Epidemiolog: Jangan Lengah Covid-19 Masih Terus Bermutasi
Merdeka.com - Epidemilog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengharapkan masyarakat agar tidak menurunkan kewaspadaannya akan potensi meningkatnya kembali jumlah korban akibat COVID-19 karena Coronavirus diyakini bakal terus bermutasi.
Dicky Budiman dalam webinar Alinea Forum bertajuk Waspada Masa Krisis Pandemi COVID-19 Belum Berakhir di Jakarta Selasa (14/9), memperkirakan akan ada beberapa varian COVID-19 yang lebih berbahaya dari varian delta. Indikasinya dengan ditemukannya varian C.1.2 di Afrika Selatan pada bulan Mei 2021.
"Varian ini berpotensi mengalahkan delta. Ini karena semua mutasi dari alpha, beta, delta, dan gamma ada di varian 1.2," katanya.
Makanya, dia mengingatkan agar pemerintah bersiap dan berupaya mencegah masuknya varian tersebut. Di sisi lain, juga mulai bersiap untuk hidup berdampingan dengan COVID-19 karena tampaknya pandemi ini masih panjang.
PPKM level, kata Dicky, juga dianggapnya suatu strategi yang tepat. Saat ini WHO pun sedang membuat strategi yang mirip dengan PPKM level.
Menurut dia, PPKM menjadi penjaga gawang selama masih merebaknya COVID-19. Hal itu harus dipahami oleh semua pihak dan kewajiban pemerintah menjelaskan kepada masyarakat.
"PPKM ini tidak mematikan ekonomi, kecuali kalau level empat. Inilah yang harus disampaikan kepada publik," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menyebutkan tidak ada satu pun epidemilog yang bisa memastikan kapan pandemi berakhir.
Makanya, Pemprov DKI akan memastikan 14 juta orang yang beraktivitas di Jakarta telah mendapatkan vaksinasi. Vaksin masih menjadi upaya terbaik kendati belum bisa mencegah penularan COVID-19. Akan tetapi, bisa mengurangi dampak negatif ketika terpapar COVID-19.
"Tidak ada orang yang kami tinggalkan selama pandemi ini. Jadi, harapannya tidak hanya 11 juta jiwa penduduk DKI, tetapi 14 juta jiwa penduduk yang beraktivitas di DKI pada siang hari sudah lengkap vaksinasi dua dosis sehingga herd immunity dapat tercapai," ucapnya
Pemberian vaksinasi anak di bawah umur 12 tahun, menurut dia, perlu dilakukan. Apalagi, Tiongkok sudah memberikan vaksinasi untuk anak usia 3 tahun dengan menggunakan vaksin Sinovac, sementara Chile untuk anak usia 6 tahun. Ia mengingatkan masyarakat yang telah mendapatkan vaksinasi tetap harus mendisiplinkan diri dan memperketat protokol kesehatan.
"Jangan menjadi lengah dan kendor karena COVID-19 masih mengancam," katanya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaTren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Peningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus Covid-19 terjadi di DIY. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY saat ini sudah tercatat 61 kasus positif Covid di provinsi itu.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaChikungunya adalah infeksi virus yang ditandai dengan demam dan nyeri sendi secara mendadak.
Baca Selengkapnya