Ini koleksi pusaka berwujud patung binatang emas milik Sultan HB I
Merdeka.com - Benda-benda pusaka kerajaan biasanya identik dengan senjata seperti keris atau tongkat, tapi rupanya bukan itu saja. Seperti pusaka yang dibuat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dan diwariskan hingga generasinya sekarang yang kini tengah dipamerkan di pendopo Dinas Kebudayaan Yogyakarta, Selasa (28/7).
Pusaka tersebut berbentuk patung binatang-binatang yang memiliki makna filosofis yang mencerminkan sikap seorang raja. Di antaranya yaitu pusaka Banyak (angsa), Dalang, Sawung dan Galing.
Banyak yaitu pusaka berbentuk patung angsa emas, Dalang pusaka berbentuk patung rusa emas, Sawung pusaka berbentuk patung ayam emas dan Galing pusaka berbentuk patung merak emas.
Hadiutomo, Abdi Dalem Keraton Yogyakarta menjelaskan pusaka Banyak merupakan cerminan dari seorang raja yang bijaksana dan selalu waspada terhadap situasi. Konon pusaka ini bisa memberikan tanda apabila ada situasi yang akan mengancam keberadaan Keraton Yogyakarta.
"Kalau Dalang atau rusa ini mencerminkan sosok raja yang cerdas dan pintar. Selain itu juga gesit, seperti kalau rusa berlari begitu kencang," terangnya pada merdeka.com, Selasa (28/7).
Sementara Sawung atau ayam jantan merupakan simbol keberanian seorang raja. Seorang raja tidak takut untuk bertarung untuk mempertahankan kehormatannya dan rakyatnya.
Pusaka Galing atau merak merupakan simbolisasi dari kewibawaan seorang raja. Konon pusaka ini bisa memberikan kewibawaan kepada raja sehingga setiap orang yang datang menghormati dan mengagumi raja.
"Seperti burung merak, kalau ada yang melihatnya, maka sayapnya akan terbentang gagah, ekornya mengembang dengan indah," ujarnya.
Keempat pusaka tersebut semuanya terbuat dari emas murni dengan berat masing-masing 1 kilogram. Saat Sultan HB I masih hidup, pusaka ini selalu diletakkan di samping kiri dan kanan singgasana Sultan.
"Banyak dan Dalang di sebelah kanan, kalau Sawung dan Galing di sebelah kiri. Pusaka ini juga dibuat sendiri oleh orang Sri Sultan Hamengku Buwono I," tambahnya.
Pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII, keempat pusaka tersebut dibuat replikanya yang terbuat dari kuningan. Sementara pusaka yang asli disimpan dan hanya dikeluarkan dalam acara tertentu di Keraton Yogyakarta.
"Pusaka itu sampai sekarang tetap digunakan, tapi tidak setiap saat, hanya pada acara-acara tertentu," tandasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertemuan berlangsung di Keraton Yogyakarta pada Minggu, 28 Januari kemarin
Baca SelengkapnyaPerum Bulog melaksanakan penyaluran beras Bantuan Pangan ke masyarakat di Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaSerumbung sumur merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertemuan antara Presiden Jokowi dan Gubernur DIY Sri Sultan HB X dilakukan di Keraton Kilen, Keraton Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaPada awal pendiriannya, masjid ini hanya diperuntukkan keluarga keraton.
Baca SelengkapnyaKedutan mata oleh masyarakat Indonesia acap dikaitkan dengan pertanda baik dan buruk.
Baca SelengkapnyaPertemuan tertutup tersebut dilakukan di Keraton Klien Yogyakarta, pada Minggu (28/1).
Baca SelengkapnyaMata pencaharian sebagai perajin keris telah diwariskan secara turun-temurun, melintasi berbagai era peradaban.
Baca SelengkapnyaBukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?
Baca Selengkapnya