Cerita Rubiyati 15 Tahun Jualan di Puncak Gunung, Warungnya Pernah Kena Badai
Merdeka.com - Apa saja akan dilakukan asalkan pekerjaan tersebut halal. Ada yang bekerja sebagai buruh, aparatur negara hingga pedagang. Seperti yang dilakukan ibu Rubiyati.
Sudah sekitar 15 tahun Ibu Rubiyati menjadi pedagang makanan. Bedanya, ibu Rubiyati berjualan di puncak Gunung Lawu.
Sudah menjadi rahasia umum, setiap gunung memiliki ceritanya masing-masing. Begitu pula dengan Ibu Rubiyati yang memiliki pengalaman menarik selama berjualan di puncak gunung. Bahkan dia juga pernah terkena badai hingga membuat gubuknya roboh.
Lantas bagaimana cerita Ibu Rubiyati yang sudah berjualan selama 15 tahun di puncak Gunung Lawu? Melansir dari akun YouTube Bopo Sholeh, Rabu (9/6), simak ulasan informasinya berikut ini.
15 Tahun Jualan
Sudah sekitar 15 tahun Ibu Rubiyati menjadi pedagang makanan. Namun Ibu Rubiyati bukanlah pedagang sembarangan. Ibu Rubiyati berjualan makanan dan minuman di puncak Gunung Lawu.
YouTube Bopo Sholeh ©2021 Merdeka.com
"Ibu Rubiyati yang jualan di puncak Lawu ini ya, di pos 5 ini ya. Bu saya mau tanya seperti perbekalan atau belanja-belanja yang ngirim siapa?," tanya perekam video.
"Yang ngirim ya anak-anak," jawab ibu Rubiyati.
"Itu ongkos nya gimana?," tanyanya lagi.
"Ongkosnya Rp300 ribu satu orang. (Berat) 35 kilogram," jawabnya.
"Ibu di sini sudah jualan berapa tahun Bu?," tanyanya.
"Sudah 15 tahun," jawab bu Rubiyati.
Pernah Kena Badai & Kebakaran
Sudah menjadi rahasia umum, setiap gunung memiliki ceritanya masing-masing. Begitu pula dengan Ibu Rubiyati yang memiliki pengalaman menarik selama berjualan di puncak gunung. Mulai dari terkena hujan, badai, gubuk roboh akibat badai hingga kebakaran."Bu saya mau tanya, pengalaman apa bu yang sudah dialami di atas sini selama bertahun-tahun?," tanya perekam video."Ya senang saja," jawab Ibu Rubiyati."Kalau kejadian aneh-aneh seperti badai atau apa itu gimana bu?," tanyanya.
YouTube Bopo Sholeh ©2021 Merdeka.com
"Ya di sini enggak apa-apa, kalau badai ya di sini. Walaupun rumahnya roboh ya di sini," ungkapnya."Pernah roboh bu?," tanyanya."Pernah, pernah roboh. Pernah petir, keluar api nya ini. Kan ada genset kan dulu terus apinya ikut kesambung. Jadi kena petir keluar api," jelasnya."Kebakaran?," tanya pria lainnya."Iya kebakaran," jawabnya.
Bertemu Harimau
Bukan hanya itu saja, Ibu Rubiyati juga memiliki pengalaman melihat sejumlah binatang yang hidup di Gunung Lawu. Misalnya seperti celeng dan kidang. Menariknya, dia juga sempat melihat harimau tutul yang memang masih hidup di Gunung Lawu ini."Enggak lihat apa-apa (mistis), kecuali binatang," jelas ibu Rubiyati."Memangnya kalau binatang apa saja bu?," tanyanya.
YouTube Bopo Sholeh ©2021 Merdeka.com
"Celeng, kidang itu ada," jawabnya."Selain itu bu? Harimau?," tanya lagi."Harimau ada," jawabnya."Sini masih ada?," tanya pria tersebut."Ada. Tapi kalau banyak tamu ya enggak keluar," ungkapnya.
Video Cerita Rubiyati Jualan di Puncak Gunung
Berikut video cerita Ibu Rubiyati yang berjualan di puncak Gunung Lawu selama 15 tahun.
(mdk/tan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sang pemilik mengaku jika makam sudah ada sejak masa lampau.
Baca SelengkapnyaPetugas gabungan di Lampung kemudian membantu menenangkan pemudik asal Karawang, Jawa Barat tersebut.
Baca SelengkapnyaBermula dari memajang kue di status, ibu rumah tangga ini raup cuan hingga puluhan juta rupiah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Usaha regenerasi pembuat keris di Dusun Banyusumurup penting dilakukan agar keberadaan mereka tidak hilang ditelan zaman
Baca SelengkapnyaRengginang sudah ada sejak puluhan tahun silam di tanah Priangan
Baca SelengkapnyaBangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca SelengkapnyaTidak ada salahnya untuk membaca cerita dewasa lucu yang bikin ngakak di kala waktu senggang.
Baca SelengkapnyaSiapa yang tak merinding jika rumah huniannya dikepung ulat di banyak penjuru.
Baca SelengkapnyaJutaan tahun yang lalu, Bumiayu merupakan rumah bagi peradaban kehidupan purbakala
Baca Selengkapnya