Sumpah pemuda, siswa MAN Surabaya kenakan pakaian adat di kelas
Merdeka.com - Untuk mengingat tingginya rasa kebangsaan para pemuda Indonesia di tengah-tengah masa penjajahan, pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Surabaya, Jawa Timur, mengenakan pakaian adat tempo dulu untuk memperingati hari Sumpah Pemuda 28 Oktober.
Selain para siswa-siswinya, para guru di sekolah yang berada di Jalan Bendul Merisi Surabaya ini, juga diwajibkan mengenakan pakaian adat di seluruh daerah di Indonesia saat proses belajar-mengajar.
Memang cukup ribet dan susah, ketika harus mengenakan pakaian adat. Apalagi, di musim pancaroba ini. Hujan belum juga turun sehingga hawa di Kota Pahlawan cukup gerah. Namun justru itu menjadi tantangan, dan harus dilakukan oleh para pelajar untuk mengingat dan merasakan sendiri secara langsung situasi seperti zaman tempo dulu.
"Zaman dulu saja, meski mengenakan pakaiannya seperti itu, terlebih di zaman kolonial, para pemuda zaman dulu tetap bisa belajar dan pintar. Tenaga dan pikiran mereka, sangat berguna untuk negara. Untuk itu, saya ingin mendidik para pelajar ikut merasakan bagaimana susahnya zaman dulu. Zaman sekarang sudah enak, jadi harus lebih berprestasi," terang Kepala Sekolah MAN Surabaya, Deni Mahmud Fauzi, Senin (28/10).
Lebih jauh Deni menjelaskan, proses belajar mengajar dengan pakaian adat ini, juga diharapkan bisa memupuk rasa nasionalisme dan kebangsaan anak-anak muda zaman sekarang. Sebab, kata dia, pemuda zaman sekarang rasa nasionalismenya mulai luntur.
Dia melanjutkan, para koruptor yang lahir dari sekolah-sekolah formal, ternyata tidak menjalankan nilai-nilai pendidikan dengan benar setelah lulus dan menjadi penguasa.
Tak hanya itu, nilai moral bangsa yang kian hari kian terkikis oleh budaya asing yang terus gencar didengungkan negara-negara liberal dan sebagainya. Sehingga bangsa Indonesia menjadi kerdil untuk menghargai para pejuang yang telah bersusah payah membebaskan bangsa ini dari ketertindasan.
"Kalau jadi penonton sepakbola, rasa nasionalisme mereka cukup tinggi. Masak nasionalisme itu hanya untuk sepakbola saja? Kan bangsa ini, lahir bukan dari kompetisi sepakbola, melainkan dari perjuangan dengan darah dan nyawa. Tak sedikit pejuang-pejuang kita yang meninggal karena ingin bangsanya merdeka dari penjajahan," ujarnya.
Maka dari itu, masih menurut dia, dengan berpakaian adat ini, diharapkan semua pelajar di MAN Surabaya, terus menumbuhkan semangat nasionalisme yang tinggi di segala bidang.
"Dengan cara belajar giat dengan tujuan menjadi generasi-generasi yang berguna bagi bangsa ini, adalah bagian dari semangat untuk menghidupkan kembali nilai-nilai perjuangan para pendahulu kita," pungkasnya.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian itu sendiri bermula saat jam kosong pelajaran pada Senin (9/1) lalu.
Baca SelengkapnyaLantaran upaya diversi yang dilakukan pihak Kepolisian tidak menemui kesepakatan antara korban dengan 8 anak berhadapan hukum (ABH).
Baca SelengkapnyaSosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dari hasil pemeriksaan dokter Puskesmas bocah itu diperkirakan meninggal dunia tengah malam
Baca SelengkapnyaKetujuh pelajar itu dibariskan kepala sekolah lantaran mereka membuat masalah saat magang di kantor camat.
Baca SelengkapnyaSejak ditemukan, korban menjalani pemulihan baik fisik maupun psikologinya.
Baca SelengkapnyaKorban tewas yakni WL (35), SW (34), VD (12), RJ (15) dan ZA (3). Kelimanya luka di bagian kepala.
Baca SelengkapnyaDirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca Selengkapnya