Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Bagaimana Perang Rusia-Ukraina Bakal Berakhir?

Bagaimana Perang Rusia-Ukraina Bakal Berakhir? Kepanikan warga Irpin selamatkan diri dari serangan Rusia. ©REUTERS/Carlos Barria

Merdeka.com - Ketika semakin banyak nyawa yang melayang dalam perang Ukraina-Rusia, upaya untuk mencapai negosiasi semakin intensif.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, yang pekan lalu berkunjung ke Moskow dan Kiev, mengungkapkan optimismenya terkait progres negosiasi antara pejabat Rusia dan Ukraina.

Pada Sabtu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyerukan pembicaraan langsung dengan timpalan Rusianya, Vladimir Putin, yang terus menerus menerima telepon dari para pemimpin dunia yang mendesaknya mempertimbangkan gencatan senjata. Uni Eropa juga mendesak China sebagai mediator.

Menurut PBB, sedikitnya 902 warga sipil tewas dan 1.459 terluka sejak perang pecah pada 24 Februari, tapi jumlah riilnya diyakini jauh lebih banyak.

Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa perang itu bisa menyebabkan meningkatnya kelaparan dan gizi buruk di seluruh dunia, karena Rusia dan Ukraina memproduksi sekitar 30 persen pasokan gandum global dan lebih dari setengah dari pasokan minyak biji bunga matahari dunia berasal dari negara ini.

Dengan meningkatnya biaya perang untuk Rusia dan Ukraina, serta dunia, para pakar mengatakan kepentingan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin.

Tapi seperti apa de-eskalasi atau akhir perang ini? Dan apa artinya bagi kedua negara?

Penyelesaian jangka pendek atau jangka panjang

Sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, sejumlah skenario dimunculkan untuk memprediksi hasilnya.

Serangan kilat yang dapat memicu kalahnya tentara dan pemerintah Ukraina seperti yang diharapkan Moskow pada hari-hari pertama tidak terwujud. Ketakutan akan kemungkinan perang nuklir setelah Putin memerintahkan pasukan nuklir untuk siaga tinggi pada 28 Februari juga sedikit berkurang.

Deklarasi NATO yang menyatakan tidak akan terlibat dalam konflik, baik dengan mengerahkan pasukan atau menetapkan zona larangan terbang di atas Ukraina, juga membuat skenario lain tidak mungkin: kekalahan militer Rusia.

Dengan demikian, perang tampaknya menuju ke dua hasil yang lebih mungkin: penyelesaian damai atau konflik yang berlarut-larut.

Laporan terbaru mengindikasikan kedua pihak melunak. Pada 15 Maret, Zelenskiy mengatakan tidak akan memaksa menjadi anggota NATO, tapi meminta jaminan keamanan untuk Ukraina dari Barat.

Menurut Cavusoglu, Ukraina juga terbuka untuk negosiasi pelucutan senjata dan status orang berbahasa Rusia di Ukraina, merupakan permintaan Moskow.

Menurut Tatiana Stanovaya dari Carnegie Moscow Center dan pendiri R.Politik, bahkan walaupun ada terobosan dan beberapa bentuk perjanjian ditandatangani, implementasinya tidak dapat dijamin.

Menurutnya, Rusia tidak akan menarik pasukannya sampai semua syarat yang mereka ajukan dipenuhi.

Direktur konsultan Intelijen Mayak, Mark Galeotti mengatakan kegagalan untuk mencapai kesepakatan dalam jangka pendek dapat menyebabkan perang yang berlarut-larut.

Kendati demikian, baik Galeotti maupun Stanovaya setuju bahwa "skenario Suriah", di mana perang berlanjut selama bertahun-tahun, tidak mungkin terjadi karena sejumlah faktor, salah satunya sanksi Barat yang dapat melemahkan kemampuan Rusia untuk menempatkan pasukannya dalam waktu yang panjang di Ukraina.

Ukraina pascaperang

Terlepas apakah Rusia dan Ukraina akan segera mencapai kesepakatan atau tidak, kedua negara cenderung mengalami perubahan radikal.

Perekonomian Ukraina hancur oleh perang. Menurut Menteri Keuangan Ukraina, Serheiy Marchenko, 30 persen aktivitas perekonomian tutup, sementara IMF memperkirakan perekononomian Ukraina bisa merosot sampai 35 persen tahun ini. Infrastruktur vital seperti jalan, rel kereta, dan jembatan hancur, dan sejumlah fasilitas pelabuhan di Laut Hitam dikuasai Rusia.

Ukraina mendapat gelontoran dana dari Uni Eropa dan AS. Presiden Zelenskiy menandatangani permintaan resmi untuk menjadi anggota Uni Eropa pada 28 Februari, tapi Brussel memperingatkan tidak ada pengecualian untuk Kiev dan prosesnya bisa membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Menurut Volodymyr Ishchenko dari Institut Studi Eropa Timur Universitas Freie Berlin, keanggotaan Uni Eropa, bantuan keuangan, dan penarikan pasukan Rusia bisa menjadi skenario terbaik untuk Ukraina. Ini akan mendorong Ukraina untuk menerima kemungkinan konsesi yang menyakitkan sebagai bagian dari perjanjian damai dan menjauhkan kekuatan ultranasionalistik.

Ishchenko mengatakan, bahkan walaupun Ukraina diberikan jaminan yang kuat untuk menjadi anggota Uni Eropa, negara ini akan tetap mengalami transisi sulit akibat perang. Sentimen anti Rusia akan mendominasi ranah sosial dan politik dan akan menyebabkan homogenisasi identitas Ukraina dan marjinalisasi pandangan politik tertentu.

Pada Minggu, Zelenskiy melarang 11 parpol diduga terkait dengan Rusia.

Skenario lain dapat memiliki efek yang lebih menghancurkan pada masyarakat Ukraina, termasuk perang yang berkelanjutan yang akan memungkinkan gerakan sayap kanan mengambil alih institusi militer atau negara. Penolakan Rusia untuk menarik pasukannya dapat mengakibatkan pecahnya negara tersebut dan pembentukan pemerintahan boneka.

Rusia pascaperang

Perekonomian Rusia dan masyarakat juga menghadapi konsekuensi signifikan akibat perang.

Menurut perkiraan, produk domestik bruto (PDB) bisa merosot antara delapan persen dan 15 persen tahun ini, sementara inflasi bisa mencapai 20 persen. Dampak sanksi barat salah satunya ialah banyaknya perusahaan asing yang menarik diri dari Rusia sehingga menyebabkan lonjakan pengangguran.

"Butuh bertahun-tahun bagi Rusia untuk pulih. Butuh bertahun-tahun untuk membangun kembali militer Rusia. Butuh waktu yang jauh lebih lama dari itu untuk membangun kembali perekonomian Rusia," jelas Galeotti.

Putin menyebut para pengkritik perang sebagai "pengkhianat". Takut akan penindasan membuat banyak orang Rusia keluar dari negaranya sejak awal perang.

Menurut Stanovaya, perang ini memiliki efek yang merusak pada bidang politik dan masyarakat Rusia dan perjanjian damai dengan Ukraina tidak akan mengubahnya.

Menurut Ishchenko, dalam jangka panjang, Kremlin harus mengadopsi model politik dan ekonomi yang berbeda. Menurutnya tindakan kediktatoran tidak akan cukup untuk mempertahankan kekuasaan. Politik juga harus ditata ulang untuk membuka jalan bagi pembentukan sebuah partai dengan keanggotaan massa.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bantah Sindiran Anies, Airlangga Tegaskan Indonesia Dianggap Leader Negara di Selatan
Bantah Sindiran Anies, Airlangga Tegaskan Indonesia Dianggap Leader Negara di Selatan

Presiden Jokowi bahkan melawat langsung untuk mendorong perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

Baca Selengkapnya
Standar Orang Kaya Dunia Naik, Rasio Negara Kaya dan Miskin Makin Timpang
Standar Orang Kaya Dunia Naik, Rasio Negara Kaya dan Miskin Makin Timpang

Kesenjangan ekonomi semakin terasa saat ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina pada tahun 2022.

Baca Selengkapnya
Dunia Alami Krisis Air Bersih, Pemerintah Indonesia Ambil Langkah Begini
Dunia Alami Krisis Air Bersih, Pemerintah Indonesia Ambil Langkah Begini

Situasi di Gaza, Yaman, Ukraina, dan beberapa bagian dunia lain juga memperburuk krisis air yang terjadi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Putin Kembali Menang Pemilu Rusia, Jadi Pemimpin Terlama Lampaui Stalin
Putin Kembali Menang Pemilu Rusia, Jadi Pemimpin Terlama Lampaui Stalin

Putin Kembali Menang Telak dalam Pemilu Rusia, Jadi Pemimpin Terlama Lampaui Stalin

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Pupuk Langka Imbas Perang Ukraina-Rusia, Ganjar: Ada Sumber Bahan Pupuk Negara Lain
Jokowi Sebut Pupuk Langka Imbas Perang Ukraina-Rusia, Ganjar: Ada Sumber Bahan Pupuk Negara Lain

Ganjar menyarankan untuk mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan

Baca Selengkapnya
Kabar Gembira, Harga BBM Tak Bakal Naik Hingga Juni Meski Konflik Israel Vs Iran Memanas
Kabar Gembira, Harga BBM Tak Bakal Naik Hingga Juni Meski Konflik Israel Vs Iran Memanas

Pemerintah terus memonitor perkembangan konflik Iran-Israel dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan skenario kebijakan.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Begini Peran WNA Ukraina & Rusia Kompak Sulap Vila Jadi Pabrik Narkoba di Bali
VIDEO: Begini Peran WNA Ukraina & Rusia Kompak Sulap Vila Jadi Pabrik Narkoba di Bali

Adapun tiga tersangka WNA itu, yakni dua berasal dari Ukraina dan satu WNA asal Rusia

Baca Selengkapnya
Pemudik Diprediksi Mencapai 193,6 Juta, Setara Jumlah Populasi Beberapa Negara Eropa
Pemudik Diprediksi Mencapai 193,6 Juta, Setara Jumlah Populasi Beberapa Negara Eropa

Pengelolaan arus lalu lintas tidak hanya mengarah ke Jawa Tengah dan Jawa Timur saja.

Baca Selengkapnya
Konflik Iran Vs Israel Picu Ekonomi Indonesia Merosot di Bawah 5 Persen, Begini Penjelasannya
Konflik Iran Vs Israel Picu Ekonomi Indonesia Merosot di Bawah 5 Persen, Begini Penjelasannya

Perekonomian Indonesia diprediksi merosot jika konflik Iran versus Israel berkepanjangan.

Baca Selengkapnya