Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mahasiswa, Aktivis Myanmar Berlatih Perang di Hutan untuk Hadapi Militer

Mahasiswa, Aktivis Myanmar Berlatih Perang di Hutan untuk Hadapi Militer Aksi senyap pendemo Myanmar. ©AFPTV/AFP

Merdeka.com - Di dalam hutan di daerah perbatasan Myanmar, para pasukan berkeringat saat mengikuti pelatihan dasar. Mereka berlatih bagaimana mengokang bedil, menarik jarum granat, dan memasang bom api.

Kadet-kadet ini bukan anggota militer Myanmar, yang menggulingkan kekuasaan bulan lalu dan semakin meningkatkan tindakan kerasnya kepada demonstran anti-kudeta. Mereka adalah korps mahasiswa, aktivis, dan pekerja kantoran yang meyakini melawan balik adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan pasukan bersenjata paling kejam di dunia itu.

“Saya melihat militer sebagai hewan ganas yang tidak bisa berpikir dan brutal dengan senjata mereka,” kata seorang perempuan dari Yangon, yang sekarang berada berkemah di hutan selama sepekan, dilansir The New York Times, Rabu (24/3).

Seperti lainnya yang bergabung dalam pelatihan itu, dia tidak ingin namanya dipublikasikan karena takut militer Myanmar atau Tatmadaw akan menargetkannya.

“Kita harus menyerang balik mereka,” ujarnya.“Ini kedengaran agresif, tapi saya percaya kita harus mempertahankan diri kita sendiri.”

Setelah berminggu-minggu protes damai, garis depan perlawanan Myanmar terhadap kudeta 1 Februari bergerak menjadi semacam kekuatan gerilya. Di kota-kota, pengunjuk rasa membangun barikade untuk melindungi lingkungan dari serangan militer dan belajar cara membuat bom asap di internet. Di hutan, mereka berlatih teknik dasar peperangan dan berencana menyabotase fasilitas yang berhubungan dengan militer.

Diperlukan "revolusi"

Keberanian dan keputusasaan dari front perlawanan baru ini mengingatkan pada radikalisasi generasi aktivis demokrasi Myanmar sebelumnya. Seperti di masa lalu, oposisi garis keras adalah respons defensif terhadap terror pemerintahan militer yang meningkat. Tatmadaw telah menindak pengunjuk rasa damai dan warga biasa tak bersenjata, menewaskan sedikitnya 275 orang sejak kudeta, menurut sebuah kelompok pemantau.

Bentuk perlawanan lain terus berlanjut di Myanmar. Kampanye pembangkangan sipil massal memperlambat jalannya perekonomian, sementara pemogokan nasional pada Rabu membuat kota-kota di Myanmar berjalan tanpa aktivitas bisnis. Dalam aksi pembangkangan kreatif, pengunjuk rasa menjejerkan boneka binatang dan burung bangau origami untuk melindungi demonstran agar tidak tertembak.

Namun ada yang berpendapat aksi-aksi tersebut tidak cukup dan Tatmadaw perlu dilawan dengan caranya sendiri. Pekan lalu, para anggota parlemen yang digulingkan mengatakan "revolusi" diperlukan untuk menyelamatkan negara. Mereka menyerukan pembentukan tentara federal yang menghormati berbagai kelompok etnis, bukan hanya mayoritas Bamar.

“Jika diplomasi gagal, jika pembunuhan berlanjut, rakyat Myanmar akan dipaksa untuk membela diri,” kata Dr Sasa, juru bicara Parlemen yang digulingkan yang sedang dalam pelarian setelah dituduh melakukan pengkhianatan tingkat tinggi.

Gerakan seperti ini harus bersaing dengan militer yang terkenal haus darah dan kejam, yang telah memerintah Myanmar selama lebih dari 60 tahun dan telah memerangi berbagai pemberontakan. Jenderal Senior Min Aung Hlaing, panglima militer yang memimpin kudeta, telah berulang kali memerintahkan pemusnahan seluruh desa, yang paling mengerikan adalah pembersihan etnis Muslim Rohingya.

Myanmar terperosok ke dalam kekacauan ketika Tatmadaw membawa mesin perangnya ke kota-kota, memenjarakan para pemimpin sipil bulan lalu dan menghapus reformasi politik dan ekonomi yang telah berlangsung selama satu dekade.

Sejak itu, ratusan anak muda yang turun ke jalan telah terbunuh akibat satu tembakan di kepala. Pasukan keamanan menembaki rumah secara acak, membuat para keluarga meringkuk di kamar belakang. Pada Selasa (23/3), bocah berusia 7 tahun yang sedang di pangkuan ayahnya di dalam rumahnya ditembak di kota Mandalay.

Tatmadaw melanggar aturan perang internasional. Pasukan keamanan menembaki ambulans dan menyiksa tahanan. Mengingat kebrutalan ini, anggota garda depan pro demokrasi Myanmar mengatakan tidak ada pilihan selain angkat senjata.

Tak ingin sejarah kelam terulang

Di Yangon, Ko Soe Win Naing, seorang pelaut berusia 26 tahun, bersiap untuk perang: kamera GoPro ditempelkan ke helmnya, topeng penutup wajah, botol gas air mata di saku rompinya, pedang bersarung di punggungnya dan masker gas di siapkan. Senjata pilihannya adalah kembang api yang dibentuk menjadi semacam granat.

Selama berminggu-minggu Soe Win Naing belum pulang ke rumah. Dia bagian dari geng keliling yang mencoba melindungi lingkungan dari pasukan keamanan.

“Meskipun kami bekerja untuk hal yang benar, saya telah menjadi seperti buronan,” katanya.

“Tetapi bahkan kalau saya terbunuh, saya akan berjuang sampai akhir.”

Para pejuang garda depan menumpuk karung pasir dan membangun barikade bambu, yang mereka pertahankan dengan bom api buatan sendiri. Anak-anak juga ikut bergabung, mengenakan piyama agar terlihat tidak berbahaya saat berjalan menuju pos pertempuran mereka.

“Saya tidak punya rasa takut,” kata Ko Moe Min Latt (15).

Akhir-akhir ini, taktik pejuang pro demokrasi meluas ke perang informasi. Pada Rabu, pengunjuk rasa anti-kudeta mengatakan mereka telah melancarkan serangan peretasan terhadap dua bank yang terkait dengan militer.

Bagi generasi baru, keputusan untuk berperang lahir dari keinginan untuk melindungi apa yang telah diperoleh negara tersebut selama dekade terakhir. Myanmar pernah menjadi salah satu negara paling terisolasi di Bumi, karena xenofobia dan ketidakmampuan ekonomi, membuatnya tersisih dari komunitas internasional. Kemudian datanglah reformasi politik tentatif, jaringan internet dan peluang pekerjaan di sektor swasta.

Kekhawatiran Myanmar akan kembali terperosok ke kekelaman masa lalu mendorong warga turun ke jalan, ikut berdemonstrasi. Seorang perempuan muda, yang akan memulai pelatihan militer di hutan, mengingat masa saat dia masih kecil berkumpul bersama keluarganya dan diam-diam mendengarkan siaran radio BBC, sebuah tindakan yang saat itu berisiko dipenjara.

“Saya memutuskan untuk mempertaruhkan hidup saya dan melawan dengan cara apa pun yang mungkin saya bisa,” ujarnya.

“Jika kita melawan serempak secara nasional, kita akan membuat militer tidak bisa tidur dan hidup tidak aman, seperti yang telah mereka lakukan terhadap kita.”

“Kami memiliki keyakinan politik kami, kami memiliki impian kami,” katanya.

“Ini adalah pertarungan di mana kita harus menggunakan otak dan tubuh kita.”

"Saya akan mati melindungi negara saya"

Jika ada pemberontakan bersenjata yang berhasil, maka akan memerlukan dukungan dari pemberontak etnis yang telah lama berperang dengan Tatmadaw. Pekan lalu, Tentara Kemerdekaan Kachin, yang mewakili Kachin di Myanmar utara, melancarkan serangan mendadak terhadap Tatmadaw.

Pada Kamis, lima tentara Tatmadaw dibunuh oleh Tentara Pembebasan Nasional Karen, yang berjuang untuk etnis Karen. Tahun lalu, ratusan tentara Tatmadaw tewas saat memerangi pemberontakan etnis lainnya di Negara Bagian Rakhine barat.

“Jika kelompok etnis bersenjata melancarkan serangan, itu bisa membantu meredakan tekanan pada pengunjuk rasa di kota-kota,” jelas Sekjen Serikat Nasional Karen, Padoh Saw Hser Bwe.

Anggota Tatmadaw sekarang ditempatkan di kota-kota, lebih fokus menangani pengunjuk rasa anti-kudeta daripada pemberontak etnis.

Pada Senin di Mandalay, Ko Tun Tun Aung (14) keluar dari rumahnya untuk mengambil sepanci air. Sebuah peluru menembus dadanya, membunuhnya seketika, menurut kerabatnya. Sedikitnya tujuh orang lainnya juga ditembak mati di lingkungan yang sama hari itu. Dua orang adalah petugas penyelamat.

Ko Thet Aung (23) berasal dari lingkungan yang sama tempat pembunuhan itu terjadi. Selama tiga minggu, dia telah membuat barikade dan menghindari tembakan.

“Semakin keras tindakan mereka, semakin kami termotivasi untuk melawan,” katanya.

“Kami dari Generasi Z, tapi saya menyebut diri kami Gen-P - Generation Protection. Saya akan mati melindungi negara saya di garda depan.”

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mahasiswa Nekat Bikin Usaha Jamur, Modal Rp100.00 Kini Raup Omzet Rp40 Juta Sekali Panen

Mahasiswa Nekat Bikin Usaha Jamur, Modal Rp100.00 Kini Raup Omzet Rp40 Juta Sekali Panen

Usahanya membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi teman-teman ataupun lingkungan sekitar.

Baca Selengkapnya
Tiga Orang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Ditemukan Setelah Tulis

Tiga Orang Terdampar di Pulau Tak Berpenghuni, Ditemukan Setelah Tulis "HELP" di Atas Pasir

Mereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.

Baca Selengkapnya
7 Latihan untuk Membentuk Otot Perut Tanpa Biaya, Cocok untuk Mahasiswa

7 Latihan untuk Membentuk Otot Perut Tanpa Biaya, Cocok untuk Mahasiswa

Membentuk dan melatih otot perut ternyata bisa dilakukan tanpa perlu biaya.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Membawa Pesan Pemilu Damai di Habitat Harimau Sumatera

Membawa Pesan Pemilu Damai di Habitat Harimau Sumatera

Rombongan polisi dan istri mengunjungi permukiman suku Talang Mamak untuk menyosialisasikan pemilu damai.

Baca Selengkapnya
Penuh Keseruan, Momen Dosen Latih Mahasiswanya Berpidato dengan Kaleng Biskuit Ini Curi Perhatian

Penuh Keseruan, Momen Dosen Latih Mahasiswanya Berpidato dengan Kaleng Biskuit Ini Curi Perhatian

Dosen memiliki caranya sendiri untuk melatih mahasiswanya agar bisa berpidato dengan lancar.

Baca Selengkapnya
2 Mahasiswa di Sulawesi Selatan Edarkan Ganja, Modus Dicampur Kue Kering

2 Mahasiswa di Sulawesi Selatan Edarkan Ganja, Modus Dicampur Kue Kering

2 Mahasiswa di Sulawesi Selatan Edarkan Ganja, Modus Dicampur Kue Kering

Baca Selengkapnya
Menaker Ajak Mahasiswa Kolaborasi Wujudkan Indonesia Maju 2045

Menaker Ajak Mahasiswa Kolaborasi Wujudkan Indonesia Maju 2045

Kolaborasi dapat dilakukan, misalnya, melalui berbagai pelatihan yang difasilitasi negara,

Baca Selengkapnya
Sehari Setelah Dilantik, AHY Langsung Blusukan ke Manado Temui Warga untuk Berikan Sertifikat Tanah

Sehari Setelah Dilantik, AHY Langsung Blusukan ke Manado Temui Warga untuk Berikan Sertifikat Tanah

Momen AHY blusukan ke Manado, satu hari setelah dilantik jadi Menteri ATR/BPN.

Baca Selengkapnya
Didukung MFRI, Unud dan UGM Perkuat Kesiapsiagaan Bencana di Gunung Agung Bali

Didukung MFRI, Unud dan UGM Perkuat Kesiapsiagaan Bencana di Gunung Agung Bali

Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas pelatihan dan mitigasi bencana gunung api ketika situasi normal

Baca Selengkapnya