Pertumbuhan Konsumsi di Bawah 5 Persen, Buka Ruang Pinjol Masuk ke Pekerja
Dia menjelaskan salah satu faktornya adalah para pekerja atau masyarakat Indonesia tidak memiliki cadangan dana yang cukup untuk kebutuhan hari-hari ke depannya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengungkapkan pertumbuhan konsumsi Indonesia di bawah 5 persen. Hal ini menandakan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional sebesar 5,3 persen.
"Ini menandakan bahwa memang terjadi hal yang sangat luar biasa yang menekankan konsumsi kita turun," ujar Tauhid dalam acara diskusi publik 'Market survey: Earned Wage Access di Indonesia', Jakarta, Selasa (28/2).
Dia menjelaskan salah satu faktornya adalah para pekerja atau masyarakat Indonesia tidak memiliki cadangan dana yang cukup untuk kebutuhan hari-hari ke depannya.
"Kalau kita melihat satu kuartal dampak ekonomi lebih besar apalagi ini kalau tidak ini bahwa cadangan dana kita hanya 7 hari ke depan, ini menurut catatan bank dunia," tutur dia.
Terlebih, akses untuk lembaga keuangan sangatlah terbatas, terutama untuk kredit konsumsi maupun hal-hal yang dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan mereka.
Menurutnya, hal ini akan membuka ruang bagi para pinjaman ilegal atau pinjol (pinjaman online) maupun akses keuangan digital yang bisa masuk ke seluruh lini para pekerja.
"Ini justru di kemudian hari harus membayar suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan kredit konsumsi yang diajukan oleh perbankan," tambahnya.
Oleh karena itu, ketahanan keuangan menjadi pondasi agar para pekerja merasa aman, nyaman dan sejahtera, terutama pada industri-industri yang terpapar oleh masa resesi global.
(mdk/idr)