Cerita Pilu Mahasiswi Dihantam Tsunami Banten: Ya Allah Ampuni Dosa-dosa Dhian
Merdeka.com - Tiga hari pascatsunami Banten ternyata meninggalkan banyak cerita di lokasi terdampak tsunami. Karena ribuan masyarakat sekitar Pantai Selat Sunda telah menjadi korban keganasan tsunami setinggi hampir enam meter.
Dhian (19) salah satu orang yang telah menjadi korban tsunami Banten ini mengaku sudah mempunyai firasat terlebih dahulu sebelum ia bersama dengan temannya ini ikut menjadi korban tsunami.
"Dhian tadinya udah enggak mau ikut acara ini (makrab), enggak ah takut, biasanya kalau akhir tahun suka ada itu (bencana tsunami) udah ngomong kaya gitu sebut merek, udah bilang ada gitu. Biasanya juga tanggalnya, tanggal 20an dan 22 gitu deh. Eh ternyata beneran pas banget tanggal 22 lagi di sini," kata Dhian saat bercerita kepada merdeka.com, Selasa (25/12).
Meskipun sudah mempunyai firasat yang cukup kuat, ia pun tetap pergi menuju Anyer bersama dengan teman-temannya untuk mengadakan acara Malam Keakraban (Makrab).
"Felling mah udah dari kemaren, cuma karena kita udah berangkat udahlah kita buang jauh-jauh pikiran kaya gitu, jangan sampe, jamgan sampe. Tapi, eh (kejadian)," ujarnya.
"Pokoknya seminggu sebelumnya udah, ih takut kayanya akhir tahun itu banyak mau ada peristiwa kaya gitu," tambahnya.
Mahasiswa Universitas Serang Raya ini pun bercerita sebelum dirinya terhantam ombak tsunami yang terjadi pada malam hari. Ia sempat melihat orang berlarian terlebih dahulu sebelum ombak datang menghantam mobil yang ia tumpangi bersama satu orang temannya.
"Kita lagi jalan biasa, mau ke Anyer dari arah Labuan mau ke Anyer, puter balik karena kita kelewatan pas ditikungan itu banyak orang lari-lari semuanya pada lari-lari, dikirain kenapa itu pada lari-lari kata temen awas Dhian ada orang nyebrang, eh ternyata ada ombak juga," Dhian bercerita.
Saat itu, ombak yang datang menghantam mobilnya (Honda Brio) hingga mencapai setinggi 5 meter. Sebelum ombak datang, penerangan jalan hanya berasal dari mobilnya itu.
Selain dihantam ombak, mobilnya juga sempat terseret derasnya ombak hingga mencapai 50 meter selamat 3 menit. Dan saat itu pun, suasana di dalam mobil pun langsung menjadi sunyi sepi.
Bukan hanya itu saja, air pun juga masuk ke dalam mobilnya dan kaca mobil hampir pecah akibat berbenturan dengan air pantai yang cukup kencang kekuatannya.
"Iya gitu, kita cuma berdua doang cewek-cewek. Pas ada ombak langsung (drep) kedap suara begitu," ujarnya.
"Ada, muncrat-muncrat air mah dikit-dikit doang itu di kaki kita ada aer tapi enggak ada semata kaki cuma setelapak doang, tapi air masuk terasa basah terus muncrat-muncrat dikit dari kaca depan kan retak-retak gitu. Kita kan denger suara retak-retak gitu khawatir ngeri pecah, nanti masuk semua dong air sama si bambu-bambunya itu. Takut kena mukakan, kena badanlah. Untung aja badannya enggak kenapa-kenapa, sehat-sehat aja," jelasnya.
Saat dihantam oleh ombak, ia pun sudah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya. Yang bisa ia lakukan hanya bisa berpasrah diri kepada Tuhan dan tak ada yang lain yang ia dapat lakukan.
"Waduh, kita enggak tahu tuh masih bisa jalan apa enggak mobilnya. Kondisi kita merem dan aku enggak tahu kondisi saat itu, pokoknya panik enggak tahu dan setiran aja enggak aku pegang, aku enggak tahu mesti gimana. Jadi aku diem cuma bisa berdoa, ya Allah ya Allah ampuni dosa-dosa Dhian, inget kesalahan-kesalahan Dhian," ungkapnya.
Ketika mahasiswi semester tiga ini tak memberanikan diri untuk membuka kedua matanya saat dihantam dan terseret arus tsunami. Karena saat itu, ia mendengar suara bunyi retak kaca yang berasal dari mobilnya.
"Masih nyala, lampu masih nyala. Kan kita nyangkut di pepohonan, ketika nyangkut sadar melek, ih kaca pecah, di bawah udah ada aer, temen kepental ke aku kan dia enggak pake seatbelt. Kalau aku pake jadi Alhamdulillah aman, jadi enggak kepentok-pentok juga. Kita langsung sadar ngeliat ke sekeliling, depan itu udah air semua," terangnya.
"Tinggi air sekap mobil, cuma mobil kita nyangkut lebih tinggi dari air gitu. Cuma miringkan yang sebelah kanan keredem yang sebelah kiri kan enggak, jadi kita keluar lewat jendela sebelah kiri," sambugnya.
Bukan hanya mendengar suara retakan kaca saja, ia juga sempat melihat banyak ranting-ranting besar mengambang di depan mobilnya itu. "Di depan itu pemandangan ranting-ranting pada silih berganti, ada pohon pepaya gitulah pokoknya. Kita cuma takut kacanya pecah," ucapnya.
Lalu, setelah 10 menit berada di dalam mobil, mahasiswi Fakultas Ekonomi Bisnis ini pun memberanikan diri untuk keluar dari dalam mobil dan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.
"Pas kita turun itu air menggenang sedengkul (setengah meter), jadi kita enggak bisa buka pintu kan otomatis, tinggilah air itu. Warga pada bawa senter pada (ngajakin) ayo naik ke bukit ke dataran tinggi. Wah, jaraknya ke daratan berapa kilo ya, jauh banget," jelasnya.
"Iya mobil kita tinggalin, yang penting katanya udah selametin diri dulu kata warga. Ya kita ikut warga, bareng sama warga enggak pake ales kaki ke hutan malem-malem," sambungnya.
Kejadian ini menjadi pengalaman baru ia dan teman-temannya. Ia pun juga masih merasa trauma atas musibah yang ia alami ini bersama teman-temannya.
"Iya pengalaman banget. Kalau trauma sih pasti ya. Keadaan temen-temen sama, kendaraan mereka juga kena juga pada ancur. Tapi Alhamdulillah kalau badan pada selamet," tutupnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan doa, diharapkan segala kegiatan yang dilakukan dalam acara tersebut dapat dilaksanakan dengan lancar dan diberkahi oleh Tuhan.
Baca SelengkapnyaAna dan teman-teman lain berinisiatif untuk mengunjungi satu sahabat yang berhalangan hadir.
Baca SelengkapnyaKeluarga ini tinggal di sebuah gubuk di pinggir kali yang rawan banjir dan longsor, beratap terpal dan beralas kardus.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Terpisah untuk sementara waktu, wanita ini ngidam ingin disuapi suaminya yang sedang menjalani hukuman di penjara.
Baca SelengkapnyaPada awal kejadian (31/1), tersangka sempat mengaburkan penyebab kematian korban dengan mengaku tidak tahu terkait penyebab meninggalnya sang anak.
Baca SelengkapnyaUsai melakukan mencekik korban di dalam kamar, pelaku sempat keluar rumah dan merokok.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita seorang pria yang disamperin dan disuapi Ibu-Ibu tak dikenal saat dirawat sendirian.
Baca SelengkapnyaAksi Tarsum (41) membunuh dan memutilasi istrinya Yanti (40), lalu menawarkan daging wanita itu kepada warga sekitar, ternyata sudah didahului perilaku aneh.
Baca SelengkapnyaBocah di Muara Baru, Jakarta Utara tewas dibanting sang ayah Usmanto (43).
Baca Selengkapnya