Ikutan tren dunia, Indonesia ingin investasi lebih ramah lingkungan
Merdeka.com - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan investasi hijau rata-rata tumbuh 20 persen per tahun. Diperkirakan pada 2019 investasi hijau dari penanaman modal asing (PMA) mencapai USD 56 miliar dan PMDN Rp 448 triliun.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah bakal memaparkan peluang investasi hijau di hadapan investor dalam dan luar negeri. Gelaran Tropical Landscape Summit: A Global Investment Opportunity di Jakarta, 27-28 April 2015 bakal dimanfaatkan untuk menarik investor.
Beberapa CEO dunia yang dipastikan datang dan menjadi pembicara antara lain Mr. Sunny Verghese, Group MD and CEO Olam International, Mr.Gary Kotzen, Vice President of Global Sourcing, Costco Wholesale, Mr. Mark Burrows Managing Directir and Vice Chairman, Global Investment Banking, Credit Suisse, dan Mr. Stephen Rumsey, Chairman, Permian Global. Sejumlah menteri kabinet kerja juga akan mempromosikan potensi investasi ramah lingkungan di kementerian masing-masing.
Dari data BKPM, selama 5 tahun terakhir total realisasi investasi hijau sekitar 30,3 persen dari total nilai investasi atau sebesar Rp 486 triliun dari total investasi Rp 1.600 triliun. Dari realisasi tersebut, USD 26,8 miliar merupakan PMA dan Rp 139,1 triliun merupakan PMDN.
"Saat ini investasi dan perkembangan industri yang ramah lingkungan sudah menjadi tren global. Untuk itu, Indonesia akan mengambil peluang ini untuk menarik investasi hijau saat menjadi tuan rumah Tropical Landscape Summit dengan memaparkan portfolio potensi investasi hijau di Tanah Air," ujar Kepala BKPM Franky Sibarani dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (22/4).
Delapan sektor potensial untuk investasi hijau antara lain Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pengusahaan tenaga panas bumi, industri pengolahan (biomassa, biofuel, komponen transportasi), pengadaan listrik dari sumber terbarukan, pengelolaan sampah dan daur ulang, dan pariwisata alam (ecotourism).
Untuk mempercepat pembangunan infrastruktur hijau atau ramah lingkungan membutuhkan biaya besar. Pemerintah mengandalkan dana investor. Menteri ESDM Sudirman Said mengklaim, investasi hijau di bidang energi menjadi prioritas pemerintah. Salah satunya di pengembangan sektor energi terbarukan dan konservasi energi.
"Untuk pengembangan program energi terbarukan diperlukan anggaran yang besar yaitu 10 kali lebih besar dari APBN-P 2015 hanya Rp 1,03 triliun," kata dia.
Indonesia memiliki segudang potensi sumber daya energi terbarukan. Data Kementerian ESDM menyebutkan, potensi energi hidro yang teridentifikasi sebesar 75 gigawatt (GW), potensi surya sebesar 112 GW, bahan bakar nabati (biofuel) mencapai 32 GW, angin 0,95 GW, biomassa 32 GW, panas bumi 28,8 GW, dan laut 60 GW. Selain itu, pemerintah telah mewajibkan campuran 15 persen bahan bakar nabati (biodiesel) yang berbasis minyak sawit (CPO) untuk dicampurkan dalam solar.
"Untuk itu, Kementerian ESDM akan meminta peningkatan anggaran program EBTK untuk meningkatkan produksi dan konsumsi energi baru, agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada energi fosil, yang cadangannya terus menurun dan energi terbarukan secara bertahap bisa menggantikan minyak bumi," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca SelengkapnyaDampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca SelengkapnyaSumber-sumber energi terbarukan membutuhkan pendanaan besar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Fokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca SelengkapnyaSaat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaKontribusi tersebut diharapkan bisa menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan tujuan dapat meningkatkan ekspor.
Baca SelengkapnyaDiperkirakan pabrik dapat menyerap 1.500 tenaga kerja lokal.
Baca SelengkapnyaPada 2023, Singapura menjadi sumber investasi terbesar bagi Indonesia, diikuti China, Hong Kong, Jepang, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, investasi yang sudah masuk dalam pembangunan IKN Nusantara mencapai Rp47,5 triliun.
Baca Selengkapnya