Merdeka.com - Awal Juli lalu, Apple App Store atau iTunes App Store berhasil diobok-obok peretas. Kini, ada berita baru yang mengatakan bahwa lebih dari 12 juta ID pemilik perangkat Apple berhasil dicuri dari database komputer FBI.

Sebuah group peretas bernama AntiSec mengklaim bahwa mereka berhasil mendapatkan lebih dari 12 juta ID pengguna perangkat Apple dan telah menyebarkan sekitar 1 juta ID tersebut ke internet. Uniknya, kelompok AntiSec ini menyerang database FBI untuk mendapatkan ID-ID tersebut.

Seperti yang dilansir oleh Telegraph (04/09), para ahli mengatakan bahwa kemungkinan serangan tersebut menggunakan sistem yang digunakan untuk mendapatkan informasi kartu kredit.

Graham Cluley, seorang ahli sekuritas komputer dari Sophos mengatakan, "Informasi pengguna perangkat Apple tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindak kriminal." Dengan menggunakan celah keamanan di Java dan menyusup dengan menggunakan AtomicReferenceArray maka informasi pengguna perangkat Apple termasuk Unique Device Identifiers (UDID), nama pengguna, nama perangkat, tipe perangkat, Apple Push Notification Service, nomer telepon, alamat dan lainnya dapat disalin dengan mudah.

AntiSec atau kependekan dari Anti Security Movement adalah kelompok yang anti dengan industri sekuritas komputer. Para ahli mengatakan bahwa dari tahun ke tahun, para peretas tidak lagi bersembunyi. Mereka dengan terang-terangan membuka kedoknya.

Hal inilah yang menandai kebangkitan suatu istilah yang dinamakan hacktivism.

Lucunya, AntiSec tidak mau memberikan komentar lebih jauh terhadap aksinya tersebut sebelum Adrian Chen, seorang penulis di website gosip Amerika Serikat menggunakan pakaian balet. Adrian Chen adalah seorang penulis di Gawker yang pernah mengkritisi masalah seputar peretas. Sampai sekarang pihak FBI dan Apple juga belum memberikan konfirmasi seputar hal ini.