Ngeri-ngeri sedap menunggu pemenang Pilgub Bali
Merdeka.com - Tak seperti Pilkada-pilkada biasanya, di mana pemenang sudah bisa ditebak lewat hitung cepat (quick count) pada hari H, hasil Pilgub Bali lain daripada yang lain. Hasil hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei bahkan tidak bisa memprediksi pemenang kontestasi politik di Pulau Dewata itu.
Seperti hasil hitung cepat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis kemarin, menunjukkan pasangan nomor urut 1, Anak Agung Ngurah Puspayoga-Dewa Sukrawan, mendapat 50,31 persen suara. Sedangkan, pasar nomor urut 2, I Made Mangku Pastika - Ketut Sudikerta, memperoleh 49,69 persen suara.
Sekilas, Puspayoga memang unggul dalam angka quick count. Namun harus diingat hitung cepat juga adalah survei, yakni sebuah metode ilmiah untuk mengobservasi populasi lewat perwakilan sampel. Karena cuma mengobservasi sampel itulah, maka terdapat batas kesalahan (margin of error).
Dalam dunia riset, batas kesalahan dapat diartikan sebagai tingkat ketidaksesuaian hasil survei (statistik) dengan kenyataan di lapangan. Dalam hitung cepat kemarin, SMRC menetapkan batas kesalahan plus minus 1 persen. Artinya, suara Puspayoga sebenarnya di lapangan adalah dalam kisaran 49,31 - 51,31 persen. Hasil itu didapat dari penambahan dan pengurangan 1 persen dari 50,31 persen, perolehan suara hitung cepat pasangan PDIP itu.
Begitu juga dengan suara Pastika-Sudikerta yang dalam hitung cepat memperoleh 49,69 persen. Maka dalam keadaan sebenarnya di lapangan suara pasangan yang diusung Demokrat dkk itu adalah 48,69 - 50,69 persen.
Nah, jika suara sebenarnya Puspayoga di lapangan berkisar 49,31 - 51,31 persen dan kenyataan raihan suara Pastika dalam rentang 48,69 - 50,69 persen, maka perolehan suara dua pasangan calon itu berhimpitan. Artinya, belum bisa dipastikan siapa yang unggul dan kalah dalam keadaan sebenarnya.
Jika begini keadaannya, cara satu-satunya untuk mengetahui pemenang adalah menunggu perhitungan manual (real count) oleh KPU Bali. Dalam perhitungan jenis ini, batas kesalahan tidak berlaku, karena seluruh suara dari TPS (populasi) dihitung/diobservasi.
Dalam rapat rekapitulasi suara di KPU Bali nanti, barulah pemenang akan ketahuan. Karena selisih suara sangat tipis, lembar demi lembar kertas suara yang dibuka dan dihitung pastilah berarti. Terlebih, jika perhitungan surat suara sudah sampai di TPS terakhir. Meminjam istilah Sutan Bhatoegana, pasti perhitungan manual itu bakal "ngeri-ngeri sedap."
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pantun Bali bahasa lucu bisa menjadi sarana hiburan yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaDalam konteks budaya, pantun Bali lucu memainkan peran dalam melestarikan bahasa Bali dan seni sastra lisan tradisional.
Baca SelengkapnyaSebanyak 20 orang petugas penyelenggara Pemilu 2024 di Bali jatuh sakit.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seperti apa momennya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi pada Sabtu (30/3) dan rombongan turis itu berasal dari Rusia.
Baca SelengkapnyaNusa Penida benar-benar menawarkan keindahan alam yang menakjubkan.
Baca SelengkapnyaKelima pelaku berinisial RS (23), BFH (18), AM (17), OYB (21) dan AH (25)
Baca SelengkapnyaKorban dipukul di bagian kepala, pipi kiri dan paha kanan menggunakan tangan dan tongkat.
Baca SelengkapnyaAda beberapa ciri atau tanda yang dapat Anda kenali untuk membedakan berlian asli dan palsu.
Baca Selengkapnya