Merdeka.com - Universitas Gadjah Mada kehilangan salah satu cendekiawan yang sangat dihormati Prof Dr Damardjati Supadjar. Guru besar Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada itu berpulang pada Senin (17/2) sekitar pukul 17.05 WIB.

Damardjati meninggal di kediamannya di Pakem, Sleman. Sejak beberapa waktu terakhir, Damardjati menjalani perawatan karena sakit gejala stroke. Damardjati meninggal dunia pada usia 74 tahun.

"Kami mengenal beliau sebagai guru yang baik, sederhana, pemikirannya orisinil. Dia juga peduli pada sejawat," ujar dosen Filsafat UGM Farid Mustofa kepada merdeka.com mengenai sosok Damardjati. Menurut Farid, Damardjati akan dikebumikan Selasa (18/2) di Grabag, Magelang.

Selain sebagai guru besar UGM, Damardjati juga dikenal sebagai penasihat spiritual Kraton Yogyakarta, penceramah di berbagai forum, budayawan, dan juga penulis. Tulisan-tulisannya yang bernas sering muncul di koran-koran lokal DIY.

Selain dosen di Fakultas Filsafat UGM, Damardjati pernah menjadi ketua jurusan, hingga berlanjut sampai mendapatkan gelar guru besar. 

Dalam diskusi tentang buku Sumurupa Byar-e karyanya tiga tahun lalu, Damardjati menjelaskan tentang pandangan hidup orang Jawa tentang kehidupan. "Setiap manusia harus melalui proses mijil (lahir), kemudian mengalami asmorodono (jatuh cinta) dengan pasangannya, sinom perdopo dan maskumbang asmoro. Lalu meningkat lagi ke dhandhanggulo. Proses ini bisa membedakan mana gula dan mana manisnya. Lewat durma, pangkur, gambuh sebelum dipocong atau megat-ruh yakni meninggal dunia," kata Damardjati berfilsafat.

Kepergian Damardjati tidak lama setelah UGM juga kehilangan salah satu cendekiawan terbaiknya Fajrul Falaakh. Pakar hukum tata negara itu berpulang setelah terkena serangan jantung, Rabu (12/1) lalu.