McKinsey Ingatkan RI Akan Pukulan Hebat Pada Ekonomi Dampak Cuaca yang Makin Panas
Merdeka.com - Perusahaan Konsultan, McKinsey, mengatakan Asia Tenggara berpotensi akan mengalami konsekuensi perubahan iklim paling parah dari belahan dunia lain. Perubahan iklim merupakan tantangan terbesar yang harus dihadapi Asia Tenggara disaat kawasan tersebut berusaha untuk menjadi mesin utama perekonomian dunia.
"Pandemi virus corona menyoroti pentingnya risiko dan ketahanan terhadap kehidupan dan mata pencaharian. Saat ini dunia berfokus pada pemulihan. Penting untuk tidak melupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh alam," kata Direktur di McKinsey Global Institute, Jonathan Woetzel, seperti dilansir dari CNBC, Senin (17/8).
Woetzel menambahkan, penelitian tersebut juga menguraikan potensi dampak cuaca ekstrem di negara-negara seperti Bangladesh, India, dan Pakistan, wilayah yang mereka sebut sebagai "Frontier Asia". "Kami memperkirakan bahwa pada tahun 2050, antara 500 juta dan 700 juta orang di Frontier Asia dapat hidup di kawasan yang memiliki gelombang panas mematikan," kata Woetzel.
Woetzel mengatakan, pada 2050, antara USD 2,8 triliun atau Rp 41,7 kuadriliun hingga USD 4,7 triliun atau Rp 70 kuadriliun produk domestik bruto di Asia terancam hilang setiap tahun. Ini dampak dari hilangnya jam kerja luar ruangan karena suhu dan kelembaban yang lebih tinggi.
McKinsey juga menyoroti beberapa potensi bahaya iklim yang dihadapi negara-negara di Asia Tenggara yang terdiri dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Negara-negara di kawasan ini diperkirakan akan mengalami peningkatan panas dan kelembaban. Pada 2050, dalam satu tahun rata-rata antara 8 persen hingga 13 persen dari PDB dapat berisiko hilang di negara-negara tersebut karena meningkatnya panas dan kelembaban.
Kemungkinan curah hujan ekstrem dapat meningkat tiga atau empat kali lipat pada 2050 di Indonesia. Masyarakat kelas bawah akan terkena dampak paling besar. Sebab, mereka lebih banyak menghabiskan aktivitas menjalankan mata pencahariannya di luar ruang dibanding para orang kaya.
Membangun Infrastruktur yang Tangguh
Satu keuntungan dimiliki Asia Tenggara adalah infrastruktur dan wilayah perkotaan yang sedang banyak dibangun. Kegiatan itu memberi negara kesempatan untuk membangun infrastruktur yang lebih tahan terhadap perubahan iklim ekstrem dan dapat menahan kejadian parah.
"Seperti seluruh belahan dunia, Asia juga dapat berkontribusi untuk mengurangi emisi. Ilmu pengetahuan akan iklim memberi tahu kita bahwa pemanasan akan terus berlanjut sampai emisi benar-benar hilang," kata Woetzel
"Jika pembuat kebijakan dan pemimpin bisnis dapat memanfaatkan semangat inovatif, bakat, dan fleksibilitas kawasan ini, Asia dapat memimpin respons global terhadap risiko iklim dengan beradaptasi dan mengurangi konsekuensi potensial yang paling parah,” tambahnya.
Reporter Magang : Brigitta Belia
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca SelengkapnyaAksi yang melibatkan beberapa unsur masyarakat itu merupakan langkah nyata untuk menuju Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaDi tengah perubahan iklim yang semakin nyata, pemanasan global tidak hanya mengubah ekosistem bumi, tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap kesehatan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Penjelasan Menteri Risma terkait penanganan bencana di Indonesia mendapatkan pujian di Forum OECD Perancis.
Baca SelengkapnyaIndustri pembiayaan diprediksi akan terus meningkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaArtinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca SelengkapnyaCara Aman Angkat Benda Berat Agar Tidak Cedera, Penting Diketahui
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPenyebab kembali tingginya curah hujan akibat fenomena regional seperti gelombang Kelvin, gelombang Rossbi, dan Madden-julian di sejumlah wilayah tanah air.
Baca Selengkapnya