Tiga Hari Tak Digubris Mahyeldi, Ratusan Pendemo di Padang Teriak "Gubernur Jahat"
Ratusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Ratusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Tiga Hari Tak Digubris Mahyeldi, Ratusan Pendemo di Padang Teriak "Gubernur Jahat"
Aksi didampingi aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumatera Barat (SB)itu merupakan aksi lanjutan setelah mereka gagal bertemu Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah pada aksi Senin (31/7) dan Selasa, (1/8).
Para pendemo menuntut penyelesaian konflik agraria di daerah mereka. Unjuk rasa ini terjadi setelah Pemerintah Provinsi Sumbar mengklaim lahan perkebunan masyarakat di sana berada dalam kawasan hutan produksi. Pengunjuk rasa sengaja datang ke Kota Padang, untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka rela menempuh perjalanan lebih kurang tujuh jam untuk sampai di Ibu Kota Sumatera Barat. Sebagian pendemo memboyong anak-anak mereka. Beberapa terlihat masih berusia balita.Pantauan merdeka.com, Rabu (2/8) siang, pendemo berjalan kaki dari Masjid Raya Sumbar, tempat mereka menginap, menuju depan kantor Gubernur Sumatera Barat. Teriakan "gubernur buta", "gubernur cuek", hingga "gubernur jahat" bergema bergema di lokasi unjuk rasa.
Puluhan personel kepolisian juga berjaga di lokasi, yang hingga pukul 14.00 WIB Rabu, (2/8) Gubernur Sumatera Barat belum juga menemui massa aksi.
Dalam aksi ini, masyarakat Air Bangis menyampaikan empat tuntutan kepada Gubernur Sumbar Mahyeldi. Petama, cabut usulan gubernur tentang proyek strategis nasional kepada Menko Kemaritiman dan Investasi. Kedua, bebaskan lahan masyarakat Air Bangis dari kawasan hutan produksi. Ketiga, bebaskan masyarakat dari Koperasi KSU ABS HTR Sekunder. Dan keempat, bebaskan masyarakat menjual hasil sawitnya ke mana pun.Dirikan Dapur Umum
Untuk memenuhi kebutuhan makanan para pengunjuk rasa, sebagian ibu-ibu Air Bangis mendirikan dapur umum di samping halaman utama Masjid Raya Sumbar.
"Kami memasak di sini nasi lebih untuk 2.000 bungkus. Kami dari kampung bawa beras hingga kayu dan perlengkapan peralatan memasak."
Siti Aisyah, salah seorang pengunjuk rasa yang bertanggung jawab di dapur umum.
Ia bercerita, mereka mulai membuka lahan di Air Bangis sejak tahun 2005, saat kawasan itu masih dipenuhi kayu-kayu besar.
"Awalnya di sana kayu-kayu besar, masih ingat kami, bawa anak, diayun di sana. Tidak kita bincang itu, pokoknya lahan ini harus terbuka biar bisa anak sekolah. Itu yang kami pertahankan dulu," sambungnya.