4 Fakta Sejarah Keraton Kartasura, Dulunya Ibu Kota Kerajaan Mataram
Merdeka.com - Pada abad ke-17, daerah Kartasura yang kini secara administratif masuk Kabupaten Sukoharjo, merupakan Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam. Kartasura dipilih untuk menjadi Ibu Kota Mataram setelah meletusnya Pemberontakan Trunajaya yang terjadi di Plered, Ibu Kota Mataram sebelumnya.
Setelah pemberontakan itu berakhir dan pihak Kerajaan Mataram berhasil menangkap Trunajaya, Sunan Amangkurat II yang saat itu menjadi Raja Mataram, memerintahkan Pangeran Nerangkusuma membuka Hutan Wanakerta untuk dijadikan kawasan pemukiman. Seiring berjalannya waktu, wilayah itu semakin besar dan menjadi Ibu Kota Kerajaan Mataram.
Selama pusat pemerintahan berada di Kartasura, pemberontakan demi pemberontakan terjadi hingga akhirnya pusat Kerajaan Mataram kembali berpindah di sebuah daerah yang hingga kini dinamakan Surakarta.
Berikut kisah berdirinya Keraton Kartasura:
Dipilih Sebagai Ibu Kota Kerajaan
©2021 Liputan6.com
Setelah Keraton Plered hancur karena Pemberontakan Trunajaya, diadakan rapat pemilihan lokasi keraton yang baru oleh tokoh-tokoh kerajaan. Mereka kemudian menetapkan tiga tempat yang dianggap tepat untuk membangun kraton yang baru.
Lokasi yang diusulkan waktu itu adalah Wanakerta, Logender, dan Tingkir. Ketiga lokasi ini memang dianggap sebagai tempat layak untuk didirikan kerajaan. Logender misalnya, tempat itu dinilai terbuka dan memiliki kecukupan air.
Sementara daerah Tingkir dianggap sejuk. Kondisi yang sama juga ada di Wanakerta. Bahkan daerah itu cukup dekat dengan bekas wilayah Pajang dan Mataram. Pada akhirnya, pilihan jatuh ke wilayah Wanakerta.
Berdirinya Keraton Kartasura
©Wikipedia.org
Setelah pemilihan ibu kota, keraton di daerah Wanakerta dibangun dengan waktu tujuh bulan lamanya. Di sekeliling keraton dibangun benteng yang kokoh. Melansir dari Liputan6.com, Babad Tanah Jawi menyebutkan kompleks kerajaan ini terdiri dari bangunan yang kokoh. Pada 1682, bangunan keraton telah jadi seutuhnya dan mulai ditempati oleh Sunan Amangkurat II.
Saat Sunan Amangkurat pertama kali masuk ke istana barunya itu, nama “Wanakerta” kemudian diubah menjadi “Kartasura Hadiningrat”. Di sebelah selatan kompleks istana itu ada alun-alun. Sementara itu untuk memperkuat keamanan, bagian depan benteng dilapisi semak berduri dan parit berair.
Pemberontakan di Keraton Kartasura
©Wikipedia.org
Setelah Amangkurat II wafat, tahta kemudian dilanjutkan oleh putranya, Adipati Anom yang bergelar Amangkurat III. Namun setelah itu terjadi perang saudara selama 4 tahun yang melibatkan Amangkurat III dengan pamannya, Adipati Puger yang dinobatkan sebagai Raja Mataram dengan gelar Pakubuwana I. Pada akhirnya perang saudara itu dimenangkan pihak Pakubuwana I yang kemudian menduduki tahta eKraton Kartasura hingga wafat.
Pada saat Keraton Kartasura dipimpin oleh Sunan Pakubuwana II, terjadi berbagai pemberontakan di antaranya pemberontakan Cina (1740) yang kemudian disusul oleh pemberontakan R.M Garendri (1743). Karena pasukan Kartasura tak mampu menghadapi serangan kaum pemberontak, pertahanan kraton kemudian bobol dan Pakubuwana II terpaksa melarikan diri ke Wonogiri. Melansir dari Uns.ac.id, Pakubuwana berhasil kembali merebut Kartasura pada 1744 setelah mengadakan kerja sama dengan Adipati Madura, Cakraningrat.
Namun karena kondisi kraton sudah rusak berat akibat pemberontakan, istana akhirnya dipindah ke sebuah lokasi bernama Desa Sala pada tahun 1745.
Peninggalan Keraton Kartasura
©Wikipedia.org
Kini, kondisi peninggalan Keraton Kartasura sungguh memprihatinkan. Tembok batu bata di luar keraton telah hancur dengan tanah dan menyisakan beberapa bagian saja. Bahkan di dalam tembok itu kini telah dipenuhi perumahan, ladang, dan makam.
Namun yang menjadi sorotan adalah sebuah gundukan tanah setinggi lebih dari 20 meter di bekas peninggalan itu. Warga setempat menyebut gundukan tanah itu sebagai “Gunungkunci”. Di puncak gundukan tanah itu ada sebuah makam keramat. Dulunya gundukan tanah itu adalah Segoroyoso, atau tempat rekreasi keluarga keraton yang dibangun pada masa Paku Buwana I (1704-1709).
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejarah Kurug, Pakaian Jawa Kuno yang Sudah Ada di Abad ke-10
Dulu, busana ini memiliki makna yang digunakan hanya pada acara-acara formal. Namun, zaman telah berubah, kini telah melebur menjadi pakaian sahari-hari.
Baca SelengkapnyaSejarah Candi Prambanan yang Eksotis, Sarat Nilai Budaya Hindu
Candi Prambanan adalah peninggalan agung dari masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno yang masih eksis hingga sekarang.
Baca Selengkapnya10 Kota Tertua di Indonesia Menurut Sejarah, Ada yang Usianya Ribuan Tahun
Menurut buku Badan Pusat Statistik (2010) Indonesia memiliki sejarah panjang yang mencakup periode sebelum kemerdekaan. Terutama beberapa kota tertua.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara, Berikut Daftar dan Sejarahnya
Peninggalan-peninggalan ini dapat memberi pandangan yang menarik tentang peradaban kuno kala itu.
Baca SelengkapnyaRekam Jejak Kerajaan Kandis, Konon Jadi Kerajaan Tertua yang Terletak di Sumatra Tengah
Sebuah kerajaan berbasis di Kepulauan Sumatera ini disinyalir menjadi kerajaan tertua yang diperkirakan sudah berdiri sejak abad ke-1 SM.
Baca SelengkapnyaMenelusuri Jejak Kerajaan Aru, Penguasa Perairan di Sumatra Terkenal dengan Negeri Perompak
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaSudah Mulai Terlupakan, Ini Sejarah dan Asal-usul Aksara Batak yang Jarang Diketahui
Aksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.
Baca SelengkapnyaBegini Potret Naskah Proklamasi Berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) Tahun 1949, Pemberontakan Bersejarah Pasca Kemerdekaan
Naskah proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) Tahun 1949 menjadi saksi bisu pemberontakan pasca kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaJateng Masuk Musim Kemarau Mei 2024, Puncaknya Juli Hingga Agustus
Wilayah yang diperkirakan paling awal memasuki kemarau antara lain Kabupaten Rembang bagian selatan serta sebagian Kabupaten Blora dan Pati.
Baca Selengkapnya