Pemerintah masih butuh tambahan utang Rp 63,6 triliun
Merdeka.com - Pemerintah mengaku masih membutuhkan utang senilai Rp 63,6 triliun untuk menambal kebutuhan APBN 2012 sesuai target. Pada tahun ini, pemerintah telah berutang Rp 206,8 triliun dari target Rp 270,4 triliun.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Robert Pakpahan, mengatakan realisasi penerbitan surat utang negara (SUN) per 11 September 2012 telah mencapai 76,48 persen dari APBN 2012.
"Sisa utang akan kami capai dengan issuance (penerbitan) termasuk dari ORI (obligasi negara ritel), samurai bond, global sukuk dan domestik SUN lainnya. Kami yakin harusnya kami bisa mencapai issuance tersebut," ujarnya dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat (21/9).
Realisasi penerbitan surat utang per September 2012, terdiri dari Rp 161,2 triliun dalam bentuk SUN, Rp 39 triliun dalam bentuk valuta asing (valas), dan Rp 45,5 triliun dalam bentuk sukuk (SBSN).
Dia optimis walaupun saat ini ekonomi masih dilanda krisis, pasar obligasi masih cukup menjanjikan. Hal ini membuat pemerintah yakin target penerbitan utang akan terpenuhi. "Krisis Eropa belum mempengaruhi kondisi pasar SUN kita sehingga kami optimis sisanya tersebut bisa direalisasikan hingga akhir tahun ini," ungkapnya.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Batas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaPemerintah sedang mencari formula terkait kenaikan harga beras di pasaran.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat nilai impor beras pada Januari 2024 mencapai Rp4,36 triliun.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dari 10 Kg beras yang diberikan oleh pemerintah, telah memenuhi sepertiga dari kebutuhan bulanan.
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca SelengkapnyaPosisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaSekitar 55 persen dari kenaikan ini berasal dari negara-negara maju, terutama didorong oleh AS, Prancis, dan Jerman.
Baca SelengkapnyaNaiknya utang luar negeri karena penarikan pinjaman, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek.
Baca SelengkapnyaJika dilihat dalam perjalanannya, penerimaan pajak sempat mengalami penurunan yang signifikan yakni pada tahun 2020.
Baca Selengkapnya