Bersikeras Melawan Inggris, Perwira TNI Copot Pangkat di Depan Nasution
Merdeka.com - Dikejar tenggat waktu untuk bersikap, Panglima Divisi III Komandemen Jawa Barat memutuskan untuk meninggalkan Bandung sambil melakukan aksi bumi hangus.
Penulis: Hendi Jo
Di tengah pertempuran-pertempuran kecil yang terjadi di seantero Bandung pada 23 Maret 1946, Kolonel A.H. Nasution mengumpulkan para komandan lapangan di bawahnya.
Panglima Divisi III Komandemen Jawa Barat itu melukiskan pertemuan itu berlangsung tegang. Para komandan resimen meminta dia untuk secepatnya membuat keputusan.
Dalam otobiografinya, Memenuhi Panggilan Tugas Jilid ke-1: Kenangan Masa Muda, Nasution menyebutkan suasana emosional meliputi rapat tersebut. Saat perbincangan berlangsung alot, tiba-tiba mereka mendengar kabar jika Wali Kota Bandung telah memutuskan akan mengikuti perintah Jakarta untuk berkompromi dengan Sekutu.
Bandung Lautan Api
Merasa dikejar waktu, Mayor Rukana dari Polisi Tentara mengusulkan agar Bandung dijadikan lautan air saja. Caranya: meledakan Sanghyang Tikoro (pusat Sungai Citarum) di Rajamandala agar airnya meluap menutupi Bandung dan sekitarnya.
Pendapat yang paling keras datang dari Letnan Kolonel Omon Abdurachman, Komandan Resimen ke-8 Priangan. Dia menentang jika Bandung harus diserahkan bulat-bulat kepada pihak Sekutu.
Karena itu, Omon menyarankan jika TRI melakukan dulu perusakan dan pembakaran sebelum meninggalkan Bandung agar gedung-gedung vital tidak sempat dikuasai Inggris dan Belanda.
Mendapat 'tantangan' itu Kolonel Nasution langsung naik pitam. Sambil menggebrak meja. Dia menyemprot Omon.
"Kamu masuk TRI untuk mematuhi seluruh perintah atasan! Sebagai komandan divisi, saya memerintahkan: kamu dan pasukanmu tidak boleh terlibat dalam gerakan pembakaran dan perusakan kota Bandung!"
Copot Pangkat
Seolah tak mau kalah gertak, Omon lalu menjawab dalam nada keras pula.
"Kalau kami tidak boleh melaksanakan pembakaran dan perusakan, maka sekarang juga saya meletakan jabatan sebagai komandan Resimen Priangan! Saya akan berjuang bersama kaum ekstrimis!"
Usai mengucapkan kata-kata itu, Omon berdiri. Dia menanggalkan tanda pangkatnya lantas meletakkannya di meja. Setelah memberi hormat, dia lantas meninggalkan ruangan itu untuk bergegas menuju markas resimennya.
Sepeninggal Omon, rapat divisi tak bisa memunculkan kata sepakat. Akhirnya, sekira jam 14.00, Nasution membuat suatu keputusan yang berisi empat perintah Panglima Divisi III TRI. Perintah itu adalah:
1. Semua pegawai dan rakyat harus keluar kota sebelum jam 24.00.2. TRI harus menjalankan aksi bumihangus terhadap semua bangunan yang ada.3. Sesudah matahari terbenam, Bandung Utara harus diserang dari utara dan sedapat mungkin harus pula dijalankan aksi bumi hangus di sana. Begitu pula dari selatan harus ada penyusupan ke utara.4. Pos komando dipindahkan ke Kulalet (Dayeuhkolot)
Perintah 'Mengadili' Nasution
Perintah Nasution sepertinya diolah dari hasil komprominya dengan para komandan yang ada di bawahnya. Sayangnya, itu dibuat tanpa koordinasi dengan Jenderal Mayor Didi Kartasasmita.
Sementara Nasution memerintahkan pelaksanaan empat klausul itu, Didi masih secara tegas menolak ultimatum Inggris tersebut.
Yang terjadi kemudian justru perintah Nasution-lah yang dilaksanakan di lapangan. Soal itu sempat membuat berang Didi. Usai pembumihangusan Bandung, Didi memerintahkan kepala staf-nya (Kolonel Hidajat Martaatmadja) untuk 'mengadili' Nasution.
"Panglima Komandemen dan MBT harus tahu: saya tak mungkin mengorbankan 4 batalyon saya dengan persenjataan tak lebih dari 100 pucuk senapan untuk menangkis sebuah divisi Inggris berjumlah 12.000 prajurit yang sangat terlatih," demikian tangkis Nasution kepada Hidajat.
Perseteruan Didi dan MBT dengan Nasution kemudian ditengahi oleh Kepala Staf TRI Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo yang merupakan senior mereka saat di KNIL.
Dalam suatu kunjungan ke markas Komandemen Jawa Barat di Purwakarta pada Mei 1946, Oerip menyatakan bahwa keputusan yang telah Nasution ambil terkait Bandung adalah keputusan yang terbaik.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anies Mendapat Surat Suara Rusak saat Nyoblos di TPS 60 Lebak Bulus
Sebelum masuk bilik pencoblosan, Anies memeriksa lembar suara. Dia terlihat membuka dan membolak-balikkan lembar suara itu.
Baca SelengkapnyaSempat-sempatnya 2 Prajurit TNI Lakukan ini di Sela Latihan Menembak, Aksinya Benar-benar Tak Pernah Disangka
Aksinya pun banjir sorotan hingga gelak tawa dari warganet.
Baca SelengkapnyaSosok 2 Jenderal TNI Beda Bintang Dulu Atasan & Bawahan, Kemudian Hari si Anak Buah Melejit Sama-sama Bintang 5
Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik
Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca SelengkapnyaAneh tapi Nyata, Telur Rebus yang Dimakan Wanita ini Tiba-Tiba Meledak Momennya Bikin Penasaran
Seorang wanita mendapati pengalaman aneh. Telur rebus yang dikonsumsi tiba-tiba meledak dan membuatnya terkejut.
Baca SelengkapnyaKesaksian Anggota KKO TNI AL Ditangkap Inggris saat Operasi 'Ganyang Malaysia', Disiksa Siang Malam di Luar Batas Kemanusiaan
Berikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaLidah Pangkostrad TNI AD Dimanjakan Rawon Spesial Buatan Prajurit: Buka Warung Kita Ya
Momen Pangkostrad TNI AD mencicipi hidangan rawon spesial buatan prajurit Markas Yonif 501, Madiun, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaDulu Tamtama Kini Letkol, Anggota TNI ini Tentara '3 Zaman'
Begini transformasi seorang anggota TNI '3 Zaman' dari tamtama sampai perwira menengah.
Baca Selengkapnya'Suhu' Lapangan Diperintah Komandan Pakai Seragam Dinas Polisi, Begini Potretnya Langsung jadi Sorotan
Polisi tersebut nampak tampil nyentrik dan unik di antara anggota lainnya.
Baca Selengkapnya