Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita Mbah Sukar soal eksekusi mati korban 1965 di hutan belantara

Cerita Mbah Sukar soal eksekusi mati korban 1965 di hutan belantara Mbah Sukar. ©2015 Merdeka.com/Parwito

Merdeka.com - Sebanyak 30 mahasiswa Prodi Sastra Jawa Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengunjungi makam massal tragedi 1965 di Plumbon, Wonosari, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah Sabtu (6/6). Mereka belajar dengan melihat langsung tempat kejadian dan mendengar keterangan dari saksi mata, Mbah Sukar (82) yang merupakan warga setempat.

Selama 1,5 jam mereka mendapat penjelasan dari Mbah Sukar yang mengubur 24 mayat yang terkumpul dalam dua lubang.

"Saya tidak ingat tanggalnya, pokoknya malam hari di tahun 1965. Mereka datang pakai dua mobil jeep dan dua truk. Truk isinya 24 orang yang akan dieksekusi. Semuanya orang Kendal," kata Mbah Sukar mengawali cerita.

Mbah Sukar mengisahkan, tangan orang-orang yang bakal dieksekusi tersebut diikat secara berantai satu sama lain sementara mata mereka ditutup dengan plaster. Semuanya digiring dari jalan menuju tempat eksekusi yang sekarang wilayahnya masuk dalam pengelolaan Perum Perhutani KPH Kendal.

Di antara 24 orang tersebut, terdapat satu orang perempuan. Dia adalah Mutiah yang ketika itu menjabat sebagai Bupati Kendal. Konon, Mutiah tak mempan ditembak. Dia tewas setelah dikubur paksa.

"Mereka sampai sini jam 9 malam, akan dieksekusi jam 1 dinihari. Sambil nunggu, mereka diminta nyanyi lagu 'Genjer-genjer dan pamit kepada keluarga dengan cara berdoa. Setelah eksekusi, hujan turun sangat deras, padahal sedang musim kemarau. Jalan desa sebelumnya kering, kalau ada truk lewat mabul-mabul (debu beterbangan)," katanya.

makam korban tragedi semarang 1965

Bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni kemarin, aktivis hak asasi manusia bersama sejumlah elemen yang terdiri atas mahasiswa, dosen, rohaniawan, masyarakat, pejabat Pemerintah Kota Semarang, hingga aparat kepolisian melakukan pemasangan nisan di makam tersebut. Di atas nisan, tertulis delapan nama yang baru teridentifikasi dari hasil penelusuran Perkumpulan Masyarakat Semarang untuk HAM (PMS-HAM).

Perum Pergutani KPH Kendal telah memberi izin lahan tersebut digunakan sebagai area makam dengan luas 5x10 meter melalui surat keputusan nomor 561/004.3/Hugra/Knd/Divre Jtg tertanggal 30 April 2015. Hingga mahasiswa berkunjung, proses pavingisasi masih dikerjakan oleh sejumlah pekerja.

Mbah Sukar mengatakan semenjak marak judi togel, tempat tersebut menjadi ramai dikunjungi orang untuk mencari peruntungan. Mereka kerap membawa sesaji dan membakar menyan agar mendapat nomor togel. Sehingga, dengan memasang nisan sekaligus perawatan makam bakal meminimalisir orang yang menyalahgunakan tempat tersebut.

Salah seorang mahasiswa, Uri Pradanasari, mengatakan pemerintah pusat semestinya tidak menutup mata terhadap aktivitas penisanan makam. Pemasangan nisan menurutnya bisa menjadi awal dari rekonsiliasi sejarah kelam bangsa.

Lebih jauh, selama ini telah terjadi pembelokan fakta sejarah yang kebenarannya diyakini oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Selama 30 tahun persepsi masyarakat telah digiring supaya menganggap paham dan ideologi komunis haram berbiak di Tanah Air melalui beragam cara, seperti film dan buku-buku pelajaran di sekolah.

"Padahal anggapan itu selama ini keliru. Kekuasaan sudah menyetir semuanya," kata dia.

Dosen Sastra Jawa Unnes Dhoni Zustiyantoro yang mendampingi kunjungan mengajak mahasiswa untuk kritis terhadap materi sejarah yang selama ini diterima. "Sejarah perlu didudukkan secara objektif sebagai cermin menapaki masa depan lebih baik," pungkasnya.

(mdk/tyo)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan
Kisah Keluarga Pemberani yang Tinggal di Kampung Mati Tengah Hutan Cilacap, Hidup Berdampingan dengan Babi Hutan

Saat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras

Baca Selengkapnya
4 Sekeluarga Tewas Diduga Dirampok di Musi Banyuasin, Rumah Korban Jauh dari Permukiman
4 Sekeluarga Tewas Diduga Dirampok di Musi Banyuasin, Rumah Korban Jauh dari Permukiman

Korban HR merupakan pedagang ponsel keliling. Dia tinggal bersama tiga korban lain, yakni ibunya dan dua anaknya sejak bercerai dengan istrinya dua tahun lalu.

Baca Selengkapnya
Korban Kecelakaan Odong-Odong di Batang Meninggal Dunia, Sopir Truk Jadi Tersangka
Korban Kecelakaan Odong-Odong di Batang Meninggal Dunia, Sopir Truk Jadi Tersangka

Buntut tabrak odong-odong hingga satu orang meninggal, sopir truk warga Purwakarta ditetapkan tersangka.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang
Tersisa 8 Orang dan Hampir Punah, Ini Jejak Suku Darat di Pulau Rempang

Penghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.

Baca Selengkapnya
Bapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas
Bapak Tiri Membabi Buta Pukuli Anaknya Hingga Terjungkal, Terbentur Tembok & Muntah-Muntah Berujung Tewas

M, pelaku dan ibu korban merupakan pasangan baru. Mereka baru menjalin biduk rumah tangga sekira 5 bulan.

Baca Selengkapnya
Dulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan
Dulu Hutan Belantara yang Tak Dilirik Orang, Ini Kisah di Balik Berdirinya Kabupaten Pacitan

Orang-orang pertama yang berjasa mengubah hutan jadi permukiman penduduk merupakan para pendakwah Islam

Baca Selengkapnya
Terlibat Pembunuhan Berencana, Caleg ini Terancam Hukuman Mati
Terlibat Pembunuhan Berencana, Caleg ini Terancam Hukuman Mati

Jasad korban ditemukan terbungkus selimut oleh seorang pesepeda pada Minggu (25/2) lalu.

Baca Selengkapnya
Permen Karet Zaman Batu Ditemukan Berusia 10.000 Tahun, Begini Bentuk dan Sosok yang Mengunyahnya
Permen Karet Zaman Batu Ditemukan Berusia 10.000 Tahun, Begini Bentuk dan Sosok yang Mengunyahnya

Permen karet zaman purba ini terbuat getah pohon damar.

Baca Selengkapnya
Cerita Korban Banjir Luwu Jalan Kaki 6 Jam ke Pengungsian Setelah Desanya Terisolasi Lima Hari
Cerita Korban Banjir Luwu Jalan Kaki 6 Jam ke Pengungsian Setelah Desanya Terisolasi Lima Hari

Sebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.

Baca Selengkapnya