Kualitas Udara Jogja Diperkirakan Semakin Baik di Musim Hujan, Begini Penjelasannya
Merdeka.com - Memasuki bulan September, beberapa daerah di Tanah Air sudah memasuki musim hujan. Begitu pula wilayah Kota Yogyakarta. Memasuki musim hujan ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta memperkirakan kualitas udara di kota tersebut akan semakin membaik. Pada saat itu, parameter pencemar udara seluruhnya berada di bawah baku mutu yang ditetapkan.
“Memasuki musim hujan, kualitas udara di Kota Yogyakarta biasanya semakin membaik. Indeks standar pencemar udara menunjukkan kategori baik,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan Hidup DLH Kota Yogyakarta, Sutomo, mengutip dari ANTARA pada Senin (12/9).
Berikut penjelasannya:
Kualitas Udara di Kota Yogyakarta
blogspot.com
DLH Kota Yogyakarta membagi indeks standar pencemar udara dalam lima kategori yaitu baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat, dan berbahaya. Sutomo menyebutkan bahwa kualitas udara di Kota Yogyakarta tidak pernah menunjukkan indeks di atas sedang.
“Selama ini indeks maksimal kualitas udara di Kota Yogyakarta menunjukkan kualitas sedang. Tidak pernah sampai ke merah atau tidak sehat dan tingkat yang berbahaya,” kata Sutomo.
Sangat Layak
©2013 Merdeka.com/Shutterstock/Pakhnyushcha
Dengan kondisi itu, Sutomo yakin kualitas udara di Kota Yogyakarta masih sangat layak. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh kualitas udara yang tidak sehat.
Jika indeks pencemar sudah menunjukkan kategori tidak sehat hingga berbahaya, maka perlu dilakukan berbagai kebijakan untuk memastikan kualitas udara tetap aman bagi masyarakat.
“Bisa saja, contohnya dengan mewajibkan pakai masker atau pembatasan aktivitas di luar ruangan. Tetapi sampai sekarang kondisi udara di Kota Yogyakarta masih cukup baik dan aman,” ujar Sutomo.
Parameter yang Diukur
©2012 Merdeka.com/Shutterstock/James Thew
Sutomo mengatakan, pemantauan indeks kualitas udara dilakukan dengan peralatan yang dipasang di Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Alat itu memiliki sensor dengan kemampuan penyensoran sejauh lima kilometer. Sejumlah parameter yang diukur dengan alat itu antara lain kandungan partikel di udara, karbon monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, ozon, dan hidrokarbon.
“Lokasi penempatan peralatan sensor kualitas udara sudah cukup strategis. Kondisi lingkungan sekitar pun cukup untuk memantau kondisi rata-rata kualitas udara di Kota Yogyakarta secara umum,” papar Sutomo, mengutip dari ANTARA.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kualitas udara di DKI Jakarta berada dalam kategori tidak sehat berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Jumat pagi.
Baca SelengkapnyaKualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat pada Senin pagi
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan polusi udara di Jabodetabek.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kualitas udara Jakarta hari ini menduduki urutan ke-23 sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyalurkan hak pilihnya di TPS 05 yang berlokasi di SMKN 6, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
Baca SelengkapnyaSenin 13 Mei 2024 kualitas udara Jakarta terburuk di urutan ke 10 dunia.
Baca SelengkapnyaSejumlah wilayah yang terpantau Bundaran HI (86), Kelapa Gading (85), Jagakarsa (74), Kebon Jeruk (98) dan Lubang Buaya (88).
Baca SelengkapnyaHujan dengan intensitas sedang hingga lebat melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya
Baca SelengkapnyaMeningkatnya frekuensi hujan diakibatkan adanya aktivitas Monsun Asia Musim Dingin
Baca Selengkapnya