Dituding DPR merusak hutan di Riau, ini jawaban WWF-Indonesia
Merdeka.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Soebagyo menyebut kehadiran LSM asing seperti World Wide Fund for Nature (WWF) tidak memberi banyak manfaat terkait restorasi hutan Indonesia. WWF justru dinilai memperparah kerusakan hutan.
WWF-Indonesia pun protes atas tudingan DPR tersebut. Mereka menegaskan bukan LSM asing dan telah banyak memberikan kontribusi dalam bidang konservasi di Indonesia.
"WWF-Indonesia bukanlah LSM asing. WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang independen dan diakui oleh hukum Indonesia, dengan badan hukum Yayasan yang terdaftar di Depkum HAM. Laporan Tahunan WWF-Indonesia, termasuk laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, dapat diakses secara terbuka," ujar Anwar Purwoto, Direktur Kehutanan, Spesies Terestrial dan Air Tawar WWF-Indonesia, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (26/4).
Sedangkan mengenai kehadiran WWF-Indonesia di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) Riau, hal itu dilakukan untuk mendukung Kementerian Kehutanan dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan di kawasan itu. Jika tak ada upaya dari pemerintah dan LSM, diperkirakan Hutan Tesso Nilo akan dibabat habis sejak tahun 2007 lalu.
"Patut disyukuri berkat upaya dari PHKA, dengan didukung mitra LSM dan Forum Masyarakat Tesso Nilo, hingga kini masih ada sekitar 37 ribu Ha hutan yang dapat dipertahankan di dalam TN Tesso Nilo," kata Anwar.
Menurut Anwar, saat ini Taman Nasional Tesso Nilo terancam oleh perambahan hutan untuk dijadikan kebun sawit. Hasil analisis citra satelit tahun 2012 menunjukkan bahwa dari total kawasan Taman Nasional seluas 83.068 Ha, sekitar 46.000 Ha (atau 56%) telah dirambah atau telah berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit, karet dan lainnya. Upaya penegakan hukum merupakan salah satu langkah penting dalam penanganan perambahan, khususnya yang melibatkan pelaku bermodal besar.
Perambahan telah mempersempit daerah jelajah gajah dan menyebabkan konflik. Salah satu kontribusi WWF-Indonesia dalam upaya mitigasi penanganan konflik manusia-gajah, WWF-Indonesia bersama dengan BKSDA Riau dan Balai TN Tesso Nilo mengoperasikan Flying Squad di Taman Nasional Tesso Nilo sejak April 2004.
"Flying Squad terdiri dari empat ekor gajah terlatih dan delapan orang pawang
perawatnya. Tim ini melakukan pengusiran dan penggiringan gajah liar kembali ke habitatnya hingga kerugian masyarakat akibat serangan gajah liar dapat diminimalkan. Sejak dioperasikannya tim ini hingga 2010 tingkat kerugian masyarakat dapat ditekan hingga 75%," jelasnya.
WWF-Indonesia juga membantu masyarakat dalam peningkatan ekonomi melalui koperasi Petani Madu Hutan Sialang dan pendampingan kepada petani swadaya kebun sawit yang mencakup 349 Kepala Keluarga di Kecamatan Ukui yang berada kawasan penyangga TN Tesso Nilo.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia tak pernah setuju tindakan kekerasan dalam bentuk apapun
Baca SelengkapnyaMereka tak menolak pembangunan, namun menyayangkan cara negara memperlakukan tanah leluhurnya
Baca SelengkapnyaESDM mencatat, total cadangan timah dunia sebanyak 4,74 juta ton logam pada 2019 lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
DPR RI dan pemerintah menyepakati Rancangan Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) dibawa ke Rapat Paripurna untuk disahkan.
Baca SelengkapnyaRombongan polisi dan istri mengunjungi permukiman suku Talang Mamak untuk menyosialisasikan pemilu damai.
Baca SelengkapnyaDPR sudah menerima daftar inventarisasi masalah (DIM) dari pemerintah.
Baca SelengkapnyaSurpres tersebut akan ditindaklanjuti sesuai dengan mekanisme yang berlaku di DPR RI.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menekankan pentingnya Undang-Undang Perampasan Aset. Namun, belum ada kejelasan mengenai kelanjutan pembahasan RUU ini di DPR.
Baca SelengkapnyaPolitikus Partai Gerindra tersebut juga mengungkap bahaya dari korupsi SDA yang bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Baca Selengkapnya