Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sekelumit kisah sniper legenda Indonesia, Tatang Koswara

Sekelumit kisah sniper legenda Indonesia, Tatang Koswara Foto Almarhum Tatang Koswara (kiri). ©wikipedia.org

Merdeka.com - Indonesia kehilangan salah satu prajurit terbaiknya. Dia adalah Peltu Tatang Koswara. Namanya harum di dunia militer. Dia tutup usia pada umur 68 tahun selepas mengisi acara di sebuah televisi swasta kemarin. Penyebab utamanya adalah serangan jantung.

Almarhum Tatang merupakan salah satu penembak runduk terbaik dipunyai Tentara Nasional Indonesia. Prestasinya sejajar dengan prajurit dari negara lain. Bahkan dia tercatat peringkat 13 dalam daftar penembak runduk terbaik sejagat.

Banyak kisah ditorehkan Tatang sepanjang karirnya. Salah satunya dia ikut dalam operasi militer di Timor Timur (sekarang Republik Demokratik Timor Leste). Dari bidikan dan picu senapannya, dia banyak mencabut nyawa prajurit dan perwira lawannya. Keterampilan itu pun tidak mudah didapat. Dia mesti berlatih keras.

Namun sayang, di balik prestasi menggunung itu berbanding terbalik dengan kehidupannya. Tatang saban hari hidup pas-pasan sampai dia mengakhiri masa tugas sebagai prajurit. Meski begitu dia tetap lapang dada. Dia menganggap baktinya selama berdinas sepenuhnya demi negara. Berikut ini beberapa kisah hidup Almarhum Tatang.

Tatang keluarkan peluru pakai gunting kuku

Sekitar 1975, Tatang saat itu masih berpangkat Sersan. Dia mendapat tugas buat bertempur di Timor Timur (kini Republik Demokratik Timor Leste). Perintahnya: menghabisi komandan lawan.Sebagai penembak runduk, Tatang juga bertugas mengumpulkan informasi intelijen. Pada suatu ketika dia pernah apes lantaran tertembak saat sedang mengintai musuh."Saya seorang diri mengintai posisi musuh pukul 10.00 malam. Saat itu, saya mengamati posisi musuh dengan teropong malam untuk memberikan informasi pada pasukan yang akan menyerang keesokan harinya," kata Tatang seperti dikutip dari sebuah acara televisi swasta kemarin.Tatang lantas menyusup ke daerah lawan. Di sebuah lokasi dia menemukan markas musuh. Dia mendekat dan berhenti pada jarak sekitar 300 meter. Saat itu dia melihat ada seorang komandan sayap militer Partai Fretilin, Falintil, menjadi targetnya. Tidak perlu menunggu, Tatang langsung membidik. Tetapi dia tidak langsung menembak."Saya sudah bidik dia dari malam. Tapi sniper itu beda dengan pasukan biasa. Harus sabar, harus cermat dan hati-hati," ujar Tatang.Pukul 05.00 WIB, dia melihat targetnya bergerak sedikit menjauh dari induk pasukan. Dia berpikir hal itu kesempatan terbaik buat menghabisi musuh. Tatang menarik picu senapan. Sebutir peluru melesak dan mengenai sasaran. Sang komandan roboh.Namun rupanya di lokasi ada sejumlah pasukan Fretilin melihat peristiwa itu. Mereka langsung mengarahkan senapan memberondong lokasi Tatang bersembunyi. Saat itulah Tatang tertembak."Saya tidak tertembak langsung. Peluru itu memantul kena kayu dan mengenai kaki saya. Awalnya tidak sakit, tapi terus mengeluarkan darah," lanjut Tatang.Jika luka Tatang akibat tembakan terus mengeluarkan darah, maka bakal meninggalkan jejak. Hal ini sangat berisiko bagi penembak runduk karena harus meloloskan diri lokasi tanpa bisa dilacak. Alhasil dengan peralatan seadanya, Tatang melakukan operasi darurat dengan menggunakan gunting kuku. Dikoreknya luka itu dan diambilnya serpihan peluru. Semua dilakukan di tengah desingan peluru dan tanpa obat bius."Saya pakai gunting kuku," jawab Tatang.

Kisah satu peluru simpanan Tatang

Almarhum Tatang Koswara menceritakan kisahnya saat bertugas dalam konflik di Timor Timur (kini Republik Demokratik Timor Leste) sekitar 1975. Waktu itu dia masih berpangkat sersan, selepas menjalani pendidikan bersama Pasukan Khusus Angkatan Darat Amerika Serikat atau dikenal dengan nama Green Berets.Tatang ditugaskan di bawah Satuan Tugas Khusus memburu para pentolan Partai Fretilin dan sayap militernya,Falintil. Sebagai penembak runduk juga menjalankan tugas pengintaian dan mengumpulkan informasi buat kebutuhan intelijen. Tatang sering masuk jauh ke daerah lawan buat memburu musuh seorang diri. Kadang dia menyusup dengan berjalan kaki, kadang diantar helikopter.Dalam satu misi, dia membawa 50 peluru. 49 pelor dihabiskan buat menewaskan musuh, termasuk duel dengan sniper lawan. Tetapi Tatang patuh pada doktrin, yakni sengaja menyimpan sebutir peluru."Sesuai apa yang diajarkan, peluru terakhir itu digunakan untuk diri saya sendiri. Daripada saya jatuh ke tangan musuh, lebih baik menembak diri sendiri," kata Tatang seperti dikutip dari sebuah acara televisi swasta kemarin.Bila keadaan terdesak, penembak runduk memang diajarkan menembak diri sendiri daripada tertangkap musuh dan disiksa buat menggali informasi. Setiap sniper juga diwajibkan menghancurkan senjata miliknya dan memecahkan teleskop bidik bila sudah terkepung."Senjata itu sangat akurat. Tak boleh sampai jatuh ke tangan musuh, harus dihancurkan," ujar Tatang.Namun peluru terakhir itu tak pernah digunakan Tatang. Dia terus berdinas di TNI AD hingga pensiun.

Prestasi segudang, hidup Tatang pas-pasan

Peltu Tatang Koswara menghabiskan nyaris seluruh karirnya di medan perang. Dia juga menjadi salah satu penembak runduk terbaik dunia dari Indonesia.Namun ketika purna tugas, dana pensiun diterima Tatang ternyata jauh panggang dari api. Duit itu tidak cukup menopang hidup di hari tua. Karena terdesak kebutuhan, dia kemudian membuka warung makan di Markas Kodiklat TNI AD di Bandung. Sesekali, Tatang masih diajak melatih para juniornya di Komando Pasukan Khusus atau kesatuan lain.Namun, Tatang memilih tidak mengeluh. Dia sudah tahu risiko jadi tentara meski berprestasi."Kalau masalah dana pensiun saya nawaitu. Saya jadi militer, saya tidak harapkan kaya," kata Tatang seperti dikutip dari sebuah acara televisi swasta kemarin.Tatang memilih menutupi kesulitan hidupnya. Dia merasa uang pensiunnya bisa disiasati."Istri saya saja pandai-pandai atur uang pensiun," lanjut Tatang.

(mdk/ary)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mengenang Sosok Abdul Kadir,
Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan

Pemain legendaris Timnas Indonesia yang berposisi sebagai sayap ini dikenal dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar saat berada di lapangan hijau.

Baca Selengkapnya
Fakta Unik KAWS, Patung Raksasa di Candi Prambanan Mahakarya Seniman Kontemporer Dunia
Fakta Unik KAWS, Patung Raksasa di Candi Prambanan Mahakarya Seniman Kontemporer Dunia

Pameran KAWS di Prambanan menjadi yang pertama di Indonesia.

Baca Selengkapnya
Sosok Monang Sinulingga, Master Pecatur Alam Legendaris Indonesia Kelahiran Tanah Karo
Sosok Monang Sinulingga, Master Pecatur Alam Legendaris Indonesia Kelahiran Tanah Karo

Atlet catur legendaris Indonesia yang satu ini memiliki gaya bermain yang taktis dan sudah menyabet beberapa gelar skala internasional.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Sebuah Peluru Katapel Zaman Romawi Ditemukan, Ada Ukiran Nama Tokoh Terkenal
Sebuah Peluru Katapel Zaman Romawi Ditemukan, Ada Ukiran Nama Tokoh Terkenal

Sebuah Peluru Ketapel Zaman Romawi Ditemukan, Ada Ukiran Nama Tokoh Terkenal

Baca Selengkapnya
Mengenal Lebih Dekat Sosok Sitor Situmorang, Penulis dan Wartawan Indonesia Asal Samosir
Mengenal Lebih Dekat Sosok Sitor Situmorang, Penulis dan Wartawan Indonesia Asal Samosir

Pria berdarah Batak ini sudah malang melintang di dunia sastra maupun jurnalistik yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Baca Selengkapnya
Ini Sosok Suparlan, Prajurit Kopassus Legendaris Sampai Namanya Diabadikan Jadi Nama Masjid
Ini Sosok Suparlan, Prajurit Kopassus Legendaris Sampai Namanya Diabadikan Jadi Nama Masjid

Keberanian prajurit Kopassus ini jadi legenda di medan tempur.

Baca Selengkapnya
Kisah Heroik Kerto Pengalasan, Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang Kecanduan Opium
Kisah Heroik Kerto Pengalasan, Panglima Perang Pangeran Diponegoro yang Kecanduan Opium

Setelah masa Perang Jawa, ia menikmati masa pensiun dengan kehidupan yang damai di Semarang hingga wafat pada tahun 1856.

Baca Selengkapnya
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan

Bukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?

Baca Selengkapnya
Kehabisan Peluru, Prajurit Kopassus Cabut Pisau Komando Tewaskan 6 Musuh di Medan Tempur
Kehabisan Peluru, Prajurit Kopassus Cabut Pisau Komando Tewaskan 6 Musuh di Medan Tempur

Aksi prajurit Kopassus bertempur sampai titik darah penghabisan ini menimbulkan simpati dari kawan dan lawan.

Baca Selengkapnya