Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Kraton Wedding

merdeka.com
Geser ke atas untuk membaca
Maverick tracker for readpage-cover
Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Dua penari saat menampilkan Tari Lawung Ageng dalam upacara tamu di Kepatihan, Keraton Yogyakarta, Rabu (23/10). Tarian Lawung Ageng dibawakan oleh 12 penari pria yang menunjukkan jiwa patriotisme.

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Sejumlah penari saat menampilkan Tari Lawung Ageng pada acara pernikahan agung GKR Hayu dan KPH Notonegoro di Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (23/10).

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Tari Lawung Ageng merupakan ciptaan Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) I (1755-1792).

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Tarian yang biasa digelar pada acara resmi keraton ini juga merupakan simbolisasi para prajurit keraton yang sedang berlatih perang.

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Tarian ini juga diyakini memiliki makna penyatuan lingga-yoni sebagai lambang kesuburan.

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Salah satu gerakan yang ditampilkan penari dalam Tarian Lawung Ageng.

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Tarian Lawung Ageng juga menggunakan tongkat panjang yang memiliki ujung tumpul sebagai pelengkap.

Tarian Lawung Ageng, simbol kesuburan GKR Hayu & KPH Notonegoro

Selain Lawung Ageng, Tarian Bedhaya Manten juga dipentaskan. Tarian Bedhaya Manten diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang bermakna kesiapan dan kemandirian untuk membangun kehidupan ke depan.