4 Hal ini bikin rugi Garuda USD 211 juta di semester satu
Merdeka.com - Kinerja perusahaan penerbangan milik negara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, masih merah. Bahkan, semester pertama 2014, perseroan yang dipimpin Emirsyah Satar mencatatkan kerugian kerugian sebesar USD 211,7 juta.
Kerugian tersebut, berhasil ditekan berkat, lonjakan penumpang sebanyak 13.307.351 penumpang, atau meningkat sebesar 12,1 persen dibanding semester I tahun 2013 lalu sebesar 11.869.439 penumpang. Selain itu, didukung meningkatkan muatan kargo yang diangkut pada semester I tahun ini sebesar 12,5 persen menjadi 193.791 ton dari 172.262 ton pada tahun lalu.
Direktur Utama Emirsyah Satar dalam rilisnya mengungkapkan Garuda Indonesia terus memenuhi kewajibannya kepada pihak kreditur. Pada tanggal 23 Juni lalu, Garuda melaksanakan pembayaran pelunasan yang dipercepat atas pinjaman export credit agency (ECA) dan commercial lenders (CL) senilai USD 62,5 juta dan pelunasan utang dengan Citi Club Deal-2 sebesar USD 210 juta.
"Pinjaman tersebut diperoleh dari sindikasi lebih dari 15 lembaga keuangan, diantaranya Lloyds Bank plc sebagai agent dan security trustee, BNP Paribas dan Credit Agricole Corporate and Investment Bank, pada tahun 1996 dan telah direstrukturisasi sepenuhnya pada tahun 2010," katanya. Lantas apa yang membuat kinerja keuangan BUMN ini masih merah? berikut paparannya
Bahan bakar mahal
Fluktuasi rupiah membuat perseroan terseok-seok, karena membuat tingginya harga bahan bakar, yang berpengaruh pada tingginya biaya operasional.
Perseroan mencatat biaya untuk bahan bakar mencapai hingga 40 persen dari biaya operasional Garuda, sehingga membuat kinerja keuangan Garuda masih merah.
"Namun perlu dicatat, hasil Q2/2014 ini lebih baik dari Q1/2014 dan trend kinerja Garuda juga semakin baik karena kinerja Garuda pada bulan Juni ini sudah positif," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
Citilink merugi
Walaupun pada semester I 2014 ini, Garuda berhasil meraih pendapatan operasi (operating revenue) sebesar USD 1.738,4 juta, meningkat sebesar 0,7 persen dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 1.725,4 juta.
Tetapi, kinerja operasional perseroan tersebut tidak otomatis membuat kinerja keuangan keluar dari zona merah. Alasannya, menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar, karena kondisi ekonomi belum pulih.
Selain itu, anak perusahaan Citilink, saat ini yang sedang melakukan investasi besar dalam dua tahun terakhir."Ini juga menekan profit perusahaan, " katanya.
Persaingan ketat
Walaupun Garuda Indonesia berhasil meningkatkan market share-nya di pasar domestik menjadi 28,9 persen, dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar 28 persen. Dengan pasar penumpang pesawat udara domestik Garuda pada periode Januari – April 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen, jauh lebih baik dibandingkan maskapai lain yang rata-rata mengalami peningkatan kurang dari satu persen.
Perseroan mengklaim, penurunan profit Garuda ditekan persaingan yang semakin ketat serta oleh situasi ekonomi dunia yang belum pulih. Saat ini nilai rupiah masih terdepresiasi hingga 20 persen terhadap mata uang Dolar AS.
Selain itu, masih belum pulihnya perekonomian dunia hingga saat ini, menyebabkan penurunan kinerja perseroan termasuk maskapai dunia khususnya di Asia Pasifik mengalami kerugian dan mengurangi produksi (ASK/Availability Seat Kilometer) serta mengandangkan pesawat.
Bencana alam
Bencana alam yang terjadi sepanjang 2014 di dalam negeri, menurut Direktur Utama Garuda Indonesia, Emirsyah Sarat, memberikan kontribusi terhadap kurang baiknya kinerja maskapai.
Bencana meletusnya gunung berapi, seperti Gunung Kelud di Jawa Timur dan bencana asap di Sumatera. Membuat beberapa pesawat Garuda tertahan di Surabaya, Yogyakarta, dan Solo, dan penerbangan ke kota yang terdampak bencana tersebut dihentikan. Hal ini mempengaruhi jumlah frekuensi penerbangan Garuda.
Pada 2015, ?Garuda Indonesia menargetkan mengoperasikan sebanyak 194 pesawat dengan usia rata-rata pesawat 4,8 tahun dengan jumlah penumpang sebanyak 45.4 juta penumpang dari saat ini 25 juta penumpang, dan peningkatan frekuensi penerbangan menjadi 1.100 frekuensi per hari dari saat ini 534 frekuensi penerbangan per hari saat ini.
(mdk/arr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Garuda Indonesia dan Citilink Siapkan 1,4 Juta Kursi untuk Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024
Hadapi mudik dan arus balik lebaran, Garuda Indonesia dan Citilink siapkan 1,4 juta kursi
Baca SelengkapnyaPemerintah Bayar Utang, Cadangan Devisa Januari 2024 Tersisa Rp2.275 Triliun
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2024 mencapai USD145,1 miliar atau Rp2.275 triliun
Baca SelengkapnyaPecat Karyawan yang Tak Ingin Pensiun, Perusahaan Ini Malah Wajib Bayar Ganti Rugi Rp1,6 Miliar
Perusahaan di Amerika Serikat diwajibkan membayar gaji dan ganti rugi kepada mantan karyawannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Detik-Detik Atap SMA Negeri 1 Ciampea di Bogor Ambruk, Sejumlah Siswa Dikabarkan Luka-Luka
Atap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.
Baca SelengkapnyaGaji Karyawan Bulan November Dicicil, Dirut PT DI Ungkap Kondisi Perusahaan Sebenarnya
Gaji seluruh karyawan PT DI untuk bulan November 2023, baru dibayar rata sebesar Rp1 juta.
Baca SelengkapnyaTerungkap, Begini Isi Surat Edaran Sri Mulyani Blokir Belanja Pemerintah Senilai Rp50,1 Triliun
kegiatan yang saat ini diblokir (catatan halaman IV A DIPA) dan diperkirakan tidak dapat dipenuhi dokumen pendukungnya sampai dengan akhir Semester I TA 2024.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaLetjen TNI Maruli Simanjuntak Terima Penghargaan dari MURI, Bantu Pengadaan Air Terbanyak di Indonesia
Letjen TNI Maruli Simanjuntak menerima Penghargaan dari MURI berkat dedikasinya membantu pengadaan air di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPegawai Bisa Terima THR Lebih Besar dari Gaji, Ini Syarat dan Ketentuannya
Menaker Ida bilang ada perusahaan yang membayar THR lebih besar dari ketentuan.
Baca Selengkapnya