Soal jaminan sosial, Indonesia bisa tiru Jerman
Merdeka.com - Indonesia bisa belajar dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diterapkan oleh Jerman. Di negara dengan ekonomi terbesar di Eropa itu, jaminan sosial diberikan kepada pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).
Mantan Menteri Keuangan dan Teknologi Jerman, Christian Hegemer, mengatakan jaminan sosial yang diberikan pemerintah di negara asalnya dapat melindungi dan meningkatkan produktivitas pekerja. Selain itu, iuran kesehatan dan dana pensiun yang ditanggung bersama oleh pekerja dan pengusaha membuat hubungan industrial berjalan harmonis, meski unjuk rasa juga kadang terjadi.
"Sistem yang kami sebut ekonomi pasar sosial ini mampu mendorong serikat kerja di Jerman bersama-sama pengusaha bekerja sama mengatasi krisis ekonomi," ujar Hegemer yang saat ini menjadi Direktur Hubungan Internasional Hanns Seidel Foundation dalam Seminar SJSN di Jakarta, Senin (21/10).
Menurutnya, Jerman memiliki alasan untuk memberikan pelaku UKM jaminan sosial. Mereka, yang jumlahnya mencapai 99,7 persen dari total perusahaan, adalah tulang punggung ekonomi Jerman.
"Di Jerman terdapat 4 juta usaha kecil menengah, menyediakan lapangan kerja kepada 60 persen populasi pekerja dan semuanya punya kewajiban menyediakan asuransi sosial" ungkap Hegemer.
Alasan lain, jaminan sosial sulit diterapkan kepada perusahaan dengan jumlah karyawan yang besar.
"Sedangkan di usaha rumahan, di mana pekerja dan pemilik saling kenal, lebih mudah berdiskusi soal besaran iuran jaminan sosial yang harus ditanggung masing-masing."
Dengan menerapkan SJSN kepada UKM, Hegemer mengklaim, ekonomi Jerman tetap bertahan di tengah krisis utang Eropa 2008. Dia mengatakan, kontribusi UKM terhadap penghasilan nasional swasta Jerman stabil di level 38 persen tahun lalu.
"Pengalaman krisis ekonomi 2008 menunjukkan bahwa kerja sama pekerja dan pengusaha harus digalakkan. Kami aktif membawa ide ekonomi pasar sosial ke seluruh Uni Eropa maupun dunia," kata Hegemer.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kemampuan fiskal negara masih relatif kuat. Rasio penerimaan pajak yang berada pada level 10,2 persen pada 2023 juga masih mungkin untuk didongkrak ke depan.
Baca SelengkapnyaBank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaSaat ini saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 5,05 persen, lebih tinggi dari banyak negara di dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Salah satu faktor kinerja positif perekonomian nasional yaitu belanja untuk pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Baca SelengkapnyaSaat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaSimak cerita inspiratif anak pedagang gorengan yang sukses jadi peneliti di Jepang.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak dikontribusikan oleh belanja konsumsi masyarakat hingga masuknya investasi.
Baca SelengkapnyaJaminan Sosial Ketenagakerjaan diatur dalam Permenaker Nomor 4 Tahun 2023 tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia.
Baca SelengkapnyaBerbekal kesungguhan dan keyakinan, nyatanya ternak yang dijalaninya membuahkan hasil tak terduga. Ia sukses menjadi seorang peternak entok muda.
Baca Selengkapnya