Pasar domestik mampu serap biofuel yang kena antidumping Eropa
Merdeka.com - Pasar dalam negeri masih cukup untuk menampung produksi biofuel yang tidak bisa masuk ke Uni Eropa lantaran pemberlakuan bea masuk antidumping di sana pada bulan ini.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Rabu (20/11).
"Kalau biofuel Indonesia nanti terserap di dalam negeri, ibaratnya tuh kalau susah di sana kita cari yang gampang saja lah. Mungkin mereka yang justru akan gelisah kalau kita gak ekspor ke sana.”
Menurut Bayu, sebenarnya, hanya satu produsen biofuel Indonesia yang dituduh melakukan dumping. Berdasarkan komunikasi yang dilakukan Kementerian Perdagangan, produsen biofuel merasa keberatan dengan tuduhan tersebut.
"Tampaknya dunia usaha akan mengambil langkah hukum untuk menuntut ke Eropa, karena terlihat ada beberapa hal yang sebenarnya kurang jelas dan kurang transparan,” papar Bayu.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan, sebelumnya, menyebut bahwa impor CPO dan turunannya ke Uni Eropa tercatat naik lebih dari 52 persen dari 260 ribu ton pada September menjadi 395 ribu ton pada Oktober. Ini sebagai bentuk langkah antisipatif importir sebelum anti-dumping duties efektif diberlakukan.
(mdk/yud)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaBiodiesel menjadi alternatif bahan bakar ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaAsalkan dirinya terpilih menjadi presiden periode 2045-2029, Prabowo berjanji akan membawa Indonesia swasembada energi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Hal ini merespons isu kenaikan harga minyak kita akibat kurangnya realisasi domestic market obligation (DMO) oleh produsen.
Baca SelengkapnyaSido Muncul memperluas penjualan produk produk Tolak Angin ke luar negeri, salah satu tujuan ekspor selanjutnya adalah Uni Emirat Arab.
Baca SelengkapnyaSelain itu, pengurangan emisi dari kendaraan bermotor, yang mana emisinya sekitar 25-35 persen lebih rendah.
Baca SelengkapnyaSektor transportasi sendiri merupakan salah satu penyumbang emisi terbesar di Indonesia. Khususnya dari moda kendaraan yang menggunakan BBM berbasis fosil.
Baca SelengkapnyaPertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Selengkapnya