7 Negara di Afrika belajar pemanfaatan nuklir ke Batan
Merdeka.com - Tujuh perwakilan negara Sudan, Angola, Senegal, Tanzania, Kongo, Malawi dan Nigeria yang tergabung dalam National Liasion Officer (NLO), belajar teknologi nuklir Indonesia ke fasilitas nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) di Pasar Jumat, Puspiptek, Bandung dan Yogyakarta.
Perwakilan negara-negara berkembang di kawasan Afrika ini, berkinginan untuk meningkatkan kerja sama bidang nuklir, khususnya bidang Radiofarmaka (medis).
Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto menjelaskan, fasilitas Radio farmaka Batan saat ini telah menghasilkan lima produk yang terdaftar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang bisa dimanfaatkan masyarakat dalam layanan bidang kesehatan.
"Produk kami ada kit radiofarmaka MDP untuk mendiagnosis kanker di tulang, kit Radiofarmaka MIBI untuk diagnosis jantung, kit Radiofarmana DTPA untuk ginjal, dan radiofarmaka EDTMP untuk terapi paliatif kanker tulang dan kit radiofarmaka MIGB kanker neurobkastoma," terang Djarot di BSD Tangerang Selatan, Senin (8/10).
Dengan keberhasilan produk radiofarmaka yang telah dihasilkan Batan, lanjutnya, mendorong negara-negara berkembang di Afrika untuk melakukan kerja sama medis nuklir ini.
Para ahli nuklir dari perwakilan negara sahabat tersebut akan berkunjung ke Pusat teknologi nuklir Radioisotop dan Radiofarmaka di kawasan Puspiptek.
"Dan mengunjungi rumah sakit Dharmais, untuk melihat pemanfaatan radiofarmaka dalam penanganan kanker di RS," ucap dia.
Menurutnya, yang melatarbelakangi kunjungan ini adalah posisi Batan yang dipandang sudah cukup maju dalam penguasaan teknologi nuklir, khususnya nonenergi.
"Selain itu, kunjungan ini merupakan tindak lanjut penandatanganan practical arrangement antara Menristekdikti dengan Dirjen Badan Tenaga Atom Internasional/International Atomic Energy Agenncy (IAEA) pada (5/2) kemarin, di mana Indonesia akan membantu negara berkembang lainnya dalam kerangka kerja sama selatan-selatan," ucap Djarot.
Djarot mengaku, pihaknya akan menyampaikan beberapa capaian dari program penelitian dan pengembangan, dalam rangka penguasaan teknologi nuklir yang dilakukan Batan di berbagai bidang. Termasuk di antaranya bidang pertanian, pangan, kesehatan, lingkungan, industri, reaktor riset dan pendidikan Sumber daya manusia.
"Hal penting yang harus disampaikan kepada delegasi Afrika adalah, saat ini Batan telah menjadi collaborating center untuk dua bidang sekaligus, yakni bidang pemuliaan tanaman dan uji tak merusak. Capaian ini menempatkan Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang menjadi Collaborating Center untuk dua bidang sekaligus," ucap Djarot.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia perlu menyiapkan teknologi dan kompetensi sumber daya manusia (SDM) guna mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut.
Baca SelengkapnyaKolaborasi dapat dilakukan, misalnya, melalui berbagai pelatihan yang difasilitasi negara,
Baca SelengkapnyaTerbaru, surat pernyataan minat tersebut telah mencapai 328 LoI.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Fokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca SelengkapnyaMelihat Pulau Ndana yang ada di bagian paling Selatan Indonesia.
Baca SelengkapnyaJika pengembangan lapangan migas terus tertunda, maka diperkirakan di tahun 2042, Indonesia akan menjadi negara pengimpor net migas.
Baca SelengkapnyaSelama tidak menggunakan fasilitas negara, tidak masalah seorang menteri menjadi tim sukses.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikan oleh Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara, Bambang Susantono.
Baca SelengkapnyaSolusi Ganjar itu mendapat respons positif nelayan.
Baca SelengkapnyaSeorang pria berbaju merah tampak hendak diseruduk kambing putih berkali-kali.
Baca Selengkapnya