Kisah Markas Korlantas Polri, KPK dan jujurnya Jenderal Ursinus
Merdeka.com - Markas Korps Lalu Lintas Polri di Jl MT Haryono begitu megah. Fasilitasnya baru dan modern. Sayang, diduga ada aroma busuk rasuah korupsi di dalamnya. 31 Juli 2012 lalu, belasan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengobrak-abrik markas tersebut.
Mereka mencari bukti-bukti keterlibatan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Irjen Djoko Susilo dan Brigjen Didik Purnomo dalam kasus dugaan korupsi simulator SIM.
Dulu, tahun 1968, Brigjen Pol Ursinus Medellu yang membangun markas korps lalu lintas itu. Mendiang polisi jujur itu mungkin tak akan pernah membayangkan markas kebangaannya akan disantroni penegak hukum untuk mengusut jenderal korupsi.
Tahun 1960an, pendapatan dari hasil Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) ternyata cukup besar. Meski begitu, sedikitpun tak terlintas di benak Ursinus Elias Medellu untuk mencari keuntungan, apalagi korupsi.
Semua pendapatan itu oleh Ursinus digunakan untuk kesejahteraan polisi. Ursinus mewujudkan itu dengan melakukan sejumlah pembangunan, salah satunya adalah kantor Direktorat Lalu Lintas (kini Korps Lalu Lintas) di Jalan MT Haryono.
Kala itu tanah seluas 3 hektar dibeli seharga Rp 275 per meter persegi. Di atas lahan itu, selain Direktorat Lalu lintas dibangun juga pusat pendidikan lalu lintas. Pembayaran dilakukan secara bertahap selama dua bulan.
Awalnya pembangunan tak direncanakan bertingkat, namun melihat penghasilan dari BPKB terus bertambah, kemudian diputuskan pembangunan gedung menjadi lima lantai. Selama pembangunan berlangsung, Ursinus kerap kali memeriksa pekerjaan itu.
Setelah lima bulan berjalan, Ursinus yang sibuk baru melapor ke Panglima Angkatan Kepolisian kini (Kapolri) Jenderal Hoegeng Iman Santoso. Ursinus menjelaskan jika pembangunan gedung utama memakan biaya Rp 50 juta lebih.
"Maaf Pak Jenderal, saya sudah menggunakan uang BPKB untuk membangun gedung. Rencananya untuk kantor Direktorat Lalu Lintas, karena ruang kerja kami di gedung Mabak terlalu penuh sesak," katanya.
Ursinus harap-harap cemas karena khawatir pembangunan itu tak disetujui. "Tapi kalau tidak disetujui, sudah ada orang yang mau membeli dengan harga Rp 120 juta. Jadi kita masih untung Rp 70 juta," ujarnya.
Sepertinya tidak ada alasan bagi Jenderal Hoegeng untuk menolaknya. Maklum saja, di Markas Besar Angkatan Kepolisan (Mabak) kini Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Ursinus hanya menempati ruangan 4 x 7 meter, itu juga harus berbagi dengan polisi lain. Sedangkan satu ruangan berukuran 12 x 7 meter untuk para asisten direktur dan seluruh anggota Ditlantas, termasuk para pesuruh dan arsip.
"Ben jij? (Kamu gila barangkali?)" kata Hoegeng. Akhirnya gedung utama tersebut diresmikan oleh Jenderal Hoegeng sebagai kantor Direktorat Lalu Lintas pada 29 Maret 1969.
Susah payah Ursinus membangun gedung tersebut dengan kerja keras dan kejujuran. Kini keringat Ursinus dikhianati para polisi korup yang tak punya integritas.
Ursinus membangun kantor dan fasilitas lalu lintas Polri dengan fasilitas terbaik ketika itu. Saking semangatnya bekerja keras untuk Polri, jenderal jujur ini lupa memperhatikan kesejahteraan keluarganya. Dia mati-matian mencicil rumah dengan uang pensiunnya.
Jika masih hidup, bagaimana kecewanya Ursinus tahu semua ini?
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prajurit TNI berhasil kuasai markas KKB hingga temukan barang berbahaya. Simak informasi berikut.
Baca SelengkapnyaDesakan tiga mantan pimpinan KPK itu disampaikan dengan menyurati Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Baca SelengkapnyaTNI masih berada di dalam hutan sampai saat ini untuk melaksanakan eksfiltrasi (proses pemindahan personel).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kepala LKPP Hendrar Prihadi menyebut alokasi anggaran pada rencana umum pengadaan barang dan jasa setiap tahunnya mencapai Rp1.200 triliun.
Baca SelengkapnyaPeringatan jenderal bintang tiga Kopassus untuk para anggota separatis bersenjata di Papua.
Baca SelengkapnyaSkandal pungli di Rutan KPK itu diduga melibatkan 93 pegawai.
Baca SelengkapnyaWarga mendengar dua kali ledakan dari markas gegana Satbrimob Polda Jatim.
Baca SelengkapnyaPerusahaan asal Jerman dikabarkan menyuap pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan pada periode 2014-2018.
Baca SelengkapnyaMeski demikian dari informasi yang dihimpun jika inisial Jaksa KPK itu adalah TI yang diduga memeras saksi dalam sebuah kasus sebesar Rp 3 miliar.
Baca Selengkapnya