Cerita Adrianus bela Kapolri nangis, kini malah bersitegang
Merdeka.com - Kegundahan Komisoner Kompolnas Adrianus Meliala berkurang saat Kapolri memutuskan menghentikan proses hukum dirinya. Meski terlambat, bersama komisioner lainnya Adrianus coba membenarkan apa yang dikatakannya soal 'ATM Polri' sesuai dengan etika.
Adrianus tak pernah menyangka dirinya bisa dipolisikan karena ucapan itu. Padahal kedudukannya adalah sebagai pengawas Polri. "Di depan anggota DPR, dibecandain tuh. Bagaimana pengawas kok malah dikerjai oleh orang yang mengawasi," ujar Adrianus saat diperiksa Bareskrim Polri (28/8).
Menyebut bandar judi sebagai 'ATM Polri', Adrianus menuai kemarahan Kapolri. Tak segan Kapolri menyebut Adrianus sebagai orang yang tak beretika dan menginjak-injak institusi Polri.
"Saya sangat menyayangkan pernyataan oleh seorang akademisi yang juga sebagai komisioner kompolnas yang menurut saya tidak mengindahkan nilai-nilai etika, tidak mendidik masyarakat dan bahkan melanggar undang-undang. Saya ulangi bahwa pernyataan tersebut tidak mengindahkan nilai-nilai etika, tidak mendidik masyarakat dan bahkan melanggar undang-undang," ucap Kapolri Jenderal Sutarman tegas di Rupatama (29/8).
"Syarat pertama, permintaan maaf secara terbuka di seluruh media massa, terutama di media yang digunakan di masyarakat. Syarat kedua mencabut statement yang dapat menimbulkan dampak ke masyarakat."
Jika diamati, dibandingkan komisioner lain Adrianus memang kerap kali melontarkan kritik dan saran untuk Polri. Meskipun begitu saat dirinya terkena kasus, Polri masih mempercayakan dirinya menjadi pembicara dalam acara Polri.
Sebelum kasus ini bergulir, suatu kali Adriaus tampil sebagai benteng bagi Kapolri. Saat itu di acara peluncuran buku 'Hoegeng polisi dan menteri teladan'(17/11/2013), Kapolri dihujani kritik keras dari Ketua KPK Abraham Samad, DPR Komisi III, Bambang Soesatyo. Mereka menuding anggota Polri sebagai institusi yang sarat setoran haram dan suap. Saking kerasnya, Sutarman sampai tertohok dan meneteskan air mata diam-diam.
"Kritik dan masukan akan saya terima, harus saya perbaiki saya tidak akan marah, akan senyum, tenang. Jabatan itu hanya amanah besok pun turun harus sudah siap," jawab Sutarman.
Komisioner Kompolnas Adrianus Meliala yang hadir saat itu tak mau tinggal diam Polri disudutkan seperti itu.
"Polisi hampir sama dengan media enemy enggak mau dilihat bagus. Kalau KPK media darling. Kalau Polri mau jadi Hoegeng jika saudara Anda masuk tahanan jangan menggerutu kalau tidak ada makanan," kata Adrianus di Toko Buku Gramedia PIM, Jakarta, Minggu (17/10).
Menurut Adrianus, Polri sebenarnya tidak menyediakan anggaran makan untuk para tahanan. Uang untuk makan tahanan ternyata didapat dari uang sampingan yang diterima polisi.
Begitu juga untuk pengidentifikasian DNA dan pendanaan Densus 88. Bahkan untuk menangani kasus jika menganut gaya Hoegeng dipastikan anggaran polisi untuk penanganan kasus cuma sanggup sampai bulan Juli.
"Saya tidak mengatakan boleh kotor. Tapi tetap harus didukung sistem tatanya diperbaiki. Seyogyanya karier Hoegeng ada pada masanya dan tidak kontekstual," tutup Adrianus.
Mendengar perkataan Adrianus, Sutarman mengucapkan terima kasih. "Cuma Kompolnas yang mengerti bagaimana kita ini," kata Sutarman.
Momen tersebut menjadi bukti kekompakan Polri dengan Kompolnas, saling mendukung dan tidak menjatuhkan. Namun sekarang dari pengakuan Kompolnas sudah 11 bulan Kapolri tak pernah lagi menemui Kompolnas yang menyebabkan hubungan dan koordinasi merenggang bahkan ingin saling mendominasi.
Dewan etik bentukan Kompolnas pun menyarankan agar kedua lembaga ini saling mendukung untuk pembenahan Polri yang lebih baik.
"Sudah ada pernyataan seorang petarung seorang yang diperlukan memperbaiki kepolisian untuk melayani melindungi jangan timbul lagi kasus simulator SIM, masalah di Malaysia itu puncak dari gunung es tapi masih bisa diperbaiki Kompolnas agar lebih gagah," saran mantan Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Syafi'i Ma'arif.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita Budiman Sudjatmiko ketika ditangkap dan dipenjara saat Orde Baru.
Baca SelengkapnyaCasis Polda Jabar dijemput perwira polisi AKBP Manang usai mendengar kabar ayahnya meninggal. Begini cerita selengkapnya.
Baca Selengkapnya"Mati-matian aku berusaha menelan suara tangis. Aku sungguh-sungguh menyesal," ujarnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kata 'sangar awakmu cak' seringkali dilakukan dalam situasi santai, seperti dalam percakapan sehari-hari antara teman atau kenalan yang akrab.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi 7 cerita lucu yang bikin ngakak dan cocok untuk cairkan suasana.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM tengah melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan Munir.
Baca SelengkapnyaMeski membawa para suster, Atta dan Aurel Hermansyah kompak mengurus putri-putrinya sendiri saat berada di dekat Ka'bah.
Baca SelengkapnyaTujuan utama cerita anekdot membangkitkan atau menciptakan gelak tawa bagi pembaca serta pendengarnya.
Baca SelengkapnyaCak Imin siap menghadapi debat Cawapres karena dimentori Anies
Baca Selengkapnya