Merdeka.com - Sejak revolusi bergulir di republik ini, para petugas polisi sudah menyumbangkan peran yang besar. Inilah sebagian ceritanya.
Penulis: Hendi Jo
Melalui Penetapan Pemerintah No. 11 Tahun 1946 , sejak 1 Juli 1946 Djawatan Kepolisian Negara (DKN) secara resmi berada di bawah tanggungjawab perdana Menteri. Selanjutnya, setiap waktu tersebut, dijadikan sebagai hari ulang tahun bhayangkara, sebutan khas Indonesia untuk para petugas kepolisian.
Dua tahun setelah diresmikan, terjadilah Insiden Madiun pada September 1948. Akibatnya, hubungan antara Madiun dengan kota-kota lain (termasuk ibu kota Yogyakarta dan Blitar) terputus. Sementara itu di kota itu praktek penculikan dan pembunuhan oleh kaum komunis terhadap para pejabat Republik Indonesia (RI) semakin marak terjadi.
Untuk melancarkan koordinasi antar kekuatan pro pemerintah, DKN pusat di Yogyakarta menugaskan Komisaris Polisi Soeprapto untuk menyampaikan surat perintah kepada M. Jasin, komandan Mobil Brigade Besar (MBB) Jawa Timur yang sedang ada di Blitar.
Penyampaian surat perintah itu rencananya akan dilakukan lewat penerjunan Soeprapto dan dua perwira TNI (salah satunya adalah Mayor Islam Salim, salah satu putra Haji Agus Salim) di Alun-Alun Blitar.
"Di Maguwo, mereka mendapat petunjuk (kilat) melakukan penerjunan dengan parasut tanpa latihan terlebih dahulu," demikian menurut buku Brimob: Dulu,Kini dan Esok (disusun oleh Atim Supomo dkk).
Penerjunan itu sendiri terpaksa dilakukan karena di Blitar tidak ada bandar udara yang memungkinkan sebuah pesawat mendarat secara mulus.
Advertisement
Singkat cerita, berangkatlah mereka dengan sebuah pesawat kecil yang diawaki seorang pilot berkebangsaan Amerika Serikat (AS) dan seorang kopilot berkebangsaan Indonesia. Di tengah situasi menegangkan, pesawat tersebut melayang-layang di atas Blitar untuk menerjunkan tiga perwira tersebut. Namun karena rasa ngeri (karena belum pernah melakukan terjun payung sebelumnya, para perwira itu tak satu pun yang berani melompat ke luar pesawat.
Pilot masih bersabar dan mau memutar kembali pesawat menuju kota Blitar. Namun begitu sampai di atas Alun-Alun, lagi-lagi mereka tak memiliki nyali. Tak ada cara lain, sang pilot kemudian menyerahkan kendali pesawat kepada kopilot. Dia sendiri bergerak ke bagian kabin dan memberikan motivasi agar ketiga perwira itu berani melompat ke luar pesawat.
"Ketika kopilot memberikan isyarat untuk terjun, pilot AS itu langsung menendang Soeprapto dan kedua perwira lainnya secara bergilir," tertulis dalam buku Brimob: Dulu,Kini dan Esok.
Soeprapto dan Islam Salim bisa mendarat dengan selamat di Alun-Alun Blitar. Namun seorang perwira lainnya jatuh agak jauh dari Alun-Alun. Saat mendarat di atap rumah penduduk, orang-orang langsung mengepungnya karena dikira mata-mata musuh.
Untungnya sebuah regu MBB bisa mengevakuasinya. Surat perintah pun berhasil diberikan kepada Jasin dan sang komandan MBB itu lantas bisa bergerak ke Madiun untuk melakukan aksi penumpasan.
Lain pengalaman Kompol Soeprapto lain juga pengalaman Moh. Enoh, seorang bhayangkara yang bertugas mengawal Wakil Presiden Mohammad Hatta. Suatu hari, Enoh tiba di Kantor Wakil Presiden, Jakarta. Dia baru saja pulang dari daerah mengawal Wakil Presiden keliling Jawa Barat selama dua minggu. Demikian dikisahkan oleh H. Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967.
Bukannya disuruh istirahat, saat tiba Enoh malah mendapat perintah untuk menggilir penjagaan di depan Kantor Wakil Presiden. Sambil bersungut, dia menjalankan perintah itu. Entah begitu kesalnya, begitu sampai di pos penjagaan, Enoh tiba-tiba menirukan gaya Bung Hatta saat berpidato.
"Saudara-Saudara, 15 tahun yang lalu bangsa Indonesia seperti itik yang mati kehausan di kolam dan seperti ayam yang mati kelaparan di dalam lumbung!" teriaknya di depan seorang kawannya.
Usai berpidato, Enoh mengomentari sendiri pidato Hatta yang baru saja dia teriakan itu. Dia bilang: kalau kolamnya kering si itik ya akan mati kehausan dan kalau lumbungnya kosong ya pastinya sang ayam akan mati kelaparan. Belum gerundelan-nya selesai, tak dinyana, tiba-tiba Bung Hatta keluar dari ruangan dekat pos penjagaan dan langsung masuk ke dalam kantornya.
Tentu saja, Enoh kaget bukan kepalang. Dia langsung menyumpahi kawannya yang “tega” tidak memberitahu jika Bung Hatta masih ada di dekat mereka saat itu. Disumpahi demikian, kawan Enoh malah terlihat senang.
"Rasain lu!" katanya sambil tertawa terbahak-bahak.
Advertisement
Kelintang Perunggu, Alat Musik Peperangan Melawan Penjajah Kini Terancam Punah
Sekitar 1 Hari yang laluLolos dari Jebakan Gerilyawan Permesta, KKo AL Berhasil Keluar dari Gunung Wiau
Sekitar 1 Minggu yang laluMundur dari TNI, Jenderal Didi Kartasasmita Menjadi Pegawai Negara Pasundan
Sekitar 1 Minggu yang laluTak Akur dengan Pemerintah Pusat, Jenderal Mayor Didi Kartasasmita Mundur dari TNI
Sekitar 1 Minggu yang laluDidi Kartasasmita, Khianati Ratu Belanda Demi Republik Indonesia
Sekitar 1 Minggu yang laluTentara Belanda Takut Penyakit Pes, Pejuang Indonesia Teror Kirim 10 Karung Tikus
Sekitar 1 Minggu yang laluKegetiran Masyarakat Jawa Barat di Era Gerombolan DI/TII Merajalela
Sekitar 1 Minggu yang laluAkibat Disergap Tentara Belanda, Tuanku Imam Bonjol Terluka Parah
Sekitar 1 Minggu yang laluKisah Bung Karno dan Sopirnya: Dari Ditinggal Ngopi Sampai Dikepung Tentara Belanda
Sekitar 1 Minggu yang laluBung Karno Sering Ngutang pada Arief Sopir Taksi Langganannya
Sekitar 2 Minggu yang laluGerah dengan Aksi Letnan Princen, Militer Belanda Bentuk Unit Khusus
Sekitar 2 Minggu yang laluPasukan Letnan Princen Serang Pos Pao An Tui, Hidung Tentara Hilang Kena Peluru
Sekitar 2 Minggu yang laluKetika Pimpinan KNIL Tutup Mata Atas Kebiadaban Kapten Westerling
Sekitar 2 Minggu yang laluBarutunggul, Neraka Tentara Belanda di Dataran Tinggi Ciwidey
Sekitar 2 Minggu yang laluVIDEO: [FULL] Pengakuan Ferdy Sambo Soal Motif di Balik Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 15 Jam yang lalu6 Potret AKP Rita Yuliana, Polwan Cantik yang Tengah Jadi Sorotan
Sekitar 19 Jam yang laluIstri Ferdy Sambo Siap Buka Suara
Sekitar 21 Jam yang laluUngkapan Hati Ferdy Sambo di Secarik Kertas
Sekitar 22 Jam yang laluPolri Periksa Seluruh Penyidik Terlibat Laporan Kasus Pelecehan Istri Ferdy Sambo
Sekitar 6 Jam yang laluLPSK Keluarkan Perlindungan Darurat untuk Bharada E
Sekitar 6 Jam yang lalu30 JPU Ditunjuk Tangani Kasus Ferdy Sambo Bunuh Brigadir J
Sekitar 6 Jam yang laluLaporan Pelecehan Istri Ferdy Sambo Dibuat untuk Kaburkan Fakta Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 6 Jam yang laluPolri Periksa Seluruh Penyidik Terlibat Laporan Kasus Pelecehan Istri Ferdy Sambo
Sekitar 6 Jam yang laluLPSK Keluarkan Perlindungan Darurat untuk Bharada E
Sekitar 6 Jam yang lalu30 JPU Ditunjuk Tangani Kasus Ferdy Sambo Bunuh Brigadir J
Sekitar 6 Jam yang laluLaporan Pelecehan Istri Ferdy Sambo Dibuat untuk Kaburkan Fakta Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 6 Jam yang laluPolri Periksa Seluruh Penyidik Terlibat Laporan Kasus Pelecehan Istri Ferdy Sambo
Sekitar 6 Jam yang laluLPSK Keluarkan Perlindungan Darurat untuk Bharada E
Sekitar 6 Jam yang lalu30 JPU Ditunjuk Tangani Kasus Ferdy Sambo Bunuh Brigadir J
Sekitar 6 Jam yang laluVaksin Cacar Monyet akan Diproduksi Selama 24 Jam karena Tingginya Permintaan
Sekitar 2 Minggu yang laluMenkes Budi: Vaksin Cacar Efektif Lindungi dari Risiko Cacar Monyet
Sekitar 2 Minggu yang laluBRI Liga 1: Persib Incar Tiga Poin saat Menjamu PSIS, Budiman Ingin Bobotoh Gembira
Sekitar 6 Jam yang laluFun Fact Persik Vs Borneo FC di BRI Liga 1: Pesta Gol Pemakai Jersey Nomor 7
Sekitar 7 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
Sandiaga Salahuddin Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami