Siswa UN pingsan akibat bau kotoran sapi
Merdeka.com - Ade Mulyani, siswi kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan Bhakti Insani, Bogor Selatan Kota Bogor, Jawa Barat, pingsan saat mengikuti Ujian Nasional hari Pertama. Diduga, Ade pingsan akibat mencium bau kotoran sapi yang berada di samping sekolah.
"Dia pingsan sakit, karena bau kotoran sapi," ujar Kepala Sekolah SMK Bhakti Insani, Budiyono, Senin (15/4).
Pantauan merdeka.com, jarak peternakan sapi itu hanya 5 meter dari sekolah. Pemilik memiliki sekitar 40 ekor sapi, yang diternak di atas lahan 600 meter. Usaha itu sudah berjalan sejak satu tahun lalu.
Antara sekolah dan peternakan sapi perah yang posisinya berhadapan hanya dibatasi tembok setinggi 1,5 meter. Para siswa yang mengikuti ujian di lantai atas pun jika menengok ke jendela akan langsung melihat sapi.
Siswa jurusan administrasi perkantoran mata itu sudah sempat mengikuti ujian pelajaran Bahasa Indonesia, selama 20 menit, namun tiba-tiba pingsan. Oleh para guru dan teman Ade dibawa ke ruang TU.
"Setelah diberi obat, siuman, Ade kembali mengikuti ujian," katanya. Karena tak tahan dengan bau yang menyengat, Ade harus menyelesaikan ujian dengan mengenakan masker.
Menurut Ketua Pengawas Pelaksanaan UN BIBIN Rubini, pemerintah Kota Bogor, harus segera menindak tegas pemilik kandang sapi yang berada di depan sekolah. Langkah ini harus dilakukan lantaran telah mengganggu kenyamanan udara, serta suara bising dari sapi yang berada di tengah kota tersebut.
Semoga saja tak ada lagi siswa-siswa yang pingsan akibat bau kotoran hewan.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban sempat dibawa pihak sekolah ke puskesmas terdekat. Namun, karena kendala peralatan yang dianggap kurang lengkap.
Baca SelengkapnyaPara pemilik burung rela jauh-jauh mengirim hewan peliharaannya demi bisa sekolah di sini
Baca SelengkapnyaDi tengah teman-temannya yang berlomba membeli jajanan, siswa ini harus duduk sendirian menikmati bekal nasi yang dibawanya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Setiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca SelengkapnyaPenuturan itu disampaikan sembilan saksi saat diperiksa polisi.
Baca SelengkapnyaMeski kerap di-bully oleh temannya karena tak mau bolos sekolah, pria ini ungkap alasannya.
Baca SelengkapnyaDemi menebus asa membangun sekolah, seorang polisi rela menyisihkan gaji untuk menabung.
Baca SelengkapnyaKejadian itu sendiri bermula saat jam kosong pelajaran pada Senin (9/1) lalu.
Baca SelengkapnyaSiswa dipulangkan pukul 10.00 yang seharusnya pukul 12.00
Baca Selengkapnya