Deti Kurnia Sang Srikandi Penjaga Hutan Perbatasan
Merdeka.com - Dari atas perahu bermesin motor, Deti Kurnia dan rekannya mengarungi sungai yang membelah Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Sorot matanya tajam. Mengamati pepohonan rimbun yang dilewatinya. Ditemani kicauan burung dan deru mesin mesin motor serta derasnya air sungai. Patroli semacam ini rutin dilakukan.
Deti Kurnia menjauh dari keramaian dan hingar bingar kota. Dia memilih bercengkrama dengan alam. Hutan, sungai, dan seisinya. Hari-harinya dihabiskan di bawah rimbunnya pohon-pohon besar dan derasnya air sungai.
Hutan adalah dunianya. Kecintaannya pada hutan memantapkan langkah kakinya untuk menjaga kelestariannya. Hidupnya diabdikan untuk Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum. Letaknya di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.
"Kabupaten paling ujung, berbatasan dengan Malaysia. Makanya sering dari kami itu menyebut Taman Nasional di ujung batas negeri," ujar Deti saat berbincang dengan merdeka.com, pekan lalu.
Deti, satu dari sekian banyak perempuan yang menyukai kegiatan di alam terbuka. Tapi tidak sekadar slogan. Dia membuktikan dengan kesungguhan hati. Sudah dua tahun terakhir Deti bertugas sebagai penjaga hutan perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Pada 2018, Deti memulainya dengan menjadi pengendali ekosistem hutan di Resort Nanga Potan yang merupakan bagian dari Taman Nasional Betung Kerihun. Tugas dan tanggung jawabnya tidak main-main. Deti bersama timnya harus memberi perlindungan dan pengamanan kawasan taman nasional dan ekosistem di dalamnya.
"Juga dalam hal pemerataan atau identifikasi berbagai jenis keanekaragaman yang ada di dalam kawasan," tambah Deti.
Tidak pernah terbayang dalam benak Deti, bakal mengemban tugas di pedalaman Kalimantan. Dengan hutan yang masih asri dan pohonnya lebat. Ada yang menyebut Hutan Kalimantan sebagai salah satu paru-paru dunia.
"Waktu itu pertama kali bergabung di sini tidak terlalu punya gambaran banyak ya. Seperti apa sih hutan Kalimantan. Soalnya kan tahunya hutan di Jawa. Luas banget hutannya ya ternyata," kata Deti.
Kondisi hutan Kalimantan membuat Deti tak berhenti berdecak kagum. Tak terbesit rasa bosan ketika berada di dalamnya. Justru kecintaannya yang semakin mendalam. "Menurut saya itu luar biasa."
Karena kemampuan dan jiwa kepemimpinan yang ada dalam dirinya, tahun ini Deti dipercaya menjadi Kepala Resor Nanga Potan. Tanggung jawabnya pun semakin besar.
Sejumlah masalah kerap menyapanya. Utamanya soal luas hutan yang mencapai lebih dari 1 juta hektare. Tidak mungkin dijaga hanya oleh segelintir orang. Tapi Deti dan timnya bukan orang-orang yang mudah menyerah pada persoalan. Dia merawatnya dengan maksimal meski dalam keterbatasan.
"Kawasan hutan di Kalimantan itu kan salah satu yang masih terjaga. Karena luasnya itu sulit buat kita untuk bekerja secara luas. Karena jumlah sumber daya manusianya tidak banyak, sumber daya untuk kegiatan pendukung juga kadang sulit. Jadi kita harus pintar-pintar harus banyak belajar," kata Deti.
Hutan Milik Bersama
Hutan telah memberi banyak manfaat bagi manusia. Kehidupan manusia bergantung pada hutan dan seisinya. Sebab itu, kelestariannya menjadi tanggung jawab bersama. Deti dan tim selalu menanamkan itu pada warga sekitar Hutan. Bukan hal mudah.
Bagi warga desa yang belum memahami keberadaan dan fungsi tim penjaga Taman Nasional, akan memandang sinis. Mereka dianggap menghalangi warga mencari makan dari hutan. Deti mendekatkan diri. Memberi mereka penjelasan. Tugas penjaga taman nasional untuk memastikan kelestarian hutan tetap terjaga untuk keberlangsungan kehidupan manusia di masa depan.
"Jadi mungkin sebagian besar sudah paham, tapi kita juga tidak boleh parsial. semuanya kita masuki. Mungkin saat ini belum semua, tapi kita masih usahakan (memberi pengertian)," jelasnya.
Pendekatan dilakukan dengan berbagai kegiatan pemberdayaan warga. Agar warga tidak hanya menggantungkan hidup hanya dari hasil hutan. Memunculkan sumber ekonomi lain untuk warga. Contohnya program pembesaran sapi atau program Perguliran Hewan Ternak Sapi.
Sebagian warga masyarakat yang sudah memahami kehadiran para jagawana, dilibatkan untuk ikut serta menjaga hutan. Hutan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Cara ini dilakukan agar warga ikut merawat dan menjaga kelestarian hutan sebagai sumber kehidupan.
"Masyarakat itu untuk kebutuhan sehari-harinya banyak yang bersumber dari kawasan hutan. Nanti ke depannya kita bisa jaga kelestariannya sama-sama. Tujuannya seperti itu," kata Deti.
Ada satu lagi program yang dijalankan Deti dan rekannya. Yakni Rimbawan mengajar. Deti dan tim menjadi guru bagi anak-anak sekolah dasar di desa yang berada di sekitar hutan.
Kearifan Lokal
Selama bertugas di Resort Nanga Potan, Deti harus sering bertemu dan melibatkan diri dengan kegiatan masyarakat. Ada dua suku yang mendiami satu desa. Yakni Suku Dayak dan Melayu. Mereka tinggal di desa Tanjung Lasa. Letaknya tak jauh dari Dusun Nanga Potan.
Desa itu dihuni sekitar 200 kepala keluarga. Meski berbeda-beda suku, tidak ada konflik yang terjadi. Warga Desa Tanjung Lasa adalah cermin sebuah keharmonisan. Mereka hidup berdampingan. Tanpa sekat perbedaan.
"Di wilayah saya itu, kan ada yang Melayu, Suku Melayu mayoritas muslim dan Dayak mayoritas nasrani," kata Deti.
Warga desa tak pernah kesulitan dalam perekonomian. Untuk kebutuhan makan dan hidup sehari-hari, mereka menjaring ikan dan berladang. Sebagian lainnya melakukan aktivitas di sekitar hutan.
Pesan dari Perbatasan
Kepada kami, Deti menitipkan pesan. Untuk menjaga hutan dan segala isinya dengan cara sederhana. Salah satunya dengan tidak serakah dan merusak sumber daya yang ada di dalamnya.
"Jadi hutan taman nasional itu banyak tersebar di mana-mana. Sumber dayanya juga banyak. Tapi jangan lupa perhatikan etikanya," tutup Deti.
Berikut Video Sosok Merdeka Deti Kurnia:
(mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan
Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaLuas Wilayah Ibu Kota Baru 256.000 Hektare, Kepala Otorita IKN: 65 Persennya Hutan Hujan Tropis
Kawasan MHHT nantinya akan memiliki 109 spesies pohon khas ekosistem hutan hujan tropis dengan keragaman hayati yang tinggi.
Baca SelengkapnyaDulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan
Orang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menjelajah Hutan Bonsai Fatumnasi di NTT, Ribuan Pohon Kerdil Berusia Ratusan Tahun Bentuknya Bak Orang Menari
Selain alamnya yang indah, Fatumnasi juga dihuni oleh suku tertua di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Baca SelengkapnyaMembentengi Perkampungan dari Serangan DI/TII, Cerita Pensiunan Prajurit TNI AL Ini Sampai Sekarang Tinggal di Tengah Hutan
Potret rumah seorang pensiunan TNI AL yang ada di tengah hutan di Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaAsyiknya Berkemah di Bukit Kanaga Cikijing, Pemandangan Kabut dan Hutan Pinusnya Bikin Nagih
Bukit ini berada di atas ketinggian, dengan hamparan pohon pinus yang berjajar rapi.
Baca SelengkapnyaKisah di Balik Bunyi Lesung Padi di Tanah Sunda saat Gerhana Bulan, Ternyata Ini Maknanya
Mengapa orang Sunda memukul lesung saat terjadi gerhana bulan? begini kisahnya
Baca SelengkapnyaKLHK dan Pupuk Kaltim Kolaborasi Pulihkan Ekosistem Konservasi Taman Nasional Kutai, Ini Program Dijalankan
Masyarakat sekitar kawasan ekosistem mangrove yang menjadi lokasi kerja sama mesti dilibatkan dan menjadi bagian dalam kegiatan kerja sama ini.
Baca SelengkapnyaAsyiknya Berwisata ke Hutan Pinus Kudus, Punya Banyak Wahana Wisata dan Hiburan
Dulunya lokasi itu merupakan bumi perkemahan yang berada di tengah hutan pinus milik perhutani.
Baca Selengkapnya