Warga muslim Uighur berjalan di depan layar raksasa yang menampilkan tayangan Presiden China, Xi Jinping, di alun-alun utama di Kashgar, Xinjiang, China, pada 6 September 2018. Masyarakat Uighur, etnis muslim yang mendominasi hampir setengah populasi Xinjiang, selama ini tak pernah bebas menjalankan aktivitas-aktivitas keagamaannya.

Mereka dibatasi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah dengan alasan memerangi separatisme, radikalisme, serta terorisme, meskipun tanpa bukti yang jelas.

Bendera China berkibar di dekat menara Masjid Id Kah di Kashgar. Berbagai alat-alat propaganda tersebar di Xinjiang.

Kamera pengawas juga terpasang di berbagai sudut kota di Xinjiang.

Baner propaganda dan kamera pengawas terpasang di sebuah masjid di Kota Tua, Kashgar, Xinjiang.

Modernisasi di Kashgar dipercepat. Kian banyak kafe, bar, dan restoran yang dibuka untuk melayani turis lokal dari etnis Han.

Bahkan sebuah masjid pun diubah menjadi bar yang menyediakan minum-minuman beralkohol, seperti bir, anggur dan koktail, dengan iringan musik pop modern yang membahana.

Pemerintah China juga mendirikan sejumlah 'pusat kejuruan' untuk muslim Uighur di XInjiang. Namun, aktivis HAM menilai tempat tersebut lebih mirip kamp konsentrasi zaman perang.

Di Yinan, seorang polisi dengan tergesa-gesa mencoba menghalangi wartawan Reuters yang hendak mendekati 'pusat kejuruan' tersebut.

Wanita Etnis Uighur meninggalkan sebuah 'pusat kejuruan' di Kashgar. Selain penahanan paksa, 'pusat kejuruan' tersebut juga mengadakan pendidikan politik untuk muslim Uighur.