Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tantangan Industri Migas: Penuhi Kebutuhan yang Terus Naik dan Turunkan Emisi Karbon

Tantangan Industri Migas: Penuhi Kebutuhan yang Terus Naik dan Turunkan Emisi Karbon Ilustrasi Migas. shutterstock.com

Merdeka.com - Industri minyak dan gas bumi kini fokus untuk menurunkan emisi karbon baik dalam kegiatan operasional dan produksi. Salah satunya melalui pengembangan berbagai teknologi yang dapat menurunkan gas rumah kaca dan menghasilkan energi yang lebih bersih.

Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA), Irtiza Sayyed mengatakan, industri migas Indonesia kini menghadapi dua tantangan berupa pemenuhan kebutuhan energi Indonesia dan mengurangi dampak emisi karbon, sehingga membutuhkan solusi multi dimensi.

"Melihat situasi ini, tantangan energi Indonesia membutuhkan solusi multi-dimensi. Percepatan transisi energi Indonesia membutuhkan upaya bersama,” kata Irtiza dalam Pameran dan Konvensi IPA ke-46 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu (21/9).

Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), konsumsi minyak Indonesia diproyeksikan meningkat sebesar 139 persen dan konsumsi gas bumi meningkat hampir 300 persen. Hal itu didasari proyeksi pertumbuhan penduduk lebih dari 23 persen menjadi hampir 350 juta jiwa dalam 30 tahun ke depan.

Saat ini, anggota G20 dan negara-negara di dunia telah menetapkan target pencapaian netralitas karbon sejalan dengan Perjanjian Paris.

Komitmen Indonesia untuk mencapai target netralitas karbon juga terus digaungkan, salah satunya melalui transisi energi.

Bahkan transisi energi menjadi salah satu topik utama yang akan dibahas dalam KTT G20 di Bali pada November 2022 mendatang.

Target Penurunan Emisi

Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia menargetkan penurunan emisi hingga 29 persen dengan upaya sendiri atau hingga 41 persen dengan bantuan Internasional.

Irtiza mengungkapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) menjadi salah satu teknologi paling menjanjikan bagi industri migas untuk mencapai emisi yang lebih rendah.

Menurutnya, penerapan teknologi rendah karbon itu bertujuan untuk mengurangi emisi guna mencapai nol bersih emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat. Namun, dukungan kebijakan diperlukan untuk mendorong investasi.

"Kita memainkan peran yang menentukan dalam mendukung transisi energi sambil memenuhi permintaan energi yang tengah melonjak. Selain itu, dibutuhkan upaya yang luar biasa dan kolektif untuk mencapai energi yang berkelanjutan dan andal," kata Irtiza.

"Jadi, mari bersama-sama menyusun skenario untuk masa depan yang lebih rendah karbon,” imbuhnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan pemerintah Indonesia menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan perubahan iklim dan transisi energi menuju netralitas karbon pada tahun 2060.

Namun demikian, peran minyak dan gas bumi dalam transisi energi sangat penting karena bahan bakar fosil masih memegang peranan penting dalam tuntutan pemenuhan energi nasional.

"Untuk itu diperlukan proses transisi yang terukur dan harus mengelola sistem energi untuk disesuaikan," kata Arifin.

(mdk/idr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Data Sri Mulyani: Indonesia Peringkat Ketiga Negara G20 Produksi Emisi Karbon Terendah
Data Sri Mulyani: Indonesia Peringkat Ketiga Negara G20 Produksi Emisi Karbon Terendah

Sri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Selengkapnya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global

Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.

Baca Selengkapnya
Dewan Energi Nasional: PHE Mampu Sejajar dengan Perusahaan Migas Dunia
Dewan Energi Nasional: PHE Mampu Sejajar dengan Perusahaan Migas Dunia

PHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Indonesia Terancam Jadi Negara Pengimpor Net Migas Jika Tak Lakukan Ini
Indonesia Terancam Jadi Negara Pengimpor Net Migas Jika Tak Lakukan Ini

Jika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.

Baca Selengkapnya
Pertagas Turunkan Emisi Karbon 11 Persen, Begini Strategi Dijalankan Perusahaan
Pertagas Turunkan Emisi Karbon 11 Persen, Begini Strategi Dijalankan Perusahaan

Pertagas akan terus berkomitmen dalam menyalurkan energi yang andal ke berbagai industri strategis tanah air.

Baca Selengkapnya
Lewat Berbagai Upaya, Pertamina Patra Niaga Berperan Aktif Mengurangi Emisi Karbon
Lewat Berbagai Upaya, Pertamina Patra Niaga Berperan Aktif Mengurangi Emisi Karbon

Pertamina Patra Niaga terus berkomitmen mendorong pengurangan emisi karbon.

Baca Selengkapnya
Menaker Apresiasi Pemerintah Jerman yang Minat dengan Tenaga Perawat Indonesia
Menaker Apresiasi Pemerintah Jerman yang Minat dengan Tenaga Perawat Indonesia

Saat ini Indonesia dalam tahap pengembangan SIPK dalam upaya meningkatkan partisipasi industri untuk memanfaatkannya.

Baca Selengkapnya
Terapkan Strategi Ini, PHE Temukan 1,4 Miliar Barel Setara Minyak Sepanjang 2023
Terapkan Strategi Ini, PHE Temukan 1,4 Miliar Barel Setara Minyak Sepanjang 2023

Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan dalam negeri akan energi minyak dan gas secara volumetrik masih akan terus meningkat setiap tahunnya.

Baca Selengkapnya
Indonesia Butuh Suntikan Modal Asing untuk Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan
Indonesia Butuh Suntikan Modal Asing untuk Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan

Dampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.

Baca Selengkapnya