Cerita Penyamaran Jenderal Polisi, Sampai Ada yang Diminta Uang Damai
Merdeka.com - Aksi pungutan liar memang sudah kerap terjadi di institusi kepolisian. Memiliki kewenangan terkadang membuat oknum nakal memanfaatkannya untuk melakukan praktik culas pada masyarakat.
Namun, kini jangan berani coba-coba melakukan aksi tersebut. Presiden Joko Widodo akan membentuk tim Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli). Hal ini dilakukan usai operasi tangkap tangan di Kementerian Perhubungan. Diharapkan, tim Saber Pungli akan membabat habis aksi pungli di sejumlah lembaga.
Aksi Kapolda Sumsel Atas Pungli
Maraknya pungutan liar (Pungli) di masyarakat membuat Kapolda Sumatera Selatan bergerak ke jalanan dengan melakukan aksi tak biasa. Irjen Djoko Prastowo menyamar sebagai warga sipil dan berpura-pura melanggar lalu lintas.
2016 merdeka.com/imam buhori
Irjen Djoko Prastowo sengaja mengendarai mobil seorang diri tanpa adanya pengawalan. Saat melihat ada anggota yang bertugas, Kapolda Sumsel ini melanggar lalu lintas. Alhasil, mobil yang dikendarainya dihentikan dan dirinya dibawa ke pos polisi terdekat.
Menangkap Aksi Pungli
Saat berada di pos polisi itu, Kapolda Sumatera Selatan ini menemukan aksi pungli. Anggota polri yang berjaga lantas meminta uang damai atas pelanggaran yang dibuatnya. Tidak langsung mau. Kapolda Sumatera Selatan ini beberapa kali mencoba menolak dan meminta tindak langsung alias tilang. Namun, anggota polisi yang menahannya tetap bersikeras menyelesaikan permasalahan dengan jalur damai. Karena terdesak, Irjen Djoko Prastowo pun memberikan sejumlah uang seperti yang diminta oleh anggota.
Menangkap Pelaku Pungli
Beberapa detik setelah uang damai diberikan, Irjen Djoko Prastowo kemudian mengaku sebagai Kapolda Sumsel. Tanpa pikir panjang, Irjen Djoko Prastowo langsung menangkap anggota polri yang tertangkap melakukan pungli. Tak berselang lama, datang Kombes Hendro selaku Kabid Propam Polda Sumsel untuk mengamankan pelaku. Hal itu berdasarkan perintah dari Kapolda Sumatera Selatan yakni Irjen Djoko Prastowo."Ya, memang begitu salah satu caranya (menyamar). Anggota itu tetap memaksa minta duit damai, padahal waktu itu saya pura-pura ditilang saja. Dia (polisi pungli) saya tanya mana surat tugas, malah tidak bisa menunjukkan," ungkap Djoko, Selasa (18/10).
Sesalkan Pungli Masih Terjadi
Kapolda Sumatera Selatan menyesalkan anggotanya masih ada yang melakukan pungli pada masyarakat. Kendati begitu, dia tidak segan dan ragu untuk menindak tegas anggota kepolisian yang melanggar kode etik dan disiplin tersebut.
2015 merdeka.com/arie basuki
"Genderang pungli ini sudah ditabuh Presiden, Kapolri juga sudah. Kita juga tabuh tapi tidak bikin kaget orang. Tapi Saya tak mau tinggal diam urusi pungli, pasti saya tindak," tegasnya.
Aksi Kapolda Kalbar Atas Pungli
Tidak hanya Kapolda Sumatera Selatan saja. Irjen Arief Sulistyanto rupanya pernah melakukan aksi penyamaran saat masih menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat. Bahkan, kala itu Irjen Arief Sulistyanto baru saja menjabat sebagai Kapolda pada Juni 2014 langsung menyamar untuk melihat kondisi di lapangan.
Melihat Aksi Pungli
Kapolda Kalbar ini kemudian melihat beberapa anggota kepolisian tengah melakukan aksi pungli di dekat pasar. Dilihatnya, anggota kepolisian tersebut dengan sengaja mencari warga yang melanggar lalu lintas. Mengetahui hal tersebut, Irjen Arief dan istri pun lantas membuntutinya.
Kekecewaan Kapolda Kalbar
Saat mendekati pos polisi tersebut, Irjen Arief Sulistyanto sempat diusir. Lantaran, dia dikenal sebagai pejabat baru dan mengenakan pakaian preman.
Liputan6.com/Johan Tallo
Mendapat perlakukan seperti itu, Kapolda Kalbar langsung menyampaikan kekecewaannya pada anggota kepolisian tersebut. Tidak hanya itu, Irjen Arief juga menyayangkan pelayanan buruk yang kerap dilakukan oleh beberapa anggota kepolisian.
Aksi Wakapolda Metro Jaya
Pengalaman menyamar juga pernah dilakukan oleh Suhardi Alius saat masih menjadi Wakapolda Metro Jaya. Dirinya menyamar sebagai warga sipil yang menjadi korban kejahatan. Agar lebih meyakinkan, Suhardi kala itu rela memakai sandal jepit, kaus biasa dan celana jeans saja. Suharga sengaja dilakukan agar anggota kepolisian tidak menaruh curiga sehingga dia bisa mengetahui bagaimana para petugas di Polsek memberikan pelayanan.
Kekecewaan Wakapolda
Kemudian, dirinya melapor ke Polsek Menteng. Sayang, Suhardi Alius justru dipingpong oleh petugas yang ada di sana."Saya nyamar di Polsek Menteng. Intern kita ya masih gitu pelayanannya, perlakuannya masih seperti itu. Saya lapor malah saya disuruh ke Pospol dan enggak dianterin juga. Bukan diterima dulu, itu realita pelayanan kita. Katanya petugas pokoknya ke sana saja," kata Suhardi yang kala itu masih jadi Wakapolda Metro.
Menemukan Anggota Baik dan Tulus
Meski sudah diperlakukan seperti itu, Wakapolda tetap tidak membuka identitas aslinya. Suhardi Alius kemudian menuju ke Pospol sesuai dengan perintah sebelumnya. Namun, di sini ternyata Wakapolda mendapatkan pelayanan yang baik dari anggota polisi senior.
wordpress.com
"Apa yang saya dapatkan di Pospol? Seorang Bintara sudah tua, tapi pelayanannya baik," kenang Suhardi saat peluncuran buku 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan Ke Bawahan' di Rumah Makan Ayam Banyuwangi, Jakarta, Senin (11/3).
Berikan Hadiah
Keesokan harinya, Suhardi mengaku langsung menghubungi pimpinan di Polres Metro Jakarta Pusat. Bukan tanpa alasan, Suhardi ingin memanggil bintara itu. Setelah bertemu, Suhardi kemudian memberikan hadiah kepada sang bintara karena tetap tulus membantu masyarakat yang kesusahan."Pelayanan spontan yang saya inginkan ini bukan cari kesalahan, tapi untuk dijadikan icon pelayanan," tuturnya.
Menindak Tegas
Sementara itu, Suhardi tidak mau melepaskan anggota kepolisian yang setengah hati membantu masyarakat. Suhardi Alius tanpa pikir panjang langsung mengambil tindakan tegas. Dari sejumlah Polsek, tercatat beberapa anggota kepolisian jabatannya dicopot karena dinilai tidak tanggap dalam bertugas."Yang tidak siap dalam pelayanan dan tidak tanggap kita ganti," tandasnya.
(mdk/tan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jenderal polisi berani ubah pos lantas jadi kantor provos usai kerap jadi ladang pungli anggota. Ini sosoknya.
Baca SelengkapnyaBerani terabas hujan untuk temui rakyat, begini potret anak jenderal polisi saat belusukan menjelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaMengenang masa muda, dia mengungkap cerita saat mendekati sang istri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kepolisian Resor Garut menangkap enam pelaku pencurian dan penculikan terhadap salah seorang warga
Baca SelengkapnyaMantan anggota DPR-RI berhak mendapatkan uang pensiun saat periode jabatannya selesai.
Baca SelengkapnyaKapolda memutuskan terhitung mulai 31 Januari 2024, Bripka NA diberhentikan tidak dengan hormat dari Dinas Bintara Polri.
Baca SelengkapnyaSebanyak 21 dugaan tindak pidana Pemilu di seluruh Indonesia dilimpahkan ke Polri. Kasus itu merupakan bagian dari 114 laporan yang diterima Bawaslu.
Baca SelengkapnyaSebanyak 65 kasus di antaranya tengah ditangani kepolisian.
Baca SelengkapnyaPengiriman surat tilang akan dilakukan secara berkala.
Baca Selengkapnya