

Santai Bercelana Pendek, Kaesang Bertemu Influencer di Malang
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Kaesang Pangarep mengajak makan siang para influencer di Mal Malang Olympic Garden (MOG) Kota Malang.
Baca Selengkapnya

Dinosaurus Musnah 66 Juta Tahun Lalu Bukan Hanya Karena Asteroid yang Hantam Bumi, Ternyata Ada Penyebab Lain
Para ilmuwan berspekulasi ada kekuatan lain di Bumi yang menyebabkan dinosaurus punah, selain asteroid.
Baca Selengkapnya