Mendagri: Harus ada uji publik jika pilkada lewat DPRD
Merdeka.com - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan harus ada uji publik jika akhirnya pilkada dilakukan melalui DPRD. Hal ini untuk memastikan DPRD benar-benar menyerap aspirasi rakyat.
"Harus juga ada uji publik. Harus ada penyerapan aspirasi rakyat, dan terbuka. Ini kalau dipilih tidak langsung," ujar Gamawan di Kantor Presiden, Jakarta, kemarin sore.
Namun, jika pilkada tetap langsung, Gamawan juga ingin ada pembenahan. Seperti penghematan anggaran dalam pilkada.
"Kalau langsung, kita juga harus benahi yang ada sekarang ini supaya lebih baik. Karena dengan biaya besar, jumlah kepala daerah terkena korupsi juga besar," ujarnya.
Gamawan bercerita, dalam awal pembahasan pilkada di tingkat provinsi memang diusulkan lebih baik dilakukan secara langsung, tidak oleh DPRD. Sementara pilkada lewat DPRD diwacanakan untuk tingkat kabupaten/kota saja.
"(Wacana dipilih DPRD) Itu untuk Kabupaten/kota, untuk provinsi, pemerintah lebih memilih langsung," ujar dia.
Konsep usulan seperti ini, kata Gamawan, merujuk pada kasus kematian 75 orang saat kampanye pilkada tingkat kabupaten/kota. Dia tidak ingin kejadian itu terulang kembali.
"Konsepnya dulu, karena konflik sampai orang meninggal 75 itu terjadi di kabupaten/kota, tidak di provinsi. Pembakaran di kab/kota, tidak di provinsi. Hubungan sosial yang rusak di beberapa daerah juga di kab/kota tidak di provinsi. Karena itu, pemerintah tawarkan gubernur dipilih langsung, tapi bupati walkot tidak," jelasnya.
Namun, karena pembahasan di DPR berkembang, saat ini pilkada di tingkat provinsi juga diwacanakan lewat DPRD. Awalnya, lanjut Gamawan, usulan pemerintah hanya di tingkat kabupaten/kota, karena faktor potensi konflik itu.
"Pembahasan di Dewan kan berkembang. Awalnya langsung sebagian besar, sekarang tidak langsung sebagian besar. Nah ini kita masih cermati itu, dan apa pun pilihan karena hak legislasi ada di DPR," jelasnya.
Gamawan juga mengatakan, usulan dipilih oleh DPRD juga faktor penghematan anggaran. Selama ini, pihaknya mencatat biaya pilkada per tiga tahun mencapai Rp 3,3 triliun.
Mantan Gubernur Sumbar ini mengatakan proses pilkada yang dipilih DPRD sama artinya dengan pilihan langsung rakyat. Sebab, DPRD adalah wakil rakyat, menampung aspirasi rakyat.
"Sekarang saya tanya DPRD ini wakil rakyat atau tidak, atau dia hanya delegasi? Kalau dia representasi, harus kita hormati. Tapi sebagai representasi, dia juga harus dengar aspirasi rakyat," ujarnya.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diduga Lakukan Pelanggaran Pemilu, Anggota DPR RI Diproses Polres Batang
Baca SelengkapnyaAliansi Masyarakat Adat Nasional menggugat DPR dan pemerintah ke PTUN karena dianggap abai
Baca SelengkapnyaMentan juga mengajak Komite II DPD RI untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tetapi, keputusan akhir tetap ada di DPP karena diyakini tidak akan sembarangan menentukan dukungan untuk calon gubernur maupun wakil gubernur yang diusungnya
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Temukan Penyebaran DBD Meningkat, Kasus Paling Banyak di Jakarta Selatan
Baca SelengkapnyaPDIP juga meminta isu pemakzulan terhadap Jokowi ini bisa segera direspons agar tak menimbulkan gerakan yang lebih besar lagi.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaDPR sudah menerima daftar inventarisasi masalah (DIM) dari pemerintah.
Baca SelengkapnyaKhoirudin berharap, tiga calon anggota DPRD tersebut dapat menjadi semangat baru dalam memperjuangkan dan mengedepankan kepentingan masyarakat.
Baca Selengkapnya