Merdeka.com - Sejak kudeta Februari 2021, junta Myanmar memperkuat cengkeraman kekuasaannya dengan membasmi para pengkritik dan kelompok perlawanan di sejumlah daerah. Namun seiring waktu, kekuasaan junta semakin memudar.
Menurut laporan yang dirilis Dewan Penasihat Khusus untuk Myanmar (SAC-M) pada Senin, semakin memudarnya kekuasaan junta terlihat setelah menggelar operasi besar ke berbagai daerah untuk memberantas kelompok perlawanan anti-junta. Operasi itu menghabiskan banyak sumber daya militer baik anggota maupun semangat tempur mereka.
Dalam laporannya, SAC-M mengungkapkan legitimasi junta telah hancur sejak kudeta Februari 2021, yang disusul kekerasan militer terhadap warga yang menentang kudeta dan ketidakmampuan junta mengendalikan keamanan, menyediakan layanan dasar masyarakat dan mengumpulkan pajak.
Kudeta 2021 dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing, menyingkirkan kekuasaan sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi, yang menang telak dalam pemilihan umum November 2021. Junta berdalih telah terjadi kecurangan meluas dalam pemilu.
Dikutip dari South China Morning Post, Senin (5/9), SAC-M mengatakan, setelah menjamurnya kelompok perlawanan bersenjata yang menentang kudeta, saat ini junta hanya memiliki kendali atas 72 daerah dari total 330 daerah di Myanmar. Sementara sisanya menjadi target serangan, dikuasai milisi etnis proksi atau sepenuhnya dipimpin relawan anti militer.
"Intinya junta berisiko kehilangan kendali atas wilayah mana pun yang tidak dipertahankan secara aktif,” jelas penelitian yang dipimpin tiga mantan pakar HAM PBB Yanghee Lee, Marzuki Darusman, dan Chris Sidoti.
Di negara yang dilanda kekerasan tak berkesudahan seperti Myanmar, hampir mustahil memverifikasi temuan laporan tersebut karena akses bagi jurnalis dan pemantau HAM independen sangat terbatas.
Korban kekerasan militer sejak kudeta diperkirakan mencapai 1.500-5.600 orang.
Menurut para penulis laporan, Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) atau pemerintah bayangan yang sebagian besar anggotanya adalah para politikus yang disingkirkan militer sekarang memiliki "klaim terbesar untuk mengendalikan negara secara efektif".
Laporan tersebut juga menyatakan junta "tidak dapat secara efektif menjalankan fungsi pemerintahan dan tidak menunjukkan tanda-tanda pembentukan tatanan permanen." [pan]
Baca juga:
Aung San Suu Kyi Divonis Penjara Tiga Tahun dan Kerja Paksa
Myanmar Tangkap Mantan Duta Besar Inggris dan Suami
PBB Kumpulkan Bukti Mengejutkan Soal Dugaan Kejahatan Kemanusiaan Militer Myanmar
Aung San Suu Kyi Divonis Enam Tahun Penjara Terkait Kasus Korupsi
Pengantin Filipina Bawa Buket Bawang Merah Saat Resepsi, Ternyata Ini Alasannya
Sekitar 14 Menit yang laluWHO Bersiap untuk Perang Nuklir, Minta Negara-Negara Sedia Pasokan Obat
Sekitar 52 Menit yang laluEmpat Spesies Baru Dinosaurus Ditemukan di Chile, Punya Cakar dan Bisa Terbang
Sekitar 1 Jam yang laluChina Bolehkan Pasangan Punya Anak Tanpa Menikah, Alasannya untuk Kepentingan Negara
Sekitar 2 Jam yang laluSedotan Tertua di Dunia Umurnya 5.500 Tahun & Panjang Hampir 1 Meter, Begini Wujudnya
Sekitar 4 Jam yang laluPfizer Akui Bikin Mutasi Virus Corona di Laboratorium untuk Tujuan Ini
Sekitar 5 Jam yang laluLebih dari 100 Telur Dinosaurus Ditemukan di Argentina, Banyak Embrio yang Masih Utuh
Sekitar 5 Jam yang laluBom Meledak di Masjid Pakistan Incar Polisi Sedang Salat, 61 Orang Tewas
Sekitar 6 Jam yang laluMengapa Matahari Terbit dari Timur & Tenggelam di Barat? Ini Jawaban Sains
Sekitar 11 Jam yang laluArkeolog Bongkar Teka-Teki Mengapa Sosok Mumi Perempuan Mesir Kuno Bertato
Sekitar 1 Hari yang laluIlmuwan Buat Lagi Parfum Zaman Mesopotamia dari Resep Berusia 3.200 Tahun
Sekitar 1 Hari yang laluPolisi Tewas di Polres Kepulauan Seribu, Penyebab Kematian Masih Misterius
Sekitar 2 Jam yang laluCara Polisi Tangkap Pencuri Lagi Tidur Bikin Ngakak, Bisik-Bisik 'Sini Pakai Baju'
Sekitar 6 Jam yang laluTop News: Sopir Audi Seret Perwira Polisi || Jaksa Garang Hadapi Pleidoi Putri
Sekitar 8 Jam yang laluPotret Krishna Murti Masih AKBP Berpetualang di Gurun Pasir, Bekalnya Cuma Roti & Air
Sekitar 8 Jam yang laluSidang Vonis Bripka RR Digelar Selasa 14 Februari
Sekitar 26 Menit yang laluKubu Bripka RR Tanggapi Replik JPU: Ragu dan Tidak Bersungguh-sungguh Menuntut
Sekitar 1 Jam yang laluSenyuman Tipis Ricky Rizal Jalani Sidang Duplik Kasus Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 2 Jam yang laluLIVE STREAMING: Sidang Ricky Rizal Tanggapi Replik Jaksa Hari Ini
Sekitar 3 Jam yang laluSidang Vonis Bripka RR Digelar Selasa 14 Februari
Sekitar 26 Menit yang laluKubu Bripka RR Tanggapi Replik JPU: Ragu dan Tidak Bersungguh-sungguh Menuntut
Sekitar 1 Jam yang laluSenyuman Tipis Ricky Rizal Jalani Sidang Duplik Kasus Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 2 Jam yang laluLIVE STREAMING: Sidang Ricky Rizal Tanggapi Replik Jaksa Hari Ini
Sekitar 3 Jam yang laluSidang Vonis Bripka RR Digelar Selasa 14 Februari
Sekitar 26 Menit yang laluSenyuman Tipis Ricky Rizal Jalani Sidang Duplik Kasus Pembunuhan Brigadir J
Sekitar 2 Jam yang laluDuplik Ferdy Sambo, Pengacara: Penuntut Umum Serampangan Sampaikan Tuduhan Kosong
Sekitar 4 Jam yang laluApakah Boleh Memperoleh Vaksin Campak Bersamaan dengan Booster COVID-19?
Sekitar 1 Hari yang laluAntisipasi Penyakit Ngorok, Dinas Pertanian Madina Maksimalkan Penyuntikan Vaksin
Sekitar 6 Hari yang laluMan of the Match Barito Putera Vs PSS di BRI Liga 1: Yevhen Bokhashvili Si Juru Selamat
Sekitar 37 Menit yang laluTidak Terima Logo Klub dan Kandang Singa Dirusak, Aremania Tunjukkan Loyalitas untuk Arema FC
Sekitar 1 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami