3 Warga NTB mengaku ditindas pemilik lahan sawit Malaysia
Merdeka.com - Tiga tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Pulau Sumba, Nusa Tenggara Barat (NTB) melarikan diri dari perusahaan tempatnya bekerja di Negeri Sabah, Malaysia. Tetapi, mereka akhirnya terlantar di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Dari pengakuan ketiga TKI namanya dirahasiakan ini, mereka terpaksa kabur dari tempat kerja karena merasa tertindas. Para perantau itu bekerja di perusahaan kelapa sawit "Genting" di wilayah Sandakan, Negeri Sabah, sejak 2013.
Ketiga TKI asal NTB itu masuk bekerja di Malaysia secara legal (menggunakan paspor kerja), direkrut oleh perusahaan jasa TKI (PJTKI) yang beroperasi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan menggunakan kontrak kerja.
Namun setibanya di perusahaan tujuan, kesepakatan upah dan pelayanan yang menjadi haknya sesuai kontrak kerja malah dilanggar. Mereka digaji murah, harus membayar sendiri biaya pengobatan bila sakit, dan paspor ditahan majikan. Maka dari itu mereka memilih kabur dari perusahaan tempatnya bekerja pada 17 Mei 2015, dan ditemukan terlantar di Pelabuhan Tunon Taka, Kabupaten Nunukan sehari kemudian.
Tokoh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) di Kabupaten Nunukan, Januar, didampingi ketiga TKI terlantar itu mengatakan, para pekerja migran ini bersama puluhan orang lainnya direkrut PT Citra Bina Tenaga Mandiri. Mereka kabur dari perusahaan kelapa sawit akibat tidak tahan bekerja, dan tidak sempat membawa paspor.
"TKI ini melarikan diri dari perusahaannya pada malam hari karena takut diketahui pengamanan perusahaan, karena merasa tertindas sekali selama bekerja di perusahaan itu," kata Januar seperti dilansir dari Antara, Kamis (28/5).
Januar mengatakan, pihaknya harus menampung ketiga TKI melarikan diri ke Kabupaten Nunukan itu karena mereka terlantar, dan tidak punya ongkos buat pulang ke kampung halamannya.
"Saya tampung TKI yang terlantar ini, karena kebetulan salah seorang di antaranya berdarah NTT. Rencananya mau pulang kampung, tapi belum punya dana," ujar Januar.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sejak lulus SMK, ia merantau ke kota besar agar bisa menabung dari penghasilannya
Baca SelengkapnyaSetiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kakek di Gorontalo hanya santap parutan kelapa untuk mengganjal perut lapar hingga disorot warganet.
Baca SelengkapnyaAda saja cerita tak terduga yang terjadi selama mudik ke kampung halaman.
Baca SelengkapnyaTingginya gelombang dan naiknya permukaan laut merusak rumah warga
Baca SelengkapnyaMasyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaDi tengah asanya membuat rumah, tabungan usaha miliknya direlakan jadi pelunas utang sang ibunda.
Baca SelengkapnyaKetiganya meninggal pada 31 Maret 2024 lalu usai diterjang luapan sungai saat mencari ikan
Baca Selengkapnya