Nasihat SBY untuk Jokowi soal dolar dan krisis ekonomi
Merdeka.com - Kondisi ekonomi Indonesia semakin mengkhawatirkan. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus merosot dari hari ke hari.
Terakhir, kurs rupiah mencapai Rp 14.110 per dolar Amerika. Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut berkomentar terkait kondisi ekonomi yang dihadapi Indonesia saat ini.
"Negara-negara Asia harus sungguh menyadari bahwa perkembangan ekonomi sudah lampu kuning. Cegah jangan sampai merah," tulis SBY dalam akun Facebooknya, dikutip merdeka.com, Rabu (26/8).
SBY yang pernah memimpin 10 tahun pun memberikan beberapa saran dan nasihat kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). SBY pernah memimpin Indonesia selamat dari ancaman krisis moneter tahun 2008 lalu.
Berikut saran SBY kepada pemerintah menghadapi ancaman krisis ekonomi, dihimpun merdeka.com:
Ingat selalu faktor contagion effect
SBY mengakui jika ancaman krisis ekonomi tidak hanya terjadi untuk Indonesia. Negara-negara asia pun ikut terdampak.SBY mengatakan, krisis ini terjadi karena faktor internal dan eksternal. Sehingga hal ini yang juga harus diperhatikan pemerintah."Petik pelajaran krisis Asia 98 dan krisis ekonomi global 2008. Ingat selalu ada contagion effect dan faktor eksternal dan internal," kata SBY.
Jangan kehilangan kepercayaan masyarakat
SBY mengingatkan agar pemerintah segera mengambil langkah cepat menghadapi ancaman krisis. Masyarakat Indonesia sudah mulai terdampak dari krisis ini.SBY berharap pemerintah tidak kehilangan kepercayaan dari masyarakat."Saya amati untuk Indonesia masyarakat mulai terdampak. Cegah jangan sampai makin cemas, kehilangan trust dan hidupnya makin susah," kata SBY.
Bentuk manajemen krisis
SBY mendesak agar pemerintah membentuk manajemen krisis. Hal ini penting karena pelaku pasar mulai cemas dengan kondisi ekonomi."Menurut saya manajemen krisis harus diberlakukan. Jangan underestimate dan jangan terlambat. Apalagi pasar dan pelaku ekonomi mulai cemas," kata SBY.Dia yakin pemerintah mampu menghadapi ancaman krisis. Sebab di dalam pemerintah memiliki orang-orang handal yang paham ekonomi.
Butuh kepemimpinan yang direktif dan jelas
SBY meminta pemerintah mengambil pengalaman krisis moneter hebat yang melanda Indonesia tahun 1998 lalu. Begitu pula pengalaman 2008 yang akhirnya selamat dari kehancuran."Indonesia memang sering mengalami gejolak. Dalam krisis 98 ekonomi kita jatuh, tetapi dalam krisis global 2008 kita selamat. Ambil pengalamannya," kata SBY.Dia menjelaskan, Indonesia selamat dari krisis 2008 karena seluruh pemerintahan kompak. Termasuk dunia usaha dan media massa yang bersatu menghadapi krisis kala itu."Tahun 2008-2009 dulu kita bisa minimalkan dampak krisis global, karena pemerintah (pusat dan daerah), dunia usaha, BUMN, ekonom dan pimpinan media bersatu," kata SBY."Saat ini, yang diperlukan adalah kepemimpinan dengan direktif yang jelas, solusi, kebijakan dan tindakan yang cepat dan tepat, serta dukungan semua pihak," tutup SBY.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaMenurut Hasto, jika kedua utang itu digabung, Indonesia ke depan berpotensi menghadapi masalah serius.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
Baca SelengkapnyaProyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaJokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaKeduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaTantangan berat ketiga berasal dari disrupsi teknologi yang memberikan tekanan besar di sektor ketenagakerjaan.
Baca Selengkapnya