Kenapa di Jawa Barat Tidak Ada Candi Seperti di Jateng & Jatim? ini Kata Ahli

Merdeka.com - Situs Calobak atau dikenal masyarakat dengan nama Pasir Keramat terletak di Kampung Calobak, Desa Tamansari, Kabupaten Bogor. Lokasinya berada di kaki Gunung Salak. Kira-kira satu jam perjalanan dari pusat Kota Bogor ke arah Ciapus.
Ada tiga situs di kawasan ini. Pertama adalah Situs Eyang Esih. Kedua eyang Tolok dan ketiga, atau yang paling tinggi di atas adalah Eyang Raksabumi.
Diperkirakan ketiganya adalah peninggalan megalitikum. Sudah lebih dulu ada sebelum Hindu, Budha dan Islam masuk ke tatar Sunda. Dari awal diperkirakan sudah merupakan tempat ritual dan ziarah,
Persamaan dari tiga situs ini adalah bentuknya yang relatif sederhana. Berupa undakan dengan batu-batu yang disusun.
Menjelajahi kawasan Calobak, terlihat tempat ritual masyarakat Sunda terbilang sederhana. Mengapa tidak seperti candi-candi yang dibangun di Jawa Tengah dan Jawa Timur?
Masyarakat Huma
Menurut Sejarawan sekaligus Budayawan Sunda, Saleh Danasasmita, hal ini ternyata sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan cara bercocok tanam masyarakat Sunda.
Berbeda dengan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menanam padi di sawah, orang-orang Sunda dulu menggunakan sistem huma atau masyarakat berladang.
"Masyarakatnya berbeda sama sekali. Yang satu masyarakat ladang, yang satu masyarakat sawah," tulis Saleh dalam buku Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi yang diterbitkan Kiblat.
Di tatar Sunda sebenarnya, bukan sama sekali tidak ada candi. Di Garut misalnya, ada Candi Cangkuang.
"Untuk di Candi Cangkuang, wajar saat Hinduisme mulai meresap di Jawa Barat, ihwal candi juga coba dicangkok. Tapi karena tidak cocok dengan pola budaya yang ada, maka cangkokan tidak berkembang dengan baik," kata Saleh.
Dua Kebudayaan Berbeda
Di Jateng dan Jatim masyarakat terkonsentrasi di suatu desa karena kebutuhan menggarap sawah. Sementara dalam sistem huma, masyarakat tinggal terpencar di ladang-ladang mereka yang letaknya agak berjauhan. Kadang orang-orang Sunda juga menggunakan sistem ladang berpindah. Masyarakat Peladang tidak membutuhkan bangunan yang besar dan megah.
Dalam budaya sawah, petani hanya bekerja sampai siang hari. Sementara di huma, peladang biasa bekerja seharian dan baru pulang menjelang senja.
Dari pola berkumpul dan sosial kemasyarakatan ini bisa disimpulkan, kebudayaan huma dan sawah sangat berbeda. Tentu dalam masyarakat sawah, seorang raja lebih mudah mengumpulkan massa untuk bergotong royong termasuk membangun candi.
Satu hal lagi, orang Sunda tidak mengenal pemujaan makam. Termasuk makam-makam raja Pakuan Pajajaran pun tidak dibuat tanda-tanda khusus. Sebagian besar malah tidak diketahui di mana lokasi pasti makamnya.
Saleh Danasasmita mengambil contoh di Baduy hingga kini tidak ada komplek makam. Makam yang baru hanya ditandai oleh pohon hanjuang selama 40 hari. Setelah lewat masa itu, tanah tempat pemakaman sudah dianggap tanah biasa.
Makam para raja Pakuan Pajajaran pun sebagian besar tidak diketahui dimana letak pastinya. Kemungkinan pengkeramatan makam yang dilakukan masyarakat baru ada setelah Pajajaran runtuh.
Kabuyutan di Sunda
Profesor Jakob Sumardjo berpendapat serupa soal ukuran candi dan jumlahnya yang langka di tatar Sunda. Menurutnya ada dalam perbedaan masyarakat sawah dan huma.
Kerajaan Hindu-Budha di Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki jumlah penduduk yang besar dan terpusat. Hal ini memungkinkan para raja mengerahkan tenaga manusia untuk membangun candi-candi besar. Sebaliknya di tengah masyarakat huma yang tersebar, pengerahan manusia sulit dilakukan.
Yang menarik adalah di Tatar Sunda diperkirakan berdiri banyak kabuyutan yang lebih tua daripada percandian di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Menurut Prof Jakob, Kabuyutan berasal dari kata 'tabu' atau terlarang. Artinya adalah tempat sakral yang tabu untuk didatangi sembarang orang. Kabuyutan hanya boleh dikunjungi oleh kepala kampung, resi, raja, atau orang-orang tertentu. Dari dulu hingga kini kabuyutan berkaitan dengan religi.
"Kabuyutan dapat dikatakan bangunan megalitikum karena memang tersusun dari batu-batu besar," tulis Jakob Sumardjo dalam buku Struktur Filosofis Artefak Sunda.
Misteri Gunung Padang
Kabuyutan ini lebih tua dari sejumlah kerajaan yang berdiri di Jawa Barat seperti Tarumanagara atau Pakuan Pajajaran. Diperkirakan sudah ada semenjak pra-Hindu dan Budha. Orang Sunda rupanya lebih meniru menyusun batu-batu seperti leluhurnya daripada membangun candi.
Tidak semua kabuyutan sederhana, beberapa dibangun dengan megah seperti candi-candi di Jawa. Salah satu contohnya ada situs Gunung Padang. Lalu ada Salaka Domas dan Karangkamulyan.
"Masih merupakan tanda tanya bagaimana kabuyutan-kabuyutan itu dahulu dapat dibangun semegah itu, yang barang tentu memerlukan pengerahan tenaga seperti membangun Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sukuh dan lain-lain,' tulis Jakob.
Kabuyutan biasanya didirikan di daerah terpencil. Idealnya di tempat yang berbukit atau memiliki tebing yang menghadap dataran kosong tak berpenghuni.
Kabuyutan juga harus diapit dua sungai yang bertemu. Tempat ini dikelilingi oleh hutan lebat. Di sini juga selalu terdapat batu-batu yang disusun. Inilah perbedaan antara kebudayaan yang berkembang di Jawa Barat dengan di jawa Tengah dan Jawa Timur.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


Ayahnya TNI, Momen Taruna Akmil Disuapi Makan oleh Sang Ibu Usai Wisuda Jadi Perhatian
Seorang ibu kedapatan tengah menyuapi makan sang buah hati. Padahal, sang putra telah berpakaian taruna.
Baca Selengkapnya


Dua Taruna Akpol Tes Wawancara Pakai Bahasa Inggris Jadi Sorotan, Netizen 'Makin Semangat Belajar'
Kemahiran dua taruna Akpol ini berbahasa asing banyak diacungi jempol oleh warganet.
Baca Selengkapnya


Cerdas Melihat Peluang ala Jawara Agen BRILink
Ijang menjadi salah satu agen BRILink yang terbilang sukses di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Baca Selengkapnya

Menyusuri Rumah Kediaman Raffles, Peninggalan Gubernur Terakhir Inggris di Bengkulu
Sebuah bangunan peninggalan kolonial Inggris di Sumatra ini menjadi kediaman gubernur sekaligus pusat aktivitas pemerintahan.
Baca Selengkapnya

INFOGRAFIS: Prajogo Pangestu, Mantan Sopir Angkot Terkaya Berharta Rp700 Triliun
Prajogo Pangestu kini bertengger di peringkat kedua orang terkaya di Indonesia.
Baca Selengkapnya

Sepekan Kampanye Pilpres 2024, Ini Janji-Janji Capres dan Cawapres kepada Rakyat
Tiga pasangan capres-cawapres memanfaatkan masa kampanye untuk menemui berbagai kelompok masyarakat.
Baca Selengkapnya

Batu Akik Kuno yang Ditemukan di Israel Ini, Diyakini Obat Mujarab Penangkal Mabuk
Penemuan ini ditemukan di salah satu kota di Israel, Yavne.
Baca Selengkapnya

Beda dengan Mesir Kuno, 22 Mumi di Peru Ditemukan Terbungkus Kain, Isinya Bikin Merinding
Mumi di Mesir kuno biasanya diletakkan langsung di dalam peti mati, dengan penutup bergambar orang yang meninggal tersebut.
Baca Selengkapnya

CEK FAKTA: Hoaks Menhan Prabowo Subianto Dinonaktifkan oleh Jokowi
Unggahan video mengklaim Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dinonaktifkan Presiden Jokowi
Baca Selengkapnya

Gempa Magnitude 4.0 Guncang Bogor
Gempa dengan magnitude 4.0 mengguncang Bogor sekitarnya, Jumat (8/12) dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
Baca Selengkapnya

Apa Itu Rohingya dan Penyebab Konfliknya, Perlu Diketahui
Konflik Rohingya termasuk kejahatan genosida yang menelantarkan banyak orang.
Baca Selengkapnya

Cerdas Melihat Peluang ala Jawara Agen BRILink
Ijang menjadi salah satu agen BRILink yang terbilang sukses di Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Baca Selengkapnya