Resign dari Pegawai Bank Demi Bisnis Cilok Bakso, Sarta Pernah Kehilangan Uang Puluhan Juta di Karyawan
Tak ingin terkurung dalam kesusahan, Sarta mencari cara agar usahanya tetap berjalan. Hingga dia mempelajari bisnis dengan sistem kemitraan.
Setelah diterima bekerja sebagai bankir, gaji yang diterima Sarta kembali dialokasikan untuk menabung modal usaha. Saat itu, dia sempat membangun usaha percetakan
Resign dari Pegawai Bank Demi Bisnis Cilok Bakso, Sarta Pernah Kehilangan Uang Puluhan Juta di Karyawan
Resign dari Pegawai Bank Demi Bisnis Cilok Bakso, Sarta Pernah Kehilangan Uang Puluhan Juta di Karyawan
Jatuh bangun saat membangun bisnis hampir pasti dialami pengusaha sukses, termasuk Sarta Dipa. Kerugian puluhan juta rupiah juga dialami Sarta, pemilik bisnis kuliner cilok Chi-Boy.
Membangun bisnis memang sudah dicita-citakan oleh Sarta sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam buku besar yang dia tulis, ada tiga target yang dia harus capai. Pertama, menjadi pengusaha, jika target ini tidak tercapai dia menargetkan diri diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), jika dua target itu tidak tercapai dia ingin berkarir sebagai pegawai swasta dengan gaji tinggi.
Untuk menggapai cita-cita itu, Sarta sangat optimis. Namun, saat duduk di bangku 3 SMK, ujian besar menimpa Sarta. Sang ibu meninggal dunia. Motivasi hidupnya hilang. Dia bahkan jarang berangkat ke sekolah.
Dalam wawancara yang diunggah akun YouTube HaloBos, Sarta merasa hidupnya sudah selesai ketika sang ibu meninggal dunia. Beruntung, keluarga Sarta dan guru di sekolah membantunya untuk bangkit menata hidup. Sarta pun bangkit, meneruskan jalan menggapai cita-cita yang dia tulis dalal buku besar.
Setelah lulus SMK di tahun 2010, Sarta menjalani masa gap year. Dia mencari kerja untuk bisa menabung dan meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi.Barulah di tahun 2011, Sarta mulai bekerja. Gaji yang dia terima, sebagian besar dialokasikan untuk mendaftar kuliah.
Hingga 2012, Sarta masuk ke peruruan tinggi dan menyelesaikan pendidikannya di tahun 2015. Setelah menjadi sarjana, Sarta membuat target harus punya usaha sebelum menikah.
Setelah diterima bekerja sebagai bankir, gaji yang diterima Sarta kembali dialokasikan untuk menabung modal usaha. Saat itu, dia sempat membangun usaha percetakan.
Pada tahun 2016, Sarta menikah dan memulai fokus terhadap bisnis. Dia berkomunikasi dengan istri agar salah satu di antara mereka harus ada yang berhenti bekerja. Akhirnya, sang istri memutuskan resign.
Istri Sarta menggerakan usaha warung bakso yang sudah dibangun Sarta dengan modal gaji yang dia sisihkan.Selang 2 tahun berjalan, Sarta dan istri berhasil memiliki tiga warung bakso yang berada di Depok, Cibubur, dan Tapos.
Seiring berjalannya waktu, Sarta mengambil sebuah langkah terobosan terhadap pengembangan bisnis warung baksonya yaitu dengan memproduksi cilok dan bakso. Dia pun memutuskan resign dari pekerjaannya sebagai karyawan bank.
Di saat dia hendak mengembangkan usahanya, ujian mulai datang. Uang yang dia titipkan kepada karyawan untuk belanja kebutuhan produksi, hilang. Saat itu Kerugian ditaksir mencapai Rp50 juta.
Sarta kehabisan modal. Dia bingung harus bagaimana untuk melanjutkan 3 warung baksonya tersebut. Akhirnya dia meminjam pinjaman kepada bank tempat dia bekerja, pinjaman perorangan dan pinjaman untuk usaha kecil.
Tak ingin terkurung dalam kesusahan, Sarta mencari cara agar usahanya tetap berjalan. Hingga dia mempelajari bisnis dengan sistem kemitraan.
Dia kemudian menawarkan bisnis kemitraan Chi-Boy kepada rekan-rekan terdekatnya terlebih dahulu.
Saat itu terdapat 5 orang yang mau menjadi mitra Chi-Boy. Lambat laun karena rasa yang diproduksi oleh Chi-Boy cukup diterima oleh masyarakat, tawaran kemitraan pun terus berkembang. Poduksi harian Sarta juga meningkat. Jika di awal dia merintis, produksi atau adonan yang dia olah untuk produksi cilok dan bakso per hari mencapai 2 kilogram kemudian bertambah menjadi 6 kilogram 8 kilogram dan terus bertambah hingga saat ini sarta memiliki sekitar 900 cabang Chi-Boy yang tersebar di Jabodetabek Banten, Purwakarta, dan Brebes dengan produksi harian mencapai 200 kilogram adonan.