Sri Lanka dilanda krisis akibat tidak mampu membayar utang luar negeri yang semakin membengkak. Total utang Sri Lanka diperkirakan mencapai USD 51 miliar. Tanda-tandanya sudah terlihat selama dua tahun terakhir pandemi Covid-19.
Hal itu disebabkan harga pangan melonjak dan pemadaman listrik meningkat frekuensinya. Ditambah inflasi Sri Lanka melonjak hingga 40 persen. Kemudian utang digunakan untuk pembangunan infrastruktur.
Pendanaan proyek-proyek infrastruktur Sri Lanka, diambil dari pinjaman investasi besar dari bank-bank China. Di antaranya pembangunan pelabuhan yang kontroversial di distrik Hambantota.