Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Serangan sempurna ke Suriah dan kicauan Trump 'misi selesai'

Serangan sempurna ke Suriah dan kicauan Trump 'misi selesai' Jet tempur Inggris gempur Suriah. ©UK MOD Crown 2018/Handout via REUTERS

Merdeka.com - Presiden Donald Trump melalui Twitter mengumumkan 'mission accomplished' atau misi selesai. Kicauan Trump setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke Suriah. Dia juga mengucapkan terima kasih pada Inggris dan Prancis, yang menjadi sekutunya dalam melancarkan serangan tersebut.

"Serangan yang sempurna tadi malam. Terima kasih Prancis dan Inggris atas kebijaksanaan dan kekuatan militer mereka. Tidak ada hasil yang lebih baik lagi. Misi selesai!," twit Donald Trump pada Sabtu (14/5).

Dalam twit berikutnya, Donald Trump menyatakan, ia sangat bangga dengan militer (Amerika Serikat) yang sebentar lagi akan bertambah hebat, menyusul disetujuinya anggaran pertahanan bernilai miliaran dolar.

Pada kesempatan yang berbeda, Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley menegaskan bahwa Washington siap untuk terus menekan Suriah pasca-dugaan serangan senjata kimia yang menurutnya dilakukan rezim Presiden Bashar al-Assad.

"Amerika Serikat 'terkunci dan termuat'. Ketika Presiden kami menarik sebuah garis merah, maka ia akan melakukannya," ujar diplomat Amerika Serikat tersebut dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB seperti dilansir CNN, Minggu (15/4).

Haley pun mengecam Rusia karena melindungi Suriah. Ia menyatakan, Moskow telah "menyemangati" Presiden Bashar al-Assad untuk melanjutkan serangan.

Adapun Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menegaskan "dukungan penuh" terhadap serangan Amerika Serikat dan sekutunya ke Suriah.

"Saya tidak mengatakan bahwa serangan tadi malam menyelesaikan seluruh persoalan, tapi dibandingkan dengan alternatif --tidak melakukan apa-apa-- maka itu merupakan hal yang benar untuk dilakukan," ujar Sekretaris NATO, Jens Stoltenberg.

Rusia, melalui Duta Besarnya untuk PBB, Vassily Nebenzia menegaskan bahwa Washington telah memulai sebuah "upaya militer ilegal".

"Rusia mengutuk sangat keras, serangan terhadap Suriah di mana personel militer Rusia membantu negara yang berdaulat dan upaya kontraterorisme mereka," demikian Nebenzia membacakan pernyataan tertulis Presiden Vladimir Putin.

Lebih lanjut, diplomat Rusia itu menjelaskan bahwa pemeriksaan oleh Organisasi PBB untuk Larangan Senjata Kimia tidak menemukan "jejak aktivitas yang bertentangan dengan konvensi senjata kimia" di fasilitas penelitian ilmiah di Suriah yang menjadi target serangan Amerika Serikat Cs.

"Fasilitas ilmiah di Suriah hanya digunakan untuk kegiatan damai yang bertujuan meningkatkan efektivitas kegiatan ekonomi Suriah," jelasnya.

Peluncuran serangan Amerika Serikat terhadap Suriah diumumkan Donald Trump dari Gedung Putih pada Jumat malam. Dalam kesempatan itu ia mengungkapkan, dengan berkoordinasi dengan Prancis dan Inggris, Washington telah meluncurkan serangan ke Suriah pasca-sepekan terjadinya dugaan serangan senjata kimia terhadap warga sipil di Douma.

Serangan tersebut diluncurkan pada hari Jumat, pukul 21.00 waktu Amerika Serikat atau Sabtu pagi waktu Eropa dan Timur Tengah.

Pernyataan Trump soal "mission accomplished", mengingatkan publik pada pidato mantan Presiden George W. Bush tahun 2003. Saat itu Bush Jr yang berada di kapal induk USS Abraham Lincoln mengumumkan diakhirinya operasi tempur di Irak dengan latar bertuliskan, "mission accomplished".

Namun, kata-kata Bush Jr tersebut dinilai menunjukkan ironi mengingat perang terus berkecamuk. Dan pada akhir masa kepresidenannya, Bush mengakui telah menggunakan frasa yang salah.

Terkait dengan serangan ke Suriah, Pentagon menegaskan kembali pernyataan Donald Trump. Pada hari Sabtu, Pentangon menyatakan bahwa operasi berlangsung sukses. "Tadi malam, operasi berjalan dengan sangat sukses. Kami mencapai tujuan kami. Kami menembaki sejumlah situs, jantung program senjata kimia. Jadi, misi selesai," tutur Juru Bicara Pentagon, Dana White.

Sementara itu, terdapat perbedaan pernyataan antara Donald Trump dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis, terkait dengan serangan lanjutan yang akan diluncurkan. Jika Donald Trump mengatakan bahwa pihaknya "siap untuk mempertahankan respons ini sampai rezim Suriah menghentikan penggunaan senjata kimia yang dilarang", maka Mattis menyampaikan bahwa untuk saat ini, rudal hanya akan "digunakan untuk satu kali tembakan".

Menurut Mattis pula, serangan Amerika Serikat dan sekutunya telah mengirimkan "pesan yang kuat" untuk "menghalangi" Assad melancarkan serangan senjata kimia lainnya.

"Sangat jelas bahwa rezim Assad tidak mendapat pesan (dari serangan) tahun lalu. Kali ini, kami dan sekutu telah meluncurkan serangan yang lebih keras," tutur Mattis.

Klaim Pentagon menyebut, terdapat 105 rudal yang diluncurkan dalam serangan ke Suriah dan setiap rudal berhasil mencapai target. Pentagon mengatakan, tidak mengetahui adanya dampak serangan terhadap warga sipil.

Sementara, pasukan bersenjata Suriah dalam pernyataannya menyebut, sistem pertahanannya telah mencegat sebagian besar rudal. Namun, sejumlah lainnya mengenai beberapa sasaran termasuk Pusat Penelitian di Barzeh. Televisi milik pemerintah Suriah melaporkan, tiga warga sipil di Homs terluka akibat intervensi Amerika Serikat tersebut. Versi Suriah, rudal yang diluncurkan Amerika Serikat Cs mencapai 110 rudal.

Pejabat militer Amerika Serikat, Letnan Jenderal Kenneth McKenzie mengklaim bahwa tidak satu pun pesawat atau misil dalam operasi ini, sukses dihalau oleh sistem pertahanan udara Suriah. Ia menambahkan, tidak ada indikasi Suriah menggunakan sistem pertahanan udara buatan Rusia.

Dari pihak Rusia, salah seorang pejabat militernya, Kolonel Jenderal Sergey Rudskoy menerangkan, setidaknya 71 rudal jelajah berhasil "dihalau" oleh sistem pertahanan udara Suriah.

"Itu membuktikan efisiensi tinggi persenjataan Suriah dan keterampilan profesional prajurit Suriah yang dilatih oleh spesialis Rusia," kata Rudskoy. "Selama 18 bulan terakhir, Rusia telah sepenuhnya memulihkan sistem pertahanan udara Suriah, dan melanjutkan perkembangannya," imbuhnya.

Reporter: Khairisa Ferida

Sumber: Liputan6.com

(mdk/ian)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Target Jokowi Tahun 2024: Selesaikan Kunjungan ke Semua Daerah dan Sertifikasi Tanah Warga
Target Jokowi Tahun 2024: Selesaikan Kunjungan ke Semua Daerah dan Sertifikasi Tanah Warga

Jokowi mengatakan Indonesia merupakan negara besar dan beragam yang memiliki 714 suku

Baca Selengkapnya
Jokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat
Jokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat

Presiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Dukungan PM Vietnam Agar Impor Beras Berjalan Lancar
Jokowi Minta Dukungan PM Vietnam Agar Impor Beras Berjalan Lancar

Jokowi mengapresiasi kemitraan strategis kedua negara yang menghasilkan kerja sama konkret.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Penampakan Banyak Air, Emas & Berlian di Perut Bumi Arab, Padahal di Permukaan Pasir & Gersang
Penampakan Banyak Air, Emas & Berlian di Perut Bumi Arab, Padahal di Permukaan Pasir & Gersang

Di bawah permukaan pasir, ada banyak air menggenang hingga emas dan berlian.

Baca Selengkapnya
Operasi Keamanan Selama Ramadan dan Idulfitri Sukses, Enam Polres di Riau Diganjar Penghargaan
Operasi Keamanan Selama Ramadan dan Idulfitri Sukses, Enam Polres di Riau Diganjar Penghargaan

Selama operasi berlangsung, tercatat angka kecelakaan menurun.

Baca Selengkapnya
Presiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK
Presiden Jokowi Diseret Dalam Sidang Sengketa Pilpres, Istana Minta Pembuktian Tuduhan di MK

Pihak Istana masih menunggu pembuktian atas tuduhan yang disampaikan persidangan.

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya