Proyek listrik 35.000 MW, swasta asing berkuasa & negara tak berdaya
Merdeka.com - Program dan proyek ambisius pemerintahan Jokowi-JK, pembangkit listrik 35.000 MW, menyimpan segudang kerugian yang nantinya harus ditanggung negara dan rakyat Indonesia. Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA) melihat keseluruhan program pengadaan listrik ini pada akhirnya bakal membebani masyarakat.
Sekretaris Jenderal FITRA, Yenny Sucipto mengatakan, semua bermula dari ketergantungan pemerintah terhadap sektor swasta dalam proyek pembangkit listrik. "Ini berpotensi terjadi komersialisasi sehingga merugikan masyarakat," di Kantor FITRA, Jakarta, Minggu (19/4).
Dalam pandangannya, dengan komersialisasi bakal mempengaruhi harga atau tarif listrik yang berpotensi terus naik lantaran harga akan disesuaikan dengan mekanisme pasar.
"Lebih banyak aturan mengarah pada mekanisme pasar dan ikut pada aturan swasta. Kita lihat di APBN 2015 TDL naik dan bebannya tinggi pada rakyat," jelas dia.
Peran pemerintah dalam proyek pembangkit listrik tidak sebanding dengan yang diberikan pihak swasta pada negara.
"Saat swasta mendominasi dalam investasinya, kontribusi pada negara hanya pada dividen saja," ucapnya.
Belum lagi soal potensi kerugian negara dari proyek-proyek pembangkit listrik bernilai ratusan triliun, baik yang dikerjakan PLN maupun swasta. Total kebutuhan pendanaan proyek listrik 35.000 MW selama periode 2015-2019 mencapai Rp 1.127 triliun. Terdiri dari PLN sebesar Rp 512 triliun dan swasta (independent power producer) Rp 615 triliun. "Jaminan dari bank BUMN dan masuk dalam kategori utang pemerintah," katanya.
Menurut dia, jika pemisahan keuangan negara tidak jelas dan dipaksa untuk penunjukan langsung, maka negara tidak akan mendapatkan keuntungan, efektivitas dan efisiensi anggaran dari proses ini.
"Dana APBN tidak sampai 50 persen karena dari APBNP 2015 Rp 5 triliun (PMN untuk PLN) khusus untuk ini. Dan PLN keluarkan hanya Rp 50 triliun. Kekurangan ini bagaimana. Dominasi utang dan IPP sangat besar," tutup dia.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tarif Listrik Tak Naik Hingga Maret 2024
Penyesuaian tarif tenaga listrik bagi pelanggan nonsubsidi dilakukan setiap tiga bulan mengacu pada perubahan terhadap realisasi parameter.
Baca SelengkapnyaAlami Tren Penurunan Harga, Bos IBC Percaya Diri Permintaan Nikel Tetap Tinggi
Permintaan nikel diprediksi akan terus meningkat seiring dengan tren kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaSederet PR Indonesia yang Bakal Punya Pembangkit Listrik Nuklir di Tahun 2032
Pembangkit tenaga nuklir dibangun oleh perusahaan listrik swasta asal Amerika Serikat, PT ThorCon Power Indonesia dengan kapasitas 500 MW.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah Tunda Pengoperasian Pembangkit Listrik di Jawa-Bali, Ini Alasannya
Realisasi capaian pembangkit pada periode 2023 sebesar 4.182,2 megawatt.
Baca SelengkapnyaIni Alasan Mengapa Colokan Listrik Berbeda-beda di Setiap Negara
Lalu muncul pertanyaan, mengapa ini bisa berbeda di setiap negara?
Baca SelengkapnyaNggak Mau Biaya Bulanan Membengkak? Begini Cara Menghemat Listrik di Rumah yang Bisa Ditiru
Cara mengurangi pengeluaran bulanan bisa dimulai dengan menghemat pemakaian energi listrik. Ini tipsnya.
Baca SelengkapnyaFOTO: PLN Terus Genjot Infrastruktur Kelistrikan
Hal itu dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan nasional.
Baca SelengkapnyaPemerintah Janji Tarif Listrik Tetap Murah di Tengah Percepatan Transisi Energi Baru Terbarukan
Percepatan transisi energi fosil ke EBT diperlukan untuk mewujudkan target emisi karbon netral atau net zero emission pada 2060 mendatang.
Baca SelengkapnyaPemerintah Turunkan Target Bauran Energi Baru Terbarukan, Apa Dampaknya?
Pemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca Selengkapnya