Dahlan santai dikritik sering salah pilih direksi BUMN
Merdeka.com - Menteri BUMN Dahlan Iskan menanggapi dingin penilaian DPR yang menyebutkan bahwa dia sering membuat kesalahan dalam proses pengangkatan direksi perusahaan BUMN. Pria asal Magetan, Jawa Timur ini malah mempertanyakan aturan yang mana yang dilanggarnya.
"Ya enggak apa-apa, Kalau melanggar undang-undang, itu undang-undang yang mana?" ujar Dahlan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (28/11).
Mantan Dirut PLN ini malah menantang DPR untuk menunjukkan letak kecerobohan yang telah dilakukannya dalam pengangkatan direksi perusahaan BUMN. Terutama anggapan sering melakukan pengangkatan petinggi perusahaan BUMN dua kali atau double.
"Biarin saja, itu perusahaan yang mana. Enggak apa-apa lah," ucapnya santai.
Sebelumnya, wakil ketua komisi VI DPR Aria Bima mengatakan, Dahlan sering melakukan kesalahan dalam proses pengangkatan dan penunjukan direksi BUMN. Salah satunya terlihat dari proses penunjukan Laily Prihatiningtyas sebagai PT. Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan, Borobudur dan Candi Boko di mana sebelumnya Dahlan sudah menunjuk orang lain.
"Itu banyak terjadi di BUMN-BUMN yang lain tidak hanya untuk taman wisata saja, banyak jajaran direksi dari BUMN lainnya. Apalagi sampai enggak lihat rekam jejaknya," ujar Aria Bima kepada merdeka.com, Kamis (28/11).
Politisi PDIP memberikan contoh lain saat Dahlan mengangkat direksi Merpati. Dia menyebut saat itu Dahlan juga melakukan kesalahan. Dalam mengangkat direksi, Dahlan hanya berdasarkan by product tanpa diatur Undang-undang.
Seperti diketahui, sebelum mengangkat Laily Prihatiningtyas sebagai Direktur Utama PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobodur Prambanan dan Ratu Boko, Menteri BUMN Dahlan Iskan sebenarnya telah menunjuk orang lain untuk mengisi posisi itu.
Ricky Siahaan yang sebelumnya bekerja di PT Kertas Leces, sudah didapuk menjadi Dirut PT TWC. Namun akhirnya dibatalkan dan Dahlan memilih menunjuk Tyas yang masih berusia 28 tahun.
Dahlan mengakui kesalahannya tidak teliti dalam pengangkatan direksi BUMN. Menurutnya, Ricky bukan orang yang tepat lantaran kinerjanya di perusahaan sebelumnya.
"Saya merasa bersalah, saya merasa alfa menandatangani pengangkatan direksi yang saya kurang teliti. Kenapa begitu? karena parafnya saja tidak lengkap, dirut yang diangkat itu mantan perusahaan BUMN yang selama dia di sana memburuk. Tapi yang salah saya, ketahuannya beberapa hari kemudian dicabut," ujar Dahlan usai menjadi pembicara dalam pelatihan perwira Tinggi TNI di Gedung Diklat PLN, Ragunan, Jakarta, Kamis (28/11).
Dahlan beralibi, pencabutan keputusan dilakukan karena dia tidak ingin PT. TWC memburuk di tangan Ricky. Menurut Dahlan, saat menjabat di pabrik Lecces Riki memiliki kinerja yang tidak bagus.
"Saya enggak mau semakin buruk, saya tidak mau Dirut Perusahaan Baik berasal dari yang ketika jadi dirut kinerjanya buruk," katanya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tuntutan tersebut dibacakan Jaksa setelah menilai Dadan terbukti sebagai makelar kasus kepengurusan di MA bersama dengan Sekretaris MA; Hasbi Hasan.
Baca SelengkapnyaTaufik mengingatkan kepada masyarakat untuk memilih presiden dan wakil presiden berdasarkan kemampuan mengatasi permasalahan bangsa.
Baca SelengkapnyaAliansi Masyarakat Adat Nasional menggugat DPR dan pemerintah ke PTUN karena dianggap abai
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Wacana hak angket untuk mengusut kecurangan Pemilu 2024 masih bergulir.
Baca SelengkapnyaPenggeledahan dilakukan setelah Kepala Dinas PMD Mamuju Jalaluddin tertangkap tangan diduga menerima suap proyek Dana Alokasi Khusus di Disdikpora Mamuju.
Baca SelengkapnyaNama Ahmad Sahroni diketahui menjadi salah satu digadang-gadang sebagai calon gubernur untuk Pilgub DKI Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaPengungkapan kasus ini bermula dari peristiwa kebakaran
Baca SelengkapnyaMU kepergok bersama seorang wanita di sebuah rumah
Baca SelengkapnyaDPR Banyak Dapat Kritik dari Rakyat, Puan Maharani ungkap sederet poin kritiknya.
Baca Selengkapnya